D U A P U L U H S A T U||• 21

Start from the beginning
                                    

Hening sesaat...

"Ah yaa," suara Emmalya memecah hening yang melanda, "siapa namamu?"

Anne menatap nona mudanya dengan sedih, lalu cepat-cepat menunduk, "Nama saya Marriane Thompson," jawabannya dengan senyum getir, "anda bisa memanggil saya Anne."

"Aku akan mengingatnya," Emmalya mengangguk, memperhatikan bagaimana tangan terampil Anne mengepang beberapa helaian rambut steel-pinknya, "dimana Lio?"

"Tuan muda Rafellio sedang bersama tuan besar, nona," jawab Anne.

Senyum tipis Emmalya mengembang, "setelah ini temani aku keruang kerja ayah, sudah lama aku tak menyapa."

Anne hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu dengan cepat ia menyelesaikan ikatan di rambut Emmalya dan memasang sebuah jepit berbentuk bunga daisy sebagai pemanis. Setelah itu keduanya meninggalkan kamar Emmalya menuju ruang kerja Duke.

Disepanjang lorong, Emmalya bersisian dengan beberapa pelayan, mereka menunduk sebagai tanda hormat dan dijawab dengan anggukan kepala kecil, lagi-lagi tindakan kecil itu membuat Anne menatapnya sedih.

Emmalya memperlambat langkahnya dan berhenti tepat didepan pintu yang sangat familiar, sepasang pintu dari pohon mahoni setinggi dua meter dengan bentuk setengah lingkaran diatasnya, sekilas mungkin terlihat sederhana. Namun, lambang keluarga de Lacrux yang terukir membuat pintu itu berbeda dari pintu lain dirumahnya.

"Ini tidak adil, tuan Duke!" Suara Rafellio dibalik pintu itu mengintrupsi tangan Emmalya yang siap mengetuk, membuat gadis itu mengerutkan kening, ia tak pernah melihat Rafellio marah. Emmalya bertanya-tanya, apa yang mereka bicarakan hingga membuat Rafellio berbicara dengan nada setinggi itu?

'ini bukan waktu yang tepat,' batin Emmalya sedikit kecewa, lalu beranjak pergi.

Namun, suara Rafellio menghentikan langkahnya, "jika begitu, berhentilah jadi pengecut yang selalu bersembunyi dari putri mu!"

Rasa penasaran menggugah hati Emmalya, ia menatap Anne dan menempelkan telunjuk di bibirnya, menyuruh Anne agar tidak menimbulkan suara sedikit pun. Emmalya tau menguping itu tidak baik, Tapi ia tak bisa menahan diri jika itu menyangkut tentang dirinya.

"Kau tau jawabannya, tuan muda Del Cano," samar Emmalya mendengar suara ayahnya yang datar, berbeda dengan Rafellio yang terdengar frustasi.

"Melindungi Ely?" Rafellio menghela nafas, benar-benar lelah, "kalau begitu, beritahu Ely, tunjukkan rasa kasih sayangmu dan berdirilah disisinya!"

"Orang sepertiku pantas untuk itu," ucap sang Duke yang entah mengapa menusuk ulu hati Emmalya, ia merasakan rasa sakit yang luar biasa dibalik suara sang Duke yang datar, "aku terlalu kotor untuk putriku, bahkan rasanya aku tak pantas menatapnya dari jauh."

"Aku tak mau kehilangan lagi," suara sang Duke mulai bergetar, "cukup ayah, ibu dan istriku menjadi korban, cukup Asterion dan kakakku meninggalkanku karena kutukan sialan ini, aku tak mau satu-satunya yang kumiliki pergi."

Hening sesaat, namun setiap detiknya membunuh Emmalya, hatinya sakit sekaligus lega. Ternyata keinginannya, harapannya selama ini bukan hanya angan.

"Apa ini alasan anda meminta saya tetap memihak Ely, meskipun dia membunuh anda?" Tanya Rafellio menghujani hati Emmalya dengan perasaan bersalah.

"Ya," jawab sang Duke menghancurkan pijakan Emmalya.

Tubuh gadis itu mulai meluruh menyusuri pintu, tangannya menutupi bibir kuat-kuat, menahan isak yang siap meluncur, sedangkan air matanya sudah membasahi pipinya. Ingatan Emmalya berputar kembali saat ia menghabisi nyawa sang Duke dengan kedua tangannya sendiri, membuat jantungnya remuk hingga setiap detaknya terasa sakit.

Melihat keadaan nonanya, membuat Anne khawatir. Buru-buru pelayan itu membantu Emmalya bangkit, menggendongnya dan berjalan menuju taman kaca.

Tangis Emmalya pecah saat Anne menurunkan tubuhnya tepat di sebuah bangku. Bingung harus apa, Anne memilih menunggu Sang nona kecil tenang sembari menepuk pundaknya, pelan.

Puas menangis, Emmalya menghela nafasnya, perlahan, membiarkan sisa-sisa air matanya mengering, "apa kau tau tentang kutukan ayahku?"

Anne terdiam sesaat, lalu menggelengkan kepalanya pelan, "saya tidak tau, nona, bahkan seluruh penghuni mansion tidak tau," jawaban Anne membuat Emmalya mengatupkan bibirnya, menahan rasa getir.

Mata zamrud itu menatap sekelilingnya kosong, entah mengapa rasanya sulit untuk percaya kata-kata yang baru saja ia dengar, lalu Emmalya melepas anting safirnya dan memberikannya pada Anne, "tutup mulutmu."

Anne menatap batu mulia itu dengan sedih, "saya tidak perlu ini," senyum Anne mengembang, "kebahagiaan anda adalah bayaran terbaik bagi saya,"pelayan itu berdiri, lalu menunduk, hormat, "saya akan membuat teh, nona."

Emmalya menatap punggung Anne yang menjauh, ia masih membeku, kata-kata Anne terngiang dikepalanya. Tiba-tiba sepasang tangan menutupi pandangannya dan Emmalya tau siapa dalang dibaliknya, "Lio."

Rafellio tertawa, melepas kedua tangannya dari penglihatan gadisnya.

"Selamat pagi, Ely ku," ucap Rafellio sembari mengecup tangan Emmalya, tak lupa dengan senyuman khasnya yang sangat mempesona seolah amarahnya tadi hanyalah ilusi, "bagaimana keadaanmu? Apa kau merasa lebih baik?" Tanyanya yang dijawab anggukan kepala.

"Kau menangis?!" Pemuda bernetra samudra itu berjengit mendekati Emmalya, menangkup wajahnya, meneliti jejak air mata di mata zamrudnya.

Emmalya lebih memilih diam, mengalihkan pandangan ke taman yang rasanya sedikit berubah dari yang ia ingat, "apa yang kau bicarakan dengan ayah?"

Rafellio terdiam, ia tak bisa menjawabnya, "aku..."


-
-
-

Bersambung...

Jangan lupa vote, coment dan share yaa !!

See you...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Evil Sister In Novel BL(REVISI)Where stories live. Discover now