Alis Demantara sedikit tertaut, apa yang tadi perempuan itu bilang?

Ngadi-ngadi?

Bahasa daerah dari mana itu?

***

Waktu berjalan, lima menit lagi bel istirahat kedua berbunyi. Danisha masih berpikir di bangkunya, kemana dia harus bersembunyi sekarang? Danisha sudah mencoret perpustakaan sebagai tempat teraman karena ternyata tempat itu sudah dipijaki oleh si demit Demantara. Sekarang Danisha harus pusing lagi mencari tempat aman agar dia bisa merasa normal tampa perlu membuang emosi jika harus bersinggungan dengan para pemeran.

Jika ada yang bertanya kenapa Danisha tidak diam dikelas saja? Tentu tidak bisa, dua ekor Takshaka pasti akan mengangganggu dan mengoloknya. Danisha menghindar bukan karena takut, tapi karena suara mereka benar-benar berisik, sungguh!  Meski Danisha memberi kalimat mutiara, sarkas, ceramah, dan nasihat telinga mereka yang sudah tersumpal banyak kotoran tak akan bisa mendengarnya.

Bel istirahat kedua akhirnya berbunyi, Danisha seperti biasa langsung melesat keluar kelas, kali ini dia akan mencoba pergi ke taman belakang, sebenarnya dia belum tau tempat itu aman atau tidak, Danisha hanya penasaran saja karena katanya taman belakang sekolah mereka sangat indah.

Untuk ke taman belakang, Danisha harus turun dari kelasnya di lantai dua, menyebrangi lapangan, kemudian berjalan melewati enam kelas. Danisha hanya berdoa di dalam hati agar dia tidak berpapasan dengan para tokoh utama.

Menyembarangi lapangan berjalan dengan mulus, tapi baru saja melewati dua kelas, Danisha sudah mendengar suara Demantara yang memanggil Aisha.

"Aisha."

Owh, shit!

Danisha sontak menghentikan langkah dan menyembunyikan tubuh mungilnya dibalik pilar tembok.
Danisha melihat Aisha berlari sembari mendekap alat lukisnya menuju Demantara yang tengah bersandar dengan dua tangan dimasukan ke kantong celana.

Danisha melihat Aisha berlari sembari mendekap alat lukisnya menuju Demantara yang tengah bersandar dengan dua tangan dimasukan ke kantong celana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


*Abaikan wajah

Demantara terkekeh saat Aisha telah sampai dihadapannya, sedangkan Aisha hanya mampu tersipu malu karena kekehan dan tatapan lembut pemuda di depannya ini.

"Lain kali hati-hati, jangan lari, nanti jatuh." Ucap Demantara penuh perhatian.

Blush!

Pipi Aisha yang seputih salju itu langsung berubah memerah seperti delima, kembali mengundang kekehan Demantara yang kini mengangkat sebelah tangannya untuk menutupi bibir, seolah berusaha menyembunyikan tawa dari Aisha yang tengah terbakar malu di tempat.

Tapi di lain sisi, Danisha yang masih berposisi sebagai pengamat diantara dua pasangan tadi menangkap hal aneh, dia menelaah sudut bibir dan kilat mata Demantara ketika dia mengangkat tangannya tadi. Danisha tidak tuli saat mendengar kekehan cerita itu dan nada menggodanya pada Aisha pun jangan lupakan raut lembutnya itu, tapi mengapa saat Aisha menunduk tersipu tak berani menatap Demanatara, saat itulah ekspresi janggal Demanatara tertangkap oleh Danisha, sudut bibir yang tertarik itu tak seperti senyuman melainkan sepertii...

The Plot TwistWhere stories live. Discover now