2. Tsundere

19 4 0
                                    

Banyak tipe wanita yang memilih cuek walau naksir berat. Katanya, "Tetap tenang walau hati tak karuan."

Thank you for everything

>^<

Kini mereka semua tengah dalam perjalanan di dalam angkot. Mereka berniat untuk pergi ke cafe milik Nasya dan Riffah, tentu dengan Nadira yang tadi telat, ikut diseret dengan paksa. Izin sudah mereka dapatkan dari orang tua, dan Nasya sendiri sudah memberi kabar pada Bulan untuk datang.

Bulan adalah adik kelas Nasya sekaligus sahabat. Mereka dipertemukan di diniyah juga, karena memang Bulan satu SD dengan Riffah dan yang lain di kampung. Sedangkan Nasya sekolah di SD yang berbeda, SD yang lebih elit walau letaknya tidak terlalu jauh.

Bulan juga memiliki kembaran yang sifatnya jauh berbeda dengannya, Bintang.

Setelah turun di depan cafe dengan tampilan yang sederhana namun enak di pandang, mereka masuk lalu duduk di tempat biasa, kursi di sebelah kiri tempat lesehan dan dekat dengan kasir. Keadaan yang ramai ini membuat Nasya dan Riffah sangat senang.

Cafe ini dibuat atas nama Abi Nasya namun dikelola oleh Nasya dan Riffah. Cafe dengan nuansa menyegarkan mata ini memiliki desain yang mereka berdua rancang sendiri. Bisnis ini awalnya hanya mereka bicarakan saat SMP, namun Allah dengan baik hati membuat ucapan menjadi kenyataan.

"Kalian mau pesan apa? Biar saya yang pesankan, sekalian mau pantau keuangan," usul Riffah. Nasya berdiri di samping Riffah, menatap sahabatnya yang mulai melihat menu.

"Aku kayak biasa aja, es jomblo sama nasi keren," ucap Nadira.

"Aku juga samain aja," susul Marica dan Cindi.

Setelah Riffah menuju bagian pemesanan, Nasya diam sebentar menunggu kedatangan Bulan.

"Hey kalian, nanti Bulan mau dateng kesini. Suruh pesan sendiri aja, aku mau nyusul Ifa, ya?"

Semuanya mengangguk, lantas Nasya berjalan menuju kantor yang berada di bagian utara cafe.

"Mas Bryan! Ada kendala di bagian dapur gak?" tanya Nasya kala berpapasan dengan pria lajang tersebut.

"Nggak kok, semuanya aman terkendali," jawabnya seraya mengacungkan tangan membentuk 'oke' seraya mengedipkan sebelah mata.

Visual Bryan cocok menjadi model, oleh karena itu, toko ini sangat ramai karena Bryan yang menjadi pemicu. Rambut hitam lebat dengan alis tebal, diikuti hidung yang mancung dan perawakan yang kekar. Cocok sekali, bukan?

Nasya terkekeh pelan, "Yaudah deh, Nasya duluan ya. Jangan lupa, kalau waktu sholat semuanya istirahat."

"Siap, bu!"

Nasya melanjutkan langkah menuju kantor untuk menemui manager cafe 'Risya' ini. Nama 'Risya' diambil dari RIffah dan naSYA.

"Assalamu'alaikum! Mbak, apa kabar?"

Nasya membuka pintu dengan semangat, berlari menghampiri sang manager yang tengah duduk. Memeluknya erat seolah tak bertemu sekian lama.

"Maa syaa allah, Nasya udah besar aja. Alhamdulillah mbak sehat, Nasya sendiri gimana?" balas Rita seraya menepuk bahu Nasya lembut.

Thank You, For Everything Where stories live. Discover now