14. Kembali Dipertemukan

Start from the beginning
                                    

"Dokter Bella..Dokter Bella," teriak Rayyan sambil terus mendorong kursi roda.

"Aaa, sakiit," perempuan hamil itu sudah kesakitan sambil mengejan di atas kursi roda.

Brak.

"Astaghfirullah." Rayyan kaget saat ia tak sengaja menabrak seseorang. Tampak di depannya seorang perempuan sedang membereskan barang-barangnya yang jatuh.

"Sorry, I did not mean it.  I have to immediately deliver this patient who will give birth," intinya Rayyan meminta maaf menggunakan bahasa Inggris.

"Okay, next time be careful."

Deg.

Dada Rayyan tiba-tiba bergemuruh, jantungnya berdegup tak karuan saat mendengar suara itu. Suara yang tak asing dan begitu Rayyan rindukan. Terdengar seperti suara Rayna, sangat mirip. Ah, tapi mana mungkin. Rayyan buru-buru menepis, ia pasti sedang berkhayal. Tunggu, ibu hamil ini lebih membutuhkan bantuannya.

"Oke, thank you."

Rayyan kembali melajukan langkahnya hingga ia tiba di depan sebuah ruangan bertuliskan delivery room yang artinya ruang bersalin. Rayyan mengetuk pintunya sekali hingga tak sengaja terdorong. Melihat pintunya tidak dibuka akhirnya ia buru-buru membawa perempuan itu masuk.

"Please, looks like she will give birth soon."

"Ok, please wait outside."

Para tenaga medis disana buru-buru menyiapkan segalanya. Ah, Rayyan cukup lega setelah ia menutup pintu ruang bersalin. Setidaknya ia masih punya waktu untuk membantu perempuan tadi segera ditangani. Daripada orang-orang dikerumunan yang hanya bisa berteriak iba tanpa mau menolong.

"Lagipula seharusnya mereka ada yang berantusias untuk memanggil Dokter Bella. Jika saja ini di Indonesia, pasti gue udah panggil Dokter Bella dari tadi."

"Ya saya disini, ada yang bisa dibantu?"

Deg.

Rayyan syok saat mendapati seseorang menyahuti ucapannya. Seketika laki-laki itu menoleh, dan betapa kagetnya saat ia melihat di belakangnya seorang perempuan dengan rambut terurai memakai jas Dokter dengan stetoskop yang membuatnya terlihat lebih profesional.

"Rayna?

"Rayyan?

Kedua telunjuk mereka masing-masing menunjuk satu sama lain. Seketika Rayna membekap lisannya syok saat melihat dengan jelas laki-laki di depannya. "K-kau R-Rayyan?" Rayna sangat terbata-bata.

Rayyan tak kalah syok dan speechless. "A-aku."

Ceklek.

"Dokter Rayna, pasien membutuhkanmu segera."

"Oke saya masuk." Rayna menoleh sekilas kepada perawat di depan pintu. Sedikit kemudian ia kembali menoleh pada Rayyan.

"Tangani pasiennya segera. Dia sangat membutuhkanmu Ay," titah Rayyan.

"O-oke, aku akan melakukannya." Rayna buru-buru beranjak, namun sampai di depan pintu ia masih memastikan laki-laki yang masih mematung di depan sana. Menyadari itu Rayyan membuyarkan lamunan Rayna dengan memberikan kode lewat tangannya agar Rayna segera masuk.

Setelah Rayna masuk, Rayyan mendekat ke arah pintu. Aroma parfum perempuan itu masih tertinggal disana. "Ay, apa itu benar-benar kamu?" Rayyan mengucek-ngucek matanya memastikan bahwa penglihatannya tadi memang tepat.

Seketika bayangan tentang kejadian kemarin kembali berputar di benak Rayyan. Saat ia tak sengaja mendengar samar-samar Rayhan murka dari balik pintu. Satu kata yang sangat membekas gugurkan. Ah, rasanya Rayyan sangat lega sekarang. Bisa dipastikan orang di balik panggilan itu bukankah Rayna. Raynanya kini baik-baik saja, dia tidak sedang hamil. Ya, yang dimaksud Rayhan jelas bukan Rayna.

Perfect Captain Where stories live. Discover now