Prolog

1.7K 84 8
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمه الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيمالسلام عليكم ورحمه الله وبركاته

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Sahla. Tak sedikitpun tekanan keadaan memberi izin untuk beristirahat. Benar-benar letih. Banyak energi dan emosi yang terkuras untuk hal-hal yang memang perlu. Dimulai dengan mengemasi kamar kos yang ekstra berantakan, ditambah dengan tugas kelompok maupun tugas mandiri yang menumpuk untuk kepentingan menuntut ilmu di jenjang kuliah. Istighfar saja belum cukup. Sahla benar-benar harus bangkit untuk mengerjakan semuanya.

Sedari pagi dirinya sudah disibukkan dengan urusan dunia. Malam ini adalah waktu jeda yang baik untuk beristirahat. Oleh karena itu, Sahla berjalan terburu-buru untuk segera sampai di tempat kos bersama dengan Aulifia--teman sekelas dan satu kos.

Di tengah perjalanan, netra Sahla tertuju pada sebuah masjid yang berada di seberang posisinya saat ini. "Alhamdulillah, tadi udah salat Isya di rumah Asiyah," gumamnya.

Saat hendak melanjutkan perjalanan, ia teringat akan sesuatu. Berucap lah ia, "Astaghfirullahal'adziim." Ditariknya salah satu tangan Aul untuk menyebrangi jalan. Tujuannya adalah masjid yang dilihat sedari tadi.

Aul terkejut dan bingung karena mendapat perlakuan demikian. Ia menghentikan langkah kaki sehingga keduanya saling bertemu tatap.

"Kita ke masjid. Aku lupa kalo belum salat Witir. Nanti kalo sampai kos, terus langsung tidur, malah bahaya. Iya kalo umurnya masih ada sampai kebangun. Kalo pas tidur tiba-tiba ajalnya sampai, aku juga yang rugi. Mati dalam keadaan hati yang merasa kurang lengkap karena di malam akhir hidup nggak melaksanakan salat Witir," jelas Sahla kembali menarik tangan Aul, sedang Aul mengikutinya.

Salat Witir adalah salat sunah muakkad yang tidak pernah Sahla tinggalkan sebelum tidur. Meskipun boleh dilaksanakan setelah bangun dari tidur di waktu masih malam hari, Sahla tetap memilih untuk melaksanakannya sebelum tidur. Alasannya cukup sederhana. Takut tak sempat melaksanakan karena ajal menjemput. Lagipula, hal ini merupakan salah satu sunah yang Sahla jalani dan teladani dari wasiat Rasulullah sebagaimana hadits berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, "Kekasihku Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berpesan kepadaku untuk selalu berpuasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan dua rakaat Dhuha dan mengerjakan salat Witir sebelum aku tidur." (Muttafaq 'Alaih).

Sesampainya di depan pintu masjid tersebut, baik Sahla maupun Aul dibuat terkejut dengan kedatangan dua wanita cantik yang menggandeng kedua tangan Sahla. Satu wanita menggandeng tangan kanan, sedangkan wanita satunya menggandeng tangan kiri Sahla.

"Mbak, bentar-bentar! Ini kenapa tangan temen saya digandengin gitu?" tanya Aul syok.

"Mbak ini gimana? Katanya temen, masa nggak tau kalo temennya mau menikah malam ini? Terus datang ke sini mau apa kalo bukan untuk itu? Ayo, Mbak! Ikut kita anterin temennya ke dalam! Akadnya sudah mau dimulai," jawab salah satunya.

Sahla dan Aul saling menatap dengan perasaan yang sama. Terkejut, bingung, bahkan benar-benar tidak menduga. Sahla melepaskan gandengan kedua wanita cantik itu. "Maaf, Mbak. Sepertinya Mbaknya ini salah orang. Bukan saya mempelai wanitanya. Barangkali perempuan lain," tolak Sahla lembut.

Dua wanita asing itu kekeuh mengajak Sahla dan Aul ke dalam masjid. Tibalah mereka di tempat salat wanita. Area khusus yang disediakan untuk tempat salat wanita dengan ukuran tidak begitu besar dan ditutupi dengan tabir kain. Sedang di luar pembatas itu ada mempelai pria dan ayah mempelai wanita yang sedang melaksanakan akad nikah ditemani dengan penghulu dan beberapa saksi. "Duduk diam di sini sembari dengarkan! Dengarkan baik-baik yang disebut nanti nama Mbaknya atau bukan!" ucap salah satu wanita tadi.

Terdengar suara mempelai pria yang mengikrarkan kabul dengan lantang. "Saya terima nikah dan kawinnya Sairish Sahla binti Indaris Dinata dengan maskawin tersebut, dibayar tunai."

Sahla semakin terkejut. Matanya terbelalak, mulutnya ternganga. Terlihat mimik wajah kebingungan meski tertutup cadar. Apa yang terjadi dan bagaimana adalah pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.

"Ayo temui suaminya! Sekarang sudah halal," ucap kedua wanita asing tadi dengan serempak.

Sahla masih tidak yakin dengan apa yang ia dengar. Akhirnya, Sahla menolak untuk dipertemukan dengan gerangan yang berada di luar pembatas sana. Penolakan Sahla sama kekeuhnya dengan pemaksaan dua wanita tadi. Sahla menggenggam kedua tangan Aul.

"Aul, ini ada yang nggak beres. Ini nggak mungkin banget. Aku aja nggak dikasih tau apa-apa soal ini. Udahlah, aku nggak mau terlibat soal ini. Aku yakin ini nggak bener," ucapnya. Sahla mengalihkan pandangan pada dua wanita asing tadi. "Kami datang cuma untuk melaksanakan salat Witir. Bukan untuk menikah ataupun menghadiri pernikahan siapapun. Karena itu, kami permisi," sambungnya mengajak Aul pergi.

Saat hendak bangun dari duduknya, ia terjatuh karena tak sengaja menginjak gamisnya sendiri.

Sahla bangkit. Bangkit dari mimpi anehnya. Ia terbangun dengan keadaan syok dan rasanya seperti benar-benar terjatuh. Apalagi mimpi anehnya, sungguh di luar pikiran Sahla. Satu yang Sahla sadari. Tentang dirinya yang lupa melaksanakan salat Witir adalah benar. Ia belum melaksanakannya. Ia membaca doa dan bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk bangun melaksanakan ibadah. Tanpa berlama-lama, segeralah ia beranjak untuk menunaikan ibadah yang Allah beri kesempatan dengan undangan khusus baginya.

 Tanpa berlama-lama, segeralah ia beranjak untuk menunaikan ibadah yang Allah beri kesempatan dengan undangan khusus baginya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Terima kasih sudah membaca cerita ini! Semoga ada sebuah rasa tertarik untuk mengikuti cerita ini hingga akhir.

Meskipun kamu tertarik pada suatu kegiatan, jangan pernah lupakan bahwa Allah memberimu waktu 24 jam dalam sehari bukan hanya untuk berfokus pada satu kegiatan. Kerjakan dulu mana yang lebih penting, baru kerjakan hobimu di waktu yang luang.

Ingin lebih dekat dengan penulis, hubungi platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter dan TikTok: waddatussarah

جزاكم الله خيرا كثيرا
والسلام عليكم ورحمه الله وبركاته

NaltaqiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora