1. pagi yang estetik.

84 35 14
                                    

Di pagi yang cerah ini, Shasa memulai kegiatan produktifnya, dimulai dari membuka mata yang sebelumnya terpejam sambil tersenyum, merentangkan tangan diatas kasurnya, menghalau sinar matahari yang malu malu masuk ke sela sela jendela kamarnya yang serba pink, kemudian melangkah turun dari kasurnya, membuka tirai jendela dengan senyum merekah seperti bunga sunflower.

Kemudian dilanjut membuat secangkir kopi hangat, duduk di teras dengan masih menggunakan piama kebanggaannya, piama pink dengan motif kartun hello Kitty. Memandang taman yang indah nan asri, Menghirup segarnya udara pagi ini dengan setetes air dingin yang mengenai wajah ayunya, tunggu... Air?

"BANGUN BEGO, UDAH GUE SIRAM MASIH NGEBO SAMBIL NYENGIR LO, BANGUN!"

Shasa tersentak, mengerjap pelan dengan kening berkerut, semua kehidupan estetik yang ia jalani lenyap. pandangannya bukan lagi taman sejuk, tapi Dugong yang lagi berkacak pinggang di depan matanya sambil nyipratin air ke muka glowingnya. Sialan!

"Apa sih Lo, gue gak kesurupan ya sat, jangan guyur gue!"

"Bacot. Bangun buru, lima menit gak siap siap gue tinggal Lo!" Ujar si manusia Dugong alias Kakak laki-lakinya, Bagas namanya. Shasa biasa memanggilnya mas.

Dia keluar kamar langsung setelah memperingati Shasa untuk segera bersiap diri.

biasa ke sekolah, padahal mah, Shasa males banget. Siapa sih yang nyiptain sekolah? Bikin tambah kerjaan aja.

Jangan dihujat, dia emang semales itu, tapi otaknya encer kok.

Shasa juga jago matematika, 1 ditambah 1 sama dengan dua bener gak? Dari pada  sekolah Shasa lebih milih buat meluk guling dan on the way untuk lanjut menjalani kehidupan estetik nya di alam mimpi sebelum___

"BU E, SHASA MEREM LAGI TUH!" Teriakan mas Bagas yang bikin Shasa langsung lari ngibrit ke kamar mandi. Bukan apa-apa, dia udah manggil manggil si macam rumah, bisa bisa dia digoreng jadiin sarapan kalo jam setengah tujuh gini masih gembel dan ileran, belum apa-apa.

sepuluh menit sudah ia habiskan di kamar mandi, iya cepet, Shasa cuman cuci muka sama skincare an doang soalnya.
semalem dia udah mandi jadi paginya cuman cuci muka aja.

Bukan jorok loh ya. menurutnya, mandi pagi itu gak begitu penting karena kalo kita tidur gak melakukan aktivitas apapun, jadi, gak bakalan berkeringat, so, ngapain mandi? Buang buang air aja. Shasa juga merasa kulitnya lebih halus kalau mandinya malam. 

Setelah memakai segala pakaian dan atribut sekolah, Shasa langsung turun ke bawah buat sarapan.
iya, rumahnya tingkat, tapi dia bukan orang kaya, kehidupan Shasa itu sederhana, engga kaya engga miskin juga, ya... Pas Pasan lah. Tapi dia bersyukur kok dengan itu.

"Pagi cah ayu, duh cantiknya, sarapan sek ya sayang, ibu wes bikin roti ben biso kamu makan dijalan." sapa ibu, begitu Shasa tiba di meja makan.
Ibu ini orang nya emang terlihat lembut, tapi aslinya sangar kayak macan, papah aja takut sama dia. padahal papah itu tentara loh. Oh ya, ibu Nur ini blesteran jawa-jakarta jadi kalo ngomong suka di-mix. Terus, papahnya, papah Bagus, asli orang Jakarta Selatan, jadi dipanggil nya papah. Dan sekarang kita tinggal di Depok.

"Matur nuwun ibu, Shasa berangkat dulu, udah mau telat soalnya." Shasa menyalami ibu yang tersenyum mengelus rambut panjangnya yang terikat. tapi habis itu jidat Shasa disentil.

"atohh!" Shasa mengusap jidatnya yang terasa panas.

"Kamu mana pernah sih mangkat isuk. Bocah prawan seneng e Tangi awan, gak baik ngerti?  wes sana cepet mas Bagas dah nungguin di depan sama mawar."

"Ngeh ndoro." Shasa tersenyum mengangguk, udah kebal sama omongannya ibu.

Shasa kemudian berlari kecil menuju teras sambil menenteng roti bakar bikinan ibu.

MINORWhere stories live. Discover now