3

17.6K 1.1K 33
                                    

PEWARIS TUNGGAL
Happy Reading

_

Setelah drama gendong menggendong sekarang Asya dan Ardion tengah menikmati makan malam. Karel sendiri sedang tidur di kamarnya bersama Bi Esih yang menjaga.

"Abis ini rencana Lo apa Sya?" Tanya Ardion sambil menaruh sendok dan garpunya dipiring.

"Gue mau kuliah, sambil ngurusin perusahaan almarhumah mama dan ngurusin Karel.." jawab Asya.

"Gak ada niatan cari suami baru kah?"

"Liat aja nanti, sekarang gue mau fokus ke Karel dulu"

"Jangan trauma Sya, jadikan pengalaman Lo itu sebagai pelajaran agar Lo bisa lebih hati hati memilih pasangan suatu saat nanti.. gue tau mungkin saat ini Lo masih sedih, dan belum sepenuhnya ikhlas dengan keadaan. Tapi, jangan berlarut-larut ya"

"Tumben bener?"

Ardion cemberut. "Lo mah, gue bener di cibir. Gue salah ditendang. Untung sahabat, untung sayang"

Asya nyengir. "Iya deh, sorry"

"Btw.. Lo nanti kuliahnya sekampus sama gue ya. Gue udah bilang sama bokap biar semua bokap gue yang urus"

"Koq Lo gak ngasih tau dulu?"

"Kelamaan, kalo ngasih tau Lo dulu. Lo aja baru sampe"

"Yaudah, iya" pasrah Asya, percuma membantah Ardion itu orangnya kekeh.

**

Pagi pagi sekali, Asya sudah bangun bahkan sudah rapih dengan style kasualnya. Hari ini ia akan pergi ke kantor, menguruskan beberapa hal sebelum resmi menjadi CEO dari perusahaan Wistara group.

"Pagi bi.."sapa nya saat sampai di ruang makan.

"Pagi non.." balas bi Esih, dengan tangan yang sibuk menaruh hidangan di meja makan.

Asya menggeser salah satu kursi, lalu duduk sambil mengisi piringnya dengan nasi goreng, dan telur ceplok. "Bi nanti titip Karel ya. Jangan dibangunin, sebangun-nya aja. Terus kalo udah bangun langsung mandiin. Untuk ASI-nya Asya udah siapin di kulkas"

"Siap non, masalah tuan kecil biar bibi yang urus"

"Asya percaya sama bibi"

Selesai sarapan Asya langsung berpamitan pada bi Esih, dan pergi membelah jalanan kota Bandung dengan mobil BMW i8 kesayangannya.

20 menit perjalanan, Akhirnya Asya sampai di depan gedung perusahaan Wistara group. Ia masuk dan kedatanganya langsung di sambut baik oleh para karyawan.

Semua karyawan sudah tau jika Asya adalah pewaris tunggal Wistara family. karena almarhum kakeknya Adi Wistara, pendiri perusahaan ini hanya punya satu cucu dari anak tunggalnya yaitu ibu kandung Asya, dan berhubung ibu, kakek, neneknya sudah meninggal otomatis semua hak waris jatuh pada Asya.

Ibu kandung Asya sendiri sudah meninggal 1 tahun lalu karena kanker, tepat setelah Asya sah menjadi istri dari Arkana. Jadi otomatis semua hah waris jatuh ke Asya sebagai anak tunggalnya.

Asya masuk ke dalam lift khusus CEO, menekan tombol lantai 11, Hingga sampailah di ruang CEO.

"Selamat datang nona Asya, saya sudah menunggu Anda sejak tadi. Bagaimana kabarnya?" Sambut Haris, orang kepercayaan keluarganya yang selama ini memimpin perusahaan.

"Gak usah terlalu formal kak. Asya baik. Kak Haris sendiri gimana? masih lajang?" Tanya Asya dengan candaan

Haris nyengir. "Kakak gak ada waktu untuk cari istri sya, terlalu sibuk dengan berkas perusahaan.."

"Hahaha.. kasihan sekali kakakku ini. Oke kak Haris Boleh ambil cuti setelah Asya resmi menjadi CEO. Setelah itu jangan lupa cari istri"

"Kamu nih, hobby banget godain kakak---ayo masuk, ada banyak hal yang perlu kita urus sebelum hari besar besok"

**

Jakarta.

Seorang pria duduk termenung di kursi kebesaran-nya. Dia adalah Arkana Nuraz Aryasatya, mantan suami Asya yang sekarang sudah menikah dengan gadis pujaannya Maira Anastasya.

Tidak terasa memang, sudah 3 bulan ia menikah dengan Maira, bahkan wanita itu sekarang sudah mengandung anaknya. Tapi entah kenapa ia selalu mengingat Asya dan Karel.

Ceklek

Suara pintu berhasil membuyarkan lamunan Arkana. Dilihatnya ternyata Maira yang datang sambil membawa rantang. wanita yang tengah mengandung itu terlihat cantik dan anggun dengan gamis putihnya dan juga kerudung pasmina yang menutupi rambutnya.

"Mas, aku bawain makan siang.." ucapnya penuh kelembutan.

Arkana tersenyum. "Sini sayang"

"Kamu melamun ya, kenapa? Sampai gak sadar aku datang" tanya Maira sambil duduk di depan Arkana.

"Gakpapa.. cuma lagi banyak kerjaan aja" alibi Arkana.

"Yakin? Bukan karena mantan istri kamu kan?" Tanyanya lembut.

"Bukan" bantahnya cepat.

"Mas, apa kamu masih mencintai dia?"

"Kenapa nanya gitu?"

"Kemarin malam kami ngigo manggil nama Asya sama Karel. Apa namanya kalo bukan masih cinta?" Ucap Maira menjeda. "mas aku tau aku dulu salah Karena memilih kuliah di Kairo daripada menerima lamaran kamu. Tapi aku sudah kembali kan, dan mas masih mencintai aku kan?" Sambungnya.

"Aku mencintai kamu Maira.."

"Terus kenapa mas masih manggil nama wanita itu?" Nada bicara Maira memang terkesan santai dan lembut, tapi di dalam hatinya sudah terbakar api cemburu.

"Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan keberadaan dia, makanya agak aneh ketika dia gak ada. Tapi aku gak bohong Maira, aku hanya mencintai kamu"

Maira tersenyum. "Aku percaya. Kalo gitu makan ya, aku udah masak makanan kesukaan kamu"

_To be continued_

Follow Me⬇️

Follow Me⬇️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect Mom (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang