2

19.9K 1.3K 14
                                    

MEMULAI HIDUP BARU
Happy reading

_

Asya duduk termenung di balkon kamar apartemen-nya. Sudah 6 bulan setelah ia resmi bercerai dengan Arkana. sekarang Asya sudah lulus SMA dan rencanaya ia akan pulang ke Bandung, memulai hidup baru disana sambil mengambil alih perusahaan keluarga wistara yang selama ini diurus oleh orang kepercayaan keluarganya.

Berat memang, Karan untuk kedua kalinya Asya merasakan apa itu di khianati. Pertama saat ayah nya lebih memilih wanita lain dibandingkan ibunya dan yang kedua saat suaminya sendiri lebih memilih gadis dimasa lalu dibandingkan ia yang sudah menjadi masa depannya.

Tapi ya sudahlah, hidup harus terus berjalan meskipun hatinya sudah hancur berkeping-keping. Sekarang prioritas Asya hanya anaknya, semua yang ia lakukan hanya untuk kebahagiaan Karel.

Asya beranjak dari balkon, masuk ke dalam apartment untuk mulai berkemas, memasukan pakaiannya dan pakaian Karel ke dalam koper, karena sore ini ia akan pulang ke Bandung.

Setelah semua beres, Asya melangkah pergi ke kamar untuk mengecek keadaan Karel, apakah masih tidur atau sudah bangun. Dilihatnya Karel sudah bergumam tidak jelas sambil berguling guling di kasur bayinya.

"Wah, anak mami sudah bangun.." Asya langsung menciumi seluruh wajah baby karel gemas.

"Mandi dulu yuk, biar gak bau asem"

Asya melepaskan pakaian Karel lalu membawanya ke kamar mandi. Tidak perlu waktu lama, sekarang Karel sudah terlihat lebih segar dan rapih dengan pakaiannya. Sangat lucu hingga membuat Asya gemas.

"Duh anak mami imut banget, jadi pengen gigit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Duh anak mami imut banget, jadi pengen gigit.." ucap Asya menahan gemas.

Setelah semua siap dan beres, Asya segera keluar dari apartment dengan Karel yang terlihat nyaman di gendongannya. semua koper sudah di angkut oleh pak Edi, supir pribadinya. Jadi, asya tidak perlu repot membawa barang

Menempuh perjalanan selama 4 jam lebih dari Jakarta ke Bandung. Akhirnya Asya sampai di depan rumah mewah peninggalan ibunya. Ia keluar dari mobil, disusul pak Edi yang sigap mengeluarkan koper dari bagasi.

"Pak, tolong sekalian masukin kopernya ke dalam rumah ya.." titah Asya.

"Siap non.." balas Pak Edi semangat.

Asya masuk ke dalam rumah itu, dilihatnya bi Esih. Art yang sudah lama bekerja di rumahnya tengah menaruh makanan di meja makan.

"Assalamualaikum bi" sapa Asya riang.

"Waalaikum salam, Masyaallah non kapan datangnya bibi sampe gak sadar udah disini aja"

"Itu mah bibi aja yang kelewat fokus sama masakan"

"Duduk dulu atuh non, pasti cape ya. Apalagi bawa si ganteng"

Asya menurut, ia duduk di salah satu kursi meja makan sambil mencomot paha ayam yang sudah tersedia.

"Kebiasaan si non mah, udah punya anak masih aja," cibir bi Esih.

"Hehe.. susah bi udah bawaan dari orok" balas Asya cengengesan.

Bi Esih hanya tersenyum maklum. "Mau minum apa non? Biar bibi buatin sekalian"

"Es teh bi, seger kayaknya"

"Sipp, tunggu sebentar ya non"

"Wokeh.."

Asya tampak asik ngemil paha ayam sambil sesekali melihat wajah Karel yang anteng di gendongannya. Hingga bi Asih datang dari arah dapur sambil membawa segelas besar es teh manis.

"Nih non, silahkan di minum"

"Makasih bi"

"Sama sama, kalo gitu bibi lanjut masak lagi di dapur" pamitnya yang dibalas anggukan oleh Asya karna ia sedang minum.

"Asya! Gue kangen.." pekik seorang pemuda yang sukses membuat Asya tersedak bahkan Karel yang awalnya adem ayem langsung menjerit dan menangis.

"Uhuk.. uhuk.. Ardion Narendra!" Kesal Asya pada pemuda itu, yang tidak lain adalah Ardion tetangga sekaligus sahabatnya sejak SMP.

"Ehehehe.. Sorry sistah gue kelepasan saking bahagianya denger kabar Lo pulang"

"Owek.. owek.. owek.."

"Gara gara Lo nih, anak gue jadi kaget----cup cup sayang, jangan nangis ya, mami tendang nih Om nya" Asya menendang bokong Ardion sambil menimang nimang Karel di gendongannya.

"Aduh, tendangan Lo kagak main main Sya. Sakit nih pantat gue" Ardion meringis sambil mengusap pantat nya

"Suruh siapa bikin anak gue nangis. Nih tenangin, dia jarang nangis tapi sekalinya nangis susah berhenti" Asya memberikan Karel pada Ardion, dan refleks Ardion menerimanya dengan rasa panik. Maklum ini pertama kalinya pemuda itu menggendong bayi.

"Sya, Sya.. pegang dulu atuh ponakan gue nya. Gue gak bisa gendong, takut kecengklak gimana" paniknya.

"Itu bisa" tunjuk Asya.

"Tapi tetep aja parno Sya, gue belum pernah gendong bayi astagfirullah.."

"Tapi Anak gue nyamannya di elo, tuh liat dia berhenti nangisnya"

Ardion melirik Karel di gendongannya, benar saja bayi berusia 7 bulan itu berhenti menangis dan nampak anteng anteng saja.

"Gak akan kecengklak kan?" Tanya Ardion pada Asya.

"Gak akan asal tangan Lo nya diem aja di belakang leher Karel" jawab Asya.

"Tapi pegel Sya. Gue juga pengen duduk" rengek Ardion.

Asya memutar bola matanya malas. "Duduk ya tinggal duduk aja kali. Repot banget dah"

"Ya gimana caranya"

"Astagfirullah.." Asya menepuk jidatnya tidak habis pikir. Apa karena panik Ardion jadi lupa caranya duduk?

"Sini ke ruang Keluarga dulu" Ajak Asya yang diikuti oleh Ardion. Sesampainya disana Asya langsung mengambil alih Karel.

"Sekarang Lo duduk dulu, terus nyender santai aja.." Titah Asya yang di ikuti oleh Ardion.

"Terus? Kalo gue udah duduk santai gini mau ngapain?" Tanya Ardion.

"Pangku anak gue lah, nih pegang belakang pundaknya biar gak kecengklak"

"Lah terus Lo mau ngapain? Kenapa Karel gue yang pangku?" Bingung Ardion.

"Gue mau madi dulu, gerah. Titip ya" setelah mengatakan itu Asya lari ke kamarnya sebelum Ardion ngamuk.

"Asu!"

_To be continued_


Perfect Mom (On Going) Where stories live. Discover now