01. LT

10 0 0
                                    

Hujan terus mengguyur bumi. Angin malam semakin dingin. Namun, tak urung untuk gadis berambut panjang pekat ini untuk duduk termenung menatap setiap tetes jatuh.

Sang gadis semakin merapatkan selimut tipis berwarna merah muda yang tersampir di bahunya, suara rintikan hujan terus menari membangkitkan kisah yang seharusnya telah usang di makan waktu tapi, masih terus segar di kepala gadis itu.

“Ara janji ya, jangan berpaling. Al bakalan cepat pulang.“ seorang remaja mengacungkan jari kelingking pada gadis remaja yang hanya selisih satu tahun di bawahnya.

Gadis berpakaian serba merah muda itu mengaitkan kelingking mereka “Al beneran dateng lagikan? Jangan buat Ara nunggu dalam kebohongan.”

“Janji Ara." Sebuah kecupan di tautan kelingking kedua remaja itu penutupan dari perpisahan yang entah kapan berujung pada pertemuan.

Ansya tersenyum hambar ketika kenangan itu datang tanpa bisa di hentikan. Janji itu tetap segar tidak termakan waktu. Bahkan ia sebagai penanti tidak lelah oleh waktu.

Pertemuan itu akan datang, menumpas segala rasa sesak ketika berkenang.

Lemunan Ansya teralihkan pada mobil merah yang berhenti di seberang jalan, bawah pohon milik rumah tanpa penghuni. Mobil yang selalu menemaninya ketika sendiri di balkon menatap langit. Hanya beberapa saat menatap mobil itu sebelum kembali menyelami kejadian yang telah berdebu.

Di sisi lain. Seorang lelaki duduk di dalam mobil, menatap gadis kecilnya berbalut selimut merah muda.

Pertengahan dadanya kembali ngilu ketika bayangan soal janji itu terpenuhi. Hujan deras tidak membuat pandangan lelaki ini kabur di balik kaca mobil untuk menatap gadis kecilnya.

"Gue gak suka liat lo langis, tapi gak akan pernah bisa juga ikhlasin lo,” lelaki itu berucap lirih. Menckram kuat stir agar rasa ngilu di dadanya tersalurkan.

Ansya masih bertahan, menangisi seseorang yang entah di mana.

Malam makin larut. Hujan tak mau berhenti. Gadis yang duduk di balkon itu memutuskan untuk masuk. Menutup pintu balkon. Tersisa lelaki yang mulai menyalakan mobil. “Tidurlah. Lo gadis impian yang terus gue mimpikan," ucap lelaki itu sebelum menekan pandal gas.

Sedangkan di balik jendela. Ansya mengintip. Merasa heran dengan mobil merah yang selalu terparkir di sebrang setiap malam dan pergi ketika dirinya menutup pintu balkon.

🍃🍃🍃

Ansya melangkah pelan menuju ujung jembatan. Di sana seorang lelaki berdiri menatap langit. "Bryan."

Lelaki yang merasa namanya terpanggil hanya diam tanpa merespon.

Ansya ikut berdiri di samping lelaki yang masih fokus menatap langit. Hening beberapa saat.

"Masih inget gak pertama kali aku ajak ke sini?" Ucapan lelaki itu berhasil memecahkan keheningan.

Ansya tersenyum hangat. Masih fokus menatap langit biru tanpa awan. “Inget.”

Lelaki yang bernama Bryan beralih memandang gadis yang mengenakan baju rajut berwarna merah mudah. Warna favorit gadis itu sejak kecil. Tersenyum sebelum kembali menatap langit. “Kalau gak karena balon yang udah bawa kabur boneka kecil kamu, pasti kita nggak akan ketemu.”

Pandangannya kembali teralih. "Sekarang gadis kecil itu udah dewasa, bahkan udah kenal yang namanya cinta." Bryan menghela napas, masih fokus menatap Ansya. “Aku kehilangan gadis kecil itu, Sya.”

Anaya menatap lelaki di sampingnya. Pandangan mereka bertemu. "Aku tetap di sini, Bryan.”

“Kamu gak bisa berhenti mikirin dia? Jadi Ansya yang dulu.”

Anaya tersenyum menanggapi. Kembali menatap langit. Hingga suara langkah membuatnya tersenyum kecut. Bryan meninggalkannya seorang diri.

Cukup lama Ansya berdiri sendiri di ujung jembatan. “Kenapa rasanya gak mau hilang,” ia berucap lirih. Memukul pelan kepalanya.

Sedangkan Bryan terus bergumam agar Ansya berhenti memukul kepalanya. Lelaki ini tidak benar-benar pergi. Ia duduk di balik pohon rindang yang tidak jauh dari danau. Seperti janjinya akan selalu bersama.

Bryan bersandar pada batang pohon ketika keadaan Ansya mulai tenang. Ia menatap daun rimbun sambil menyatukan puzzle pertemuannya bersama Ansya.

"Balon berhenti!" teriak seorang gadis kecil yang masih mengenakan seragam putih merah.

Gadis kecil itu terus berlari mengejar balon besar yang membawa boneka hello Kitty mungilnya. Tanpa sadar ia susah berlari terlalu jauh hingga memasuki tempat sepi di penuhi pepohonan.

Langkahnya terhenti ketika balon yang membawa bonekanya tersangkut di pohon rindang.

Gadis itu meloncat untuk mengabil boneka yang terikat pada balon, merasa sia-sia meloncat, ia memutuskan untuk memanjat pohon, baru satu kaki terangkat ia sudah terjatuh.

"Aww!!" Gadis itu tanpa sadar berteriak, mengundang anak lelaki yang berdiri di ujung jembatan, terganggu.

Anak lelaki itu mencari sumber suara hingga pandangannya bertemu dengan gadis kecil terduduk di tanah. "Lo siapa? Kenapa ada di sini?!" Anak lelaki itu menatap marah ketika tempat favoritnya di datangi orang asing.

Bukan takut dengan suara teriakan tadi, gadis kecil ini malah berdiri, mengulurkan tangan. "Ansyaliera."

"Bryan," balasnya tanpa mau menerima uluran tangan sang gadis.

"Bryan apa?" Gadis itu kembali bertanya, mengabaikan tindakkan songong bocah lelaki di hadapannya.

Menghiraukan pertanyaan tadi, ia balik bertanya. "Ngapain lo di sini?"

Seketika gadis kecil itu teringat bonekanya. Ia menonggak menatap balon yang masih tersangkut di salah satu dahan pohon "Boneka Ansya dicuri sama balon itu.”

"Mau aku ambiliin?"  Anggukkan semangat sebagai jawaban.

Bocah lelaki itu dengan santai menaiki pohon, melepaskan ikatan tali balon dari boneka Ansya. Kemudian turun.

"Ni." Bryan membrikan boneka kecil berwana merah muda tadi.

"Makasih, Bryan. Mulai sekarang kita temenan." Gadis ini tersenyum senang. Namun, pandangannya terpaku pada jembatan yang ada di tepi danau.

"Mau ke sana?" Lagi-lagi anggukan semangat yang di dapatkan oleh bocah lelaki itu.

Ia melangkah menuju jembatan tanpa repot menungguk gadis kecil di belakangnya. Namun, tiba-tiba ia merasakan sebuah tangan kecil menggenggamnya.

“Temenan itu harus sama-sama terus," ucap gadis kecil itu.

🕊️🕊️🕊️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lembaran TerakhirWhere stories live. Discover now