Lucas hanya diam memerhatikan Andrea selama beberapa saat. Senyuman kecil terbit di sudut bibirnya. Dia mengangkat satu tangannya, lalu menyapukan jempolnya perlahan di tulang pipi kiri Andrea.

"Ada tepung yang menempel." dia memberitahu dengan kelembutan pada nada suaranya yang baru pertama kali Andrea dengar.

"Oh... um. Trims." Andrea mendadak merasakan wajahnya menghangat akibat sentuhan dari jemari Lucas di pipinya.

"Dan soal sarapan, aku saja yang mampir ke sini tiap pagi untuk mengambil satu-dua rotimu. Dengan begitu kau hanya perlu ke penginapan sekali saja. Kau juga perlu menjaga kesehatan." ujar Lucas, menurunkan tangannya.

"Luke, aku nggak mungkin tega membiarkanmu--"

"Please, ini bukan hal yang besar, Andy. Lagipula aku senang bisa ngobrol dengan kalian kalau mampir." Lucas berkata geli.

Andrea memandangi cowok itu sebelum akhirnya menghelas napas, "Baiklah. Dan aku akan memperhatikan kesehatanku, minum vitamin, dan sebagainya... trims."

Senyuman Lucas mengembang puas, "Hebat."

Kemudian cowok itu mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya kepada Andrea.

"Apa?" Andrea menatap ponsel itu bingung.

"Nomor hp-mu?" Lucas mengingatkan.

"Oh, benar. Sori." Andrea meringis dan memasukkan nomornya ke dalam kontak Lucas. Dia memanggil nomornya sekali sehingga dia juga sekarang memiliki nomor Lucas.

"Jangan tulis yang aneh-aneh." ancam Andrea, ketika melihat Lucas tengah mengedit nama untuk kontaknya.

Lucas terkekeh jahil, "Aku menamaimu 'Cewek Roti', nih."

Andrea mengeluarkan ponselnya sendiri dengan gemas, "Kalau begitu kau adalah 'Cowok Pohon' dan kau nggak boleh protes."

"Aku nggak protes, kok. Itu sebutan yang keren."

"Cewek Roti nggak keren."

"Keren bagiku."

"Tapi--"

"Oh, hai Lucas!" kepala Georgia menyembul dari pintu dapur roti, "Kemeja yang bagus!"

Yang berhasil diketahui Andrea pagi itu dalam rangka acara bantu-bantu Lucas, adalah bahwa cowok itu payah dalam urusan dapur sehingga Andrea memutuskan untuk memberinya tugas mengeluarkan roti dari dalam oven dan mengepaknya untuk pengiriman. Setelah itu, Lucas menawarkan diri untuk menggantikan Andrea mengantar roti ke toko Lilian sementara gadis itu tinggal dan menemani Georgia.

"Anak itu tamu penginapanku, tapi dia sudah nyaris seperti kerja sambilan untukku juga." gumam Georgia dengan nada bersalah, dia mengawasi Lucas berangkat ke toko menggunakan skuter putihnya.

"Dia bahkan mau repot-repot mampir ke sini untuk mengambil sarapannya."

"Apa?!" Georgia terkejut.

"Aku tahu, aku sudah coba menolaknya tapi dia bilang dia senang bisa mampir ke sini. Jangan khawatir, aku akan tetap mengantarnya jika dia nggak ke sini. Kalau soal skutermu... menurutku dia justru kelewat bersemangat karena bisa dapat kesempatan mengendarainya lagi." kekeh Andrea.

"Ngomong-ngomong Andy, aku nggak punya kesempatan untuk membicarakan soal ini padamu kemarin, tapi aku sudah dapat opini dari teman-temanku mengenai ide pemasaran dari kalian, dan mereka sangat terkesan." Georgia berkata sembari membantu Andrea membereskan loyang-loyang, "Kami sama-sama setuju bahwa itu akan memudahkan orang-orang untuk menemukan usaha kami. Dan bila segalanya berjalan lancar, mudah-mudahan musim panas berikutnya akan lebih ramai."

The Boy Who Talked To The TreesWhere stories live. Discover now