“Actually, I don’t feel like it.”

“Kita tetep makan,” tutur Gardian tidak ingin digugat.

“Gue nggak bawa uang saku.” Uang saku Winnie sudah habis. Papa ataupun Mama tidak lagi mengirim uang ke rekeningnya, mungkin mereka ingin Winnie pulang saja jika butuh uang.

“Gue nggak nanya,” jawab Gardian kurang ajar. Tapi di balik ucapannya yang seperti itu, Gardian justru tulus.

Dan Winnie tahu. Gardian tidak akan mungkin membiarkan Winnie membayar untuk apa pun. Maka dari itu Winnie sering diam-diam ke kafetaria sendirian saat kelasnya dan Gardian berbeda, supaya dia bisa dengan sengaja membuang-buang uang orang tuanya.

Pada akhirnya mereka tetap berakhir makan, tapi Winnie belum juga menyentuh yoghurt ataupun piringnya karena Gardian tidak makan. Cowok itu hanya minum kopi, dan tadi pagi mereka tidak sarapan. Winnie tidak tahu apakah Gardian sudah sempat makan berat.

Gardian tidak sedang berusaha bunuh diri, ‘kan?

Lantas Gardian berdiri dari kursinya, dia menarik kursi lain untuk duduk di samping Winnie. Gardian mengambil piring spaghetti Winnie yang masih rapi, dia meletakkan piring di salah satu pangkuan, menggulung tipis spaghetti untuk Winnie.

“Gue gak suka makan sendirian,” kata Winnie ketus sambil menahan tangan Gardian yang hendak menyuapinya. Dan Winnie bersumpah, kalau setelah ini Gardian minum soda atau bahkan minum kopi lagi, dan tidak makan berat sama sekali, Winnie akan mematahkan leher cowok itu sekalian saja.

Tampaknya Gardian sudah lebih dulu tahu bahwa Winnie akan bersikap seperti ini, nyatanya cowok itu tenang saja dan malah mendengkus geli.

“Lo duluan, satu suap. Ntar gue nyusul,” kata Gardian berusaha menjanjikan.

Winnie tetap menggeleng patah-patah, menegaskan bahwa tidak ada yang boleh bernegosiasi di sini. “Lo belum makan sejak pagi, dan malah minum kopi. Memang mau dipukul?” Winnie memperjelas hal yang membuat dia kesal pada Gardian.

Bukannya merespons dengan baik, Gardian justru terkekeh pelan seakan Winnie baru saja melakukan sesuatu yang lucu. Gardian mempertahankan seringai yang agak sedikit lebih ceria dari biasanya, cowok itu menggeleng kecil entah memikirkan apa.

Winnie jadi bisa melihat taring Gardian yang seperti serigala. Mungkin di kehidupan sebelumnya, cowok itu adalah salah satu spesies seperti dalam sinema yang berkali-kali Winnie lihat sejak memasuki usia remaja.

Namun, setelah itu, Gardian menuruti Winnie juga. Seperti anak anjing yang patuh. Terkadang Winnie dibuat bingung, sebenarnya siapa yang membutuhkan siapa?

Winnie menyukai bagaimana Gardian dengan teliti menyisipkan rambut Winnie ke belakang telinga, bahkan jika ada satu helai saja yang tertinggal, cowok itu akan menggunakan jari telunjuk dengan hati-hati. Seolah Winnie merupakan salah satu barang dalam kotak yang selalu diberi peringatan “mudah pecah”.

Sepiring spaghetti itu habis lebih banyak kepada Winnie, rasanya lebih enak dari yang pernah Winnie makan di mana pun. Padahal dulu rasa masakan di sekolah normal-normal saja, tapi kali ini seperti ada bumbu spesial di dalamnya.

“What do you eat to be this cute, Owi?” tanya Gardian selesai Winnie mengunyah suapan terakhir, seakan tahu cewek itu bisa saja tersedak mendengarnya.

Mungkin Gardian butuh kacamata. Memangnya ada cewek yang kelihatan imut saat mengunyah?

Dan Winnie juga makan makanan manusia, mana mungkin ada suplemen makan untuk jadi imut. Gardian pasti sakit, sakit jiwa.

Selesai makan, Winnie masih sempat mengajak Gardian untuk membeli makanan dari kafetaria. Winnie melakukan ini sebenarnya supaya Gardian makan lebih banyak. Karena cowok itu tidak akan makan jika tidak Winnie paksa, apa lagi kalau Winnie tidak ikut makan.

HellowinnWhere stories live. Discover now