Hellowinn 6

16.8K 3K 2.6K
                                    

VOTE DULU YA
JANGAN LUPA SPAM KOMENTAR :*

Sebelumnya aku minta maaf karna lambat update berhubung lagi ngurusin perkuliahan. Dan makasih buat dukungannya, aku punya 17k followers sekarang 🥺♥️

Hellowinn 6
__________________

The Dirty Talk

Hari ini hanya ada dua kelas, dan Gardian tidak melihat Winnie sama sekali. Cewek itu juga tidak tampak di kantin, mungkin di kafetaria, atau justru sedang menjauh dari manusia di suatu sudut sekolah. Gardian sampai pada lantai paling atas tepat di bawah rooftop, di gedung utama I yang menghadap ke Barat. Ada dua lorong dan satu lagi anak tangga di depannya, menuju ke bawah ataupun ke atas. Gardian pergi ke kiri, mengikuti gerak kakinya sendiri karena tidak memiliki tujuan.

Gardian mendapatkan Winnie. Yah, memang siapa lagi cewek di sekolah ini yang akan melakukan hal-hal kelewat nekat saat sedang terdesak keadaan. Contohnya tidur di lantai pada lorong ruangan-ruangan kosong itu. Winnie tidur menekuk kaki, miring ke kiri dengan tas sebagai alas kepala. Cewek itu memakai masker hitam yang sudah ditarik sampai dagu, pasti karena kesulitan bernapas saat tidur.

Gardian mendengkus pelan, dia melepas jaket untuk menutupi setengah paha sampai kaki Winnie yang terbuka karena cewek itu memakai rok hitam pendek. Banyak sekali angin di sini, Winnie bisa saja sakit karena tidur di lantai. Tapi Gardian tidak ingin membawa cewek itu pergi. Jadi, Gardian duduk di dekat kepala Winnie, mengangkat bahu cewek itu hati-hati supaya Winnie bisa tidur di pangkuan Gardian.

“Ah,” Gardian mengerang pelan terdengar frustrasi. “That bitch,” gumamnya tidak terdengar senang sama sekali. Dia melepas masker yang Winnie pakai, lalu mengusap darah beku di sudut bibir cewek itu. Kata orang, Gardian tidak punya hati, karena dia selalu tega menghabisi siapa pun yang punya keberanian untuk sekadar menyentuhnya. Lalu bagaimana dengan yang satu ini? Bukan Gardian yang melukai Winnie, tapi justru dia yang merasa bersalah setengah mati.

Rasanya Gardian jadi ingin merobek setiap potong pakaian yang Winnie kenakan sekarang, supaya dia bisa melihat di mana lagi jejak-jejak lancang yang sudah Rieka tinggalkan. Sepertinya Winnie bermimpi, cewek itu mendesis dengan suara yang terlalu kecil walau Gardian masih mendengarnya. Winnie sedang kesakitan, cewek itu memegangi tangan kanan seakan tulangnya patah. Bahkan Winnie mendadak bangkit dalam posisi duduk, matanya terbuka sedikit, tapi Gardian yakin cewek itu tidak benar-benar sadar.

Gardian menarik pinggang Winnie hati-hati, memindahkan cewek itu untuk duduk di antara kakinya, menghadap ke sisi kanan Gardian. “Don’t worry, Little One. Everything’s okay,” bisiknya sambil menahan bagian belakang tubuh Winnie dengan lengan kiri. Gardian membiarkan kaki-kaki cewek itu berada di atas kaki kanannya.

Tangan Gardian mengusap bahu Winnie dengan ibu jari, atau beralih sesekali pada pipi Winnie yang pucat. Meskipun tidak pernah bilang, sepertinya Winnie menyukai aroma parfum Gardian, cewek itu baru saja mengendusnya di dada, kemudian mencengkeram kecil pada t-shirt hitam polos yang Gardian pakai seakan itu adalah tempat paling selamat. Gardian tersenyum kecil, menarik Winnie untuk lebih dekat, walau tidak ada lagi jarak yang tersisa.

Gardian melihat CCTV di ujung lorong, sesuatu berkilau kemerahan. “Yeah, fuck you,” katanya kesal, masih dalam nada rendah karena tidak ingin Winnie bangun. Angin berembus lagi, cuacanya tidak panas, pakaian Winnie terlalu terbuka di bagian bawah yang memungkinkan cewek itu kedinginan. Tapi untuk beberapa menit ke depan setidaknya jaket Gardian bisa sedikit memberi hangat.

Kemudian tatapan Gardian tiba-tiba teralih pada tangan kanan Winnie, dia tersenyum lagi saat masih melihat gelang merahnya di tempat yang sama. Winnie tidak melepas itu sejak Gardian berikan. “Lo ngambil tiga hal dari gue, Minnie,” Gardian bergumam, mengusap pipi Winnie sampai telinga cewek itu yang agak dingin. “Dan lo boleh ambil semua yang gue punya,” lanjutnya serius.

HellowinnWhere stories live. Discover now