11 [ diledekin Imam ]

5.2K 303 6
                                    

Hari ini Aisyah dan Imam benar-benar pindah ke rumah mereka sendiri setelah berpamitan dengan bunda, umi dan abi.

Di perjalanan Imam terus mengatakan bahwa rumahnya kecil. Jadi Imam meminta maaf jika Aisyah mungkin nanti kurang suka. Pun, meski kecil Aisyah tak masalah. Asal masih bisa berteduh kalah hujan atau panas.

Beberapa menit mereka sampai, Aisyah memukul lengan Imam. "Kamu bilang rumah ini kecil?" tanya Aisyah yang dibalas anggukan oleh Imam. "Ini besar, bahkan terlalu besar untuk kita berdua, Mas."

"Aku pikir ini lebih kecil daripada rumah orangtuamu. Aku takutnya kamu nggak biasa tinggal di rumah sederhana ini."

Aisyah mengusap wajahnya sekali. "Besar atau kecil itu sudah Alhamdulillah banget, Mas. Aku terima apa adanya kok," ucap Aisyah sambil mengusap lengan Imam.

Imam tersenyum ke arah Aisyah, "Terima kasih, ya."

Aisyah hanya mengangguk, kemudian mengajak Imam untuk menunjukkan isi rumah karena Aisyah penasaran.

Tepat mereka berdiri di depan pintu utama, Aisyah mengerucutkan bibirnya. "Kamu sengaja banget ya bikin pintu tinggi? Biar aku terlihat pendek."

Imam terkekeh. "Nggak mungkin kan rumahnya tinggi pintunya pendek? Nggak seimbang." Lalu Imam membuka pintu dan membiarkan Aisyah masuk terlebih dahulu.

Aisyah menutup mulutnya, "Masya Allah ini besar sekali. Kita cuma tinggal berdua, lho, Mas," ucap Aisyah sambil menatap Imam yang ada di sampingnya.

"Nantikan ramai-ramai."

"Sama siapa?"

"Anak-anak."

"Anak siapa?"

"Anak kita, Aisyah.."

"Hah?!" Aisyah terkejut.

Imam mengerutkan keningnya, "Memangnya kamu menikah sama aku nggak punya tujuan untuk punya keturunan?"

Aisyah hanya diam.

Imam menepuk bahu Aisyah lembut, "Aku paham kamu kaget. Nggak apa-apa, aku bisa nunggu sampai kamu benar-benar siap. Kita puas-puasin pacaran dulu aja sambil nunggu mereka hadir."

Aisyah tiba-tiba teringat perkataan bundanya semalam. Kemudian ia bertanya pada Imam, "Ini ada hubungannya sama nafkah batin, ya, Mas? Semalam aku searching, tapi kurang paham penjelasannya. Barangkali kamu bisa bantu jelasin ke aku."

"Iya, ada hubungannya. Termasuk di dalamnya adalah komunikasi yang baik, cinta, kasih sayang, perhatian, serta nggak kalah pentingnya adalah pemuasan hubungan. Nanti aku jelasin lagi, ya. Sekarang kamu istirahat dulu," ucap Imam sambil menggandeng tangan Aisyah menuju lantai dua.

Sesampainya di kamar, Aisyah merasa telah dibohongi Imam lagi. Karena Imam selalu bilang rumah mereka kecil. Tapi nyatanya ini besar sekali. Bahkan kamar ini lebih besar dari kamar Aisyah dulu.

"Kamarnya aku buat lebih besar karena untuk kita berdua, bukan seorangan. Kamu suka nggak?" tanya Imam yang dibalas anggukan antusias oleh Aisyah. "Alhamdulillah kalau kamu suka. Nanti kalau ada yang mau diubah, ubah aja sesuka kamu, ya."

"Ini udah bagus kok, Mas."

"Alhamdulillah.. Nanti barang bawaan kamu aku beresin sedikit-sedikit, ya. Soalnya banyak banget hehe.."

"Beresin sekarang, yuk, sekalian nunggu zuhur sama makan siang."

"Yaa sudah, ayo!"

**

"Akhirnya selesai juga!" pekik Aisyah setelah menaruh pakaian terakhirnya di lemari.

Imam yang mendengar itu langsung menghampiri Aisyah dan mengusap pucuk kepalanya. "Anak pintar. Istirahat dulu beberapa menit sampai tiba zuhur."

[✓] IMAMWhere stories live. Discover now