S E P U L U H||• 10

Start from the beginning
                                    

Ale mendesah pelan, matanya terpejam, "kau curang, Emmalya," desisnya, "berapa lama lagi aku harus menahan nya?"

Tak lama Ale bangkit dari dalam bathtub, lalu membilas tubuhnya. Diantara dingin nya air yang mengalir, ia mengacak rambutnya frustasi.

Adik? Ale tertawa dalam hati, haruskah aku puas dengan itu?

Setelah mendinginkan isi kepalanya, Ale mengeringkan tubuhnya, lalu mengenakan bathrobe. Langkanya mendekati kasur dan mendapati satu stel pakaian dengan secarik kertas diatasnya.

Aku sudah menyiapkan pakaianmu, aku pergi dulu

-kak Ely mu

Ale mengambil kertas itu, jempolnya sengaja menutupi kata 'kak'. Tubuhnya berbaring tak peduli kasurnya menjadi lembab karena rambutnya yang belum kering.

"Ely ku," bisiknya sembari menghirup aroma tinta kertas itu, lalu tertawa kecut atas penghiburan diri diantara keputusasaan.

Mata Ale mulai terpejam bersamaan dengan angannya yang melayang kembali pada ingatan tentang kehidupan keduanya, saat ia menjadi seorang Rian...

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Aleandro POV

"RYAAAN!!!" Seru seorang gadis mungil, berlari ke arahku, "lihat! Gimana? Cocok kan?"

Keningku berkerut, melihat penampilan gadis kecil itu yang terlihat seperti laki-laki, bahkan rambutnya dipotong pendek sekali, "kenapa berpenampilan seperti itu?"

"Ish! Ryan lupa ya? Kan Ryan pernah bilang klo gak nyaman deket-deket perempuan, jadi Lia kayak gini biar Ryan bisa nyaman Deket Lia," celoteh polos itu lagi lagi mengalirkan hangat dihatiku.

   Setelah mati ditikam anak panah, aku kembali hidup sebagai bocah berumur 7 tahun bernama Ryan yang hanya tinggal berdua dengan kakeknya. Di kehidupan kali ini tak jauh berbeda dengan kehidupan ku dulu. Cemooh dan kekerasan entah secara verbal atau fisik seperti makanan sehari-hari, karena satu alasan, aku anak haram yang tidak diinginkan.

   Aku terlahir dari rahim ibu yang bebas dan ayah yang tak bertanggung jawab. Setelah melahirkan aku, ibuku memilih membunuh dirinya dengan menegak racun, sedangkan kakek yang tak menerima apa yang menimpa putrinya melemparkan amarahnya dengan menutup mata, tak peduli apa yang aku alami.

Apa ini yang dirasa Derrick selama ini? Tanyaku dalam hati mengingat kembali pemuda berambut hitam itu.

Di lain hari gadis kecil itu menangis sembari berteriak, "RYAN BODOH!! kenapa diam aja?! Kalo mereka mukul ya bales pukul!"

"Aku tak apa-apa," ucapku, jujur saja pembullyan yang mereka lakukan tak sebanding dengan penyiksaan yang dilakukan Emmalya de Lacrux.

"Ya tapi tetap aja sakit!" Omel gadis itu dengan wajah sembab, namun tangannya tak berhenti mengobati luka-luka ku.

   Satu hal yang aku syukuri di kehidupan kali ini, bertemu dengan Amelia Laura intan, gadis kecil yang tinggal di samping rumah kakekku sekaligus pemilik jiwa dengan rasa yang hangat. Yahh kemampuanku sebagai pencicip jiwa terbawa di kehidupan kali ini, kali ini aku tak membenci kemampuan ini.

   Namun kedekatan kami berakhir  saat aku memasuki bangku SMP, tepat usia ku menginjak 13 tahun dan Amelia, 11 tahun. Keluarga gadis itu pindah, sejak itu aku tak bertemu dengannya lagi.

  
  'Ryan janji ya jangan lupa sama Lia, pokoknya kalo sudah besar kita bakal ketemu lagi'

   Kata-kata itu mendengung, seperti bara yang diberi minyak, semangatku menyala untuk bangkit dari keterpurukan atas kesedihan perpisahan kami.

"Ya, kita sudah berjanji bukan? Kita pasti bertemu lagi, Lia," tekadku.

•••

Sepuluh tahun...

Selama itu aku mencarinya, tanpa lelah aku menulis, menyelam berbagai genre, berharap gadis kecil itu menjadi salah satu pembacaku. Entah sudah berapa kali buku ku diterbitkan, berapa kali pertemuan antar pembaca aku hadiri, tapi gadis itu tak ada diantara mereka.

   Aku mulai putus asa, ingatanku saat aku menjadi Aleandro kembali menyeruak membuat tanpa sadar jemariku mengetik satu persatu adegan dan lahirlah...

Light in the night.

   Ku pejamkan mataku, lelah. Setelah menyelesaikan setengah endingnya, hatiku kembali merasa ngilu, mengingat kembali kenangan lalu dan menulisnya membuatku merasa gila.

Aku tersenyum kecut, tanganku bergerak menutup laptop, lalu memasukkannya kedalam tas. Mataku melirik kearah jam di dinding.

Sialan! Aku terlambat

Buru-buru aku bergegas menuju sebuah cafe, tempat janjian pertemuanku dengan Auryn sang editor killer.

   Bibirku meringis, membayangkan omelan macam apa yang akan dikeluarkan oleh Auryn. Namun langkahku terhenti saat sebuah perasaan familiar menerjang panca indraku.

Rasa ini...

Mataku membulat dengan perasaan membuncah, tepat pada saat netraku menangkap sosok gadis yang selama ini aku cari. Aku tak pernah salah mengenali rasa jiwanya, gadis itu...

"Lia," panggilku sembari mengejar sosok itu, tanpa kusadari aku sudah berada di tengah jalan dan...

BRUK!

Tubuhku menghantam sebuah mobil, hingga terpental ke ujung jalan. Darahku menumpuk di jalanan, aku bergetar ketakutan.

   Sakit yang mendera terasa begitu familiar, aku tau ini sakit yang akan mengambil segalanya dariku.

Tidak..

Kali ini jangan...

Kumohon, setidaknya izinkan aku bertemu dengannya, sekali saja...

Perlahan semuanya menjadi gelap.

-


-
-

Sorry up na kemalaman 🙏🙏🙏
semoga chap kali ini memuaskan

Sorry up na kemalaman 🙏🙏🙏semoga chap kali ini memuaskan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Rian aka Ale di kehidupan ke 2)

Jangan lupa vote dan coment nya!

Sampai jumpa lagi di next chapter!

Evil Sister In Novel BL(REVISI)Where stories live. Discover now