Perhatian Sang Kapten

Start from the beginning
                                    

Ia hanya mendengus kesal ketika Riyan dengan sigap mengkipas-kipaskan Tania agar ia cepat tersadar. Tiba-tiba saja Riyan menatap Rena yang berada diluar jendela.

Ia menatap tajam seraya dengan menghampiri Rena yang berada di luar.

"Mau ngapain kesini? Mau pingsan lagi?"cibir Riyan dengan nada dingin seakan menghina Rena dengan blak-blakan.

"Enggak. Gue disuruh buat jagain Tania sama Pak Revan."singkat Rena yang menunduk karena sedari tadi Riyan menatap matanya tajam seakan ingin memakan nya.

"Ayo masuk!"Perintah Riyan yang menarik tangan Rena begitu saja.

Rena yang kaget hanya diam saja.
"Ayo masuk. Jangan takut kali. Biasanya kan lo udah sering kesini. Masih aja takut"kata Riyan dengan juteknya.

"Eh iya maaf.. Tapi gue bisa jalan sendiri kok" Ucap Rena dengan tertawa kecil.

Situasi salah tingkah berhembus begitu saja. Tangan Riyan sedari tadi memegang tangan Rena yang membuat Rena merasa ingin terbang.

"Eh sori gue gak sengaja megang tangan lo"Gumam Riyan yang kemudian menghempaskan tangan Rena.

Rena hanya memperhatikan Riyan yang sangat begitu perhatian ketika menangani seseorang yang ada dihadapannya. Rena mengangkat kedua alisnya ketika Riyan dengan telaten mengoleskan minyak kayu putih di hidung Tania.

"Lo selalu perhatian ya sama orang yang pingsan?"tiba-tiba saja kata itu keluar dari bibir mungil Rena.

"Di PMR ada peraturan yang harus dilaksanakan. Sebagai anggota PMR kita haru saling menolong. Dan satu lagi, Profesional. Jadi harus kayak gini. Kalo enggak mana mungkin gue diangkat jadi Ketua UKS "kata Riyan dengan bangga.

Rena tertawa singkat. "Pantesan aja lo diidamkan sama murid wanita disini. Lo itu hebat."

"Kenapa emangnya? Lo juga kalo pingsan selalu kayak gini! Bahkan lo itu selalu aja bikin gempar sekolah"singkat riyan.

"Maaf kalo gue sering banget bikin lo pusing karena ulah gue"gumam Rena yang memegang ujung dasinya dengan erat.

"Ya-- gue udah tau. Dan gue juga udah siap kalo setiap hari senin. Pasti lo selalu aja pingsan tanpa sebab."

Rena berdecak bingung. "Gue juga gatau kenapa. "

"Tapi kalo lo lagi pingsan, lo itu lucu tau. Gue suka aja"singkat Riyan yang membuat jantung Rena berdetak dengan cepat.

Tanpa sadar senyuman itu hadir lagi. Senyuman kapten futsal sekaligus kapten Palang Merah Remaja di sekolahnya.

Hentikan waktu walau hanya senyuman sesaat itu saja. Karena bagi nya, senyuman lelaki itu sangat indah melebihi apapun.

Senyuman kapten es yang mulai menghangat.

Baru saja Riyan bilang kalau ia sangat lucu dan ia sangat suka dengan gadis itu. Rena hanya bisa terdiam menahan rasa gugupnya ketika berada didekat Riyan . Ia sangat tidak bisa berkata apa-apa. Ia seakan berada diangkasa melayang jauh dan tidak ingin kembali lagi. Setidaknya Rena memiliki harapan untuk bisa dekat dengannya.

"Sikap kamu itu semakin hari semakin manis. Kayaknya Batu es tebal itu semakin mencair ya?"Rena sangat menantikan hal ini terjadi.

Untuk kesekian kalinya, Semesta mengabulkannya.

Sudah hampir setengah jam ia berada di ruangan UKS ini untuk menjaga teman sekelasnya yang pingsan bersama dengan cowok yang sangat dingin dan jutek sekali.

Riyan sedari tadi hanya memainkan gadget miliknya tanpa memperdulikan Rena yang berada disampingnya. Riyan hanya sibuk sendiri.

Rena kemudian menghela napasnya panjang. Ia sangat bosan dan jenuh dengan keadaan seperti ini. Hanya satu yang membuatnya masih saja ingin berada di UKS karena ingin dekat bersama pangeran es yang satu ini. Pangeran yang sama sekali tidak peka dengan dirinya. Yaitu Riyan .

"Biasanya orang pingsan berapa lama sih?"tanya Rena dengan heran.

"Mana gue tau. Lo masa gak merasa sih? Bukannya lo selalu aja pingsan?"balas Riyan dengan datar.

"Lo gimana sih? Gak becus jadi petugas disini. "

"Santai aja kali lagian lo itu harusnya nyadar kalau lo itu selalu aja nyusahin gue, dasar"kata Riyan dengan datar.

Rena tidak ingin menambah masalah dengan Riyan. Ia hanya bisa diam saja mendengar apapun ucapan Riyan dengan santai.

Clekkkk!

Pintu UKS terbuka. Seorang lelaki yang baru Rena lihat masuk dengan keadaan bingung. Lelaki itu menggunakan seragam yang berbeda dengan Rena maupun siswa yang lainnya. Nampaknya lelaki itu sedang mencari sesuatu di dalam UKS atau sedang ada keperluan dengan seseorang disekolah ini.

"Sori. Gue cuman mau minta betadine sama plester."kata lelaki itu dengan lembut.

Rena yang memandanginya kemudian tersadar."Eh. Ada nih, buat apa emangnya? Ada yang luka?"tanya Rena yang melihat lelaki itu. Sepertinya ia bukan sekolah disini.

"Tangan gue cuman kena besi aja tadi di lapangan. Tapi gue gak papa kok. "Kata lelaki itu kembali.

Rena melirik Riyan yang masih saja memainkan handphone nya itu. "Yan , ada yang mau minta betadine sama plester. Lo kasih gih, kasian dia. Tangannya luka"bisik Rena kepada Riyan yang sedang bertugas itu.

"Lo tau kan yang mana? Ambil aja sendiri"sahut Riyan dengan kasar dan juteknya. Memang sikapnya sangat jutek terhadap siapapun termasuk orang yang baru ia kenal.
Rena sibuk mencari dimana benda kecil itu berada. Ia sama sekali tidak tahu dimana biasanya petugas ruangan ini menaruh benda itu dengan rapi.

Rena mencari di laci namun hasilnya sama sekali tidak ditemukan. Ia tersenyum kikuk seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena ia malu dengan lelaki itu.

Kotak obat yang berantakan itu dirapikan oleh Rena hanya untuk membantu lelaki itu yang membutuhkan pengobatan. Rena mendengus kesal dengan sikap Riyan yang sama sekali cuek bahkan mengacuhkan lelaki itu. Hingga duapuluh menit kemudian ia masih saja tidak menemukan dimana obat itu.

"Udah ketemu?"sahut Riyan dengan datar.

"Belum, dimana sih emangnya. Gue capek nyarinya dimana. Lo kan yang biasa bertugas disini. Masa gini aja gatau."balas Rena dengan kesal.

"Nih ada di kantong gue tuh"kata Riyan dengan santainya.

Rena menatap tajam Riyan. "Dasar petugas pmr aja udah kayak penjaga neraka! Dasar!"dengus Rena dengan kesal. Bagaimanapun ia harus sabar dengan sikap Riyan.

Sementara itu mata Riyan menatap lekat-lekat lelaki yang bersama Rena. Aura dendam menghiasi tatapan antara Riyan dengan lelaki itu.

"Senang bertemu denganmu, Riyan."kata lelaki itu yang tersenyum sinis.

Sial, dia kembali. Pikir Riyan

ANGLOCITA  [selesai]Where stories live. Discover now