What's Less Special?

9. IN LOVE?

Detik itu juga, aku merasakan mataku yang memanas dan jantungku berdebar, kali ini karena rasa bahagia yang diberikan oleh Zidan. Tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan berjalan dengan hal yang tidak pernah terbayang dalam kepalaku barang sedikitpun.

Kugerakkan jari tanganku, berusaha menyampaikan sesuatu dengan bahasa isyarat.

"Terima kasih, kamu sahabat terbaikku, sampai kapanpun."

Karena pada akhirnya, hanya itu yang bisa kusampaikan kepadanya, lelaki baik hati yang berhasil membuatku merasa berharga di dunia, lelaki yang berhasil membuatku merasakan jatuh cinta, juga dicintai, lelaki yang datang membawa cahaya ke dalam hidupku dan tidak memberikan celah untukku kembali bersedih.

Zidan tersenyum hangat, menarik lembut diriku ke dalam pelukannya. "Sama-sama cantik, jangan sedih lagi."

Siang itu, bel yang menunjukkan bahwa jam istirahat telah selesai berbunyi dan berhasil menarik atensi seluruh warga sekolah, termasuk menarik pelukan hangat kami yang sayangnya aku harap dapat berlangsung selamanya.

Zidan berdiri, masih tetap dengan senyumannya. "Gue anter ke kelas."

Aku menggeleng. "Nggak usah, jauh, aku balik sendiri aja."

Lelaki itu diam sejenak, kemudian mengangguk. "Okay, I'll see you after school."

Mataku terus menatap punggung lebar Zidan yang berjalan semakin jauh. Bibirku menyunggingkan senyum kecil dan segera kembali ke kelas.

Kemudian, seorang gadis dengan cepat muncul begitu saja dalam pikiranku bersamaan dengan sebuah rencana gila yang memenuhi kepalaku. Mendesak untuk segera direalisasikan karena rasanya rencana itu adalah yang paling tepat untuk bagaimana kehidupanku akan berjalan kedepannya, bersamanya.

"Mungkin aku nggak akan izinin kamu buat jatuh cinta lebih jauh sama aku, you definitely deserve a better girl, Zidan. Terima kasih banyak karena sudah mencintaiku dan bikin aku jadi perempuan paling bahagia di dunia, I love you more, sahabatku."

SELESAI.

05.51 am / sun. oct 23, 2022