3. AGAIN

9 5 0
                                    

SMA Bachtiar. 15 menit sebelumnya.

"Anindya, sini, nak!"

Aku menoleh, mendapati Bu Paramitha, guru Biologi kelasku yang berdiri di ambang pintu kantor guru. Aku segera menghampiri beliau.

"Anindya Misha, nomor absen 3?"

Aku mengangguk.

"Ini hasil ulangan kamu, sengaja ibu kasih langsung karena kamu dapat nilai tertinggi di kelas." Guru muda yang biasa disapa Bu Mitha itu tersenyum hangat. "Selamat ya, semangat terus belajarnya."

Aku menerima kertas ulangan harian Biologiku sembari mengangguk hormat. Tertulis dengan sangat jelas angka 98 di pojok kanan bagian atas kertas. Tanpa sadar, bibirku menyunggingkan senyum lebar.

Setelah Bu Mitha masuk kembali ke dalam kantor guru, aku melanjutkan langkahku menuju kantin. Rasa laparku sedikit tersamarkan oleh rasa bahagia dan lega setelah mengetahui nilai ulangan harianku yang memuaskan.

Nggak sia-sia belajar semaleman, batinku senang.

Kakiku melangkah ringan memasuki kantin yang lengang. Aku berhenti sejenak, memikirkan apa yang perlu dibeli untuk mengganjal perutku dengan berbekal dua lembar uang bergambar pahlawan nasional Dr. K.H. Idham Chalid. Akhirnya, pilihanku jatuh pada nasi goreng jawa dan segelas es teh manis. Setelah membayar, aku duduk di bangku panjang yang kosong untuk menikmati makan siangku sendirian.

"Anin," panggil seseorang. Aku mendongakkan kepala. Itu Deya, teman sekelasku. Tanpa berkata apa-apa dia duduk begitu saja di hadapanku dan meletakkan gelas berisi es jeruk serta semangkuk bakso dengan uapnya yang terus mengudara.

Keningku berkerut samar. Apa yang dilakukannya? Bukankah Deya adalah orang yang sangat anti denganku?

"Ada hal penting yang pengen gue omongin," ucap Deya menjawab kebingunganku. Aku mengangguk seadanya.

Gadis itu terlihat sangat cantik dan anggun, rambut panjangnya hitam legam serta mengkilap, kulitnya mulus dan juga bersih. She looks expensive, as she should.

Deya menarik napas dalam. "Lo tau kan, gue punya cita-cita jadi dokter? Dan lo pastinya tau sendiri kalo jadi dokter itu jauh dari kata gampang." Deya tidak menatapku, tangannya sibuk memotong kecil-kecil bakso di mangkuknya dengan bantuan sendok dan garpu.

Oh, hal ini lagi.

BERSAMBUNG

3.00 pm / sat. march 19, 2022

What's Less Special?Where stories live. Discover now