28

367 63 46
                                    

1 minggu berlalu sejak kejadian itu Xiaoting dan Yujin tak pernah saling bertegur sapa, semua karena Yujin yang selalu menghindari Xiaoting dan terus ditempeli oleh Shiro. Xiaoting prustasi karena ia merindukan Yujin, segala cara Xiaoting lakukan agar bisa bicara dengan Yujin namun selalu gagal.
Dulu saat Xiaoting sedang merasakan banyak beban atau ada masalah dengan Yujin akan ada Shiro yang siap mendengarkan, namun kali ini Shiro memang terlihat lebih berpihak pada Yujin, Xiaoting merasa sendiri meski member lain selalu ada untuknya tapi mereka tak akan mengerti tentang cinta dan urusan orang dewasa.

Tengah malam Xiaoting pergi ke dapur untuk mencari minum, begadang membuatnya haus ditambah Xiaoting haus belayan.

Xiaoting sedikit tersenyum karena ia melihat Yujin yang sedang duduk dan meminum bir. Xiaoting langsung menahan tangan Yujin yang akan kembali minum. "Jangan terlalu banyak minum." Ucap Xiaoting lalu menarik kaleng-kaleng bir di depan Yujin.

"Aku baru minum setengah kaleng Ting, sini balikin." Jawab Yujin dengan kesal ia tak suka acara minumnya diganggu apa lagi oleh gadis yang sudah menghancurkannya itu.

Xiaoting masih menahannya dan malah ia menengguk habis bir sisa Yujin tadi. "heh kamu ga bisa minum!" Yujin menarik kaleng itu namun Xiaoting malah mengambil semua bir yang masih tersisa 5 kaleng di meja makan, Xiaoting langsung membawa pergi ke balkon tanpa mengindahkan panggilan Yujin.

Entah keberanian dari mana Xiaoting langsung membuka satu persatu kaleng bir itu dan meminum habis, baru saja 1 kaleng Xiaoting sudah sangat mabuk, ia memang tak bisa meminum alkohol. Yujin yang melihat itu langsung menghampiri Xiaoting dan duduk di sebelah Xiaoting yang sudah duduk dengan lemas.

"Kenapa kamu bohongin aku terus Ting? Apa aku emang cuma pelarian kamu seperti yang Shiro bilang? Kenapa harus aku Ting? Padahal aku tulus sayang sama kamu." Yujin akhirnya menangis di samping Xiaoting yang sudah mabuk berat, Yujin sengaja mengungkapkan isi hatinya saat Xiaoting mabuk agar gadis itu tak mengingatnya.

"Aku kasih semuanya buat kamu Ting, aku percaya sama kamu tapi kenapa balasan kamu kaya gini? Aku sayang banget sama kamu ting" Lanjut Yujin lagi, air matanya semakin deras keluar.

Saat Yujin hanyut dalam tangisannya, tiba-tiba Xiaoting ikut menangis dan bersimpuh di hadapan Yujin. Yujin kaget dengan tingkah kekasihnya ini.

"Aku emang berengsek tapi aku ga selingkuh, salahkan wajah cantiku yang membuat semua orang terpesona. Xiaoting memang cantik. Hahaa... Tapi Xiaoting hanya mencintai CHOI YUJIN." Xiaoting yang mabuk akhirnya melantur, tertawa dan menangis serta berteriak tak jelas saat ini.

"Block Yurina, seperti aku block Caibing. Ayo asal jangan block aku di hatimu. Haha." Xiaoting memberikan ponselnya pada Yujin, meminta Yujin agar melakukan hal yang sama block nomor masa lalu.

Yujin merasa lucu dengan tingkah kekasihnya ini, Yujin tau jika Xiaoting memang tak selingkuh namun memang dasarnya mulut manisnya tak bisa ditahan. Akhirnya Yujin mengambil ponsel Xiaoting dan melakukan apa yang Xiaoting minta, block nomor Yurina. Selama satu minggu ini Yujin banyak berpikir tentang banyak hal termasuk hubungannya dengan Xiaoting, Yujin sangat mencintai gadis ini sehingga tak sedikitpun ada pikiran untuk mengakhirinya.

"Sayang, Yujin ku yang paling cantik dan seksi, serta desahannya yang seksi, maafkan kekasihmu yang cantik ini ya. Bagaimana kalau besok kita menikah saja supaya tak ada pengganggu di hubungan kita. Ayo bertemu Eomma dan Appa besok dan pergi ke gereja lalu menikah. Choi Yu.. Jin ayo menikah. Hiks..." Xiaoting semakin melantur kali ini ia kembali menangis dan terlihat sangat menyakitkan sekali tangisannya itu. Yujin hanya diam karena ingin tahu apa saja yang akan Xiaoting katakan.

"Shiro kamu tau? Shiro menyukaimu bahkan anak sialan si bule akan merebutmu dariku, eoh enak saja Jiejie china inih tak akhan kalah. Akuh akan kerahkan pasukan panda untuk menghajar mereka." Xiaoting mengangkat wajahnya dan kini menatap Yujin dengan mata sendu penuh air mata.

Debut dihatiWhere stories live. Discover now