53. yoongi - XXXXX

444 26 19
                                    

Rahang Seokjin menegang saat jari-jari panjangnya menyusuri jajaran jas di tukang jahit ekslusif.

Matanya nanar memandang Yoongi yang berjalan di hadapannya dengan senyum lebar. Satu tangan sibuk menunjuk ke sana kemari, sementara tangan satunya melingkar di pinggang Jenna.

Perempuan itu tampak betul-betul bahagia menjelang hari pertunangannya. Bahkan Seokjin yang biasanya dingin, sampai harus menahan diri agar tidak terbawa oleh keceriaannya.

Jauh dalam hatinya, ia paham kenapa Yoongi juga bersemangat menikahi teman lamanya ini. Jenna sungguh seseorang yang menyenangkan dan dapat menghibur disaat hari-harimu sedang berat.

Tapi Yoongi tidak boleh menikahi Jenna. Apapun yang terjadi, Yoongi harus menikahi Hana.

Group bisnis mereka sudah terlalu besar untuk diguncang oleh skandal. Perceraian, termasuk skandal. Dan Seokjin yakin, pernikahan Yoongi dan Jenna hanya akan berakhir pada perceraian.

Bukan. Itu tidak tepat. Ia awalnya tidak ingin mempercayai Dora. Mistis di abad 21? Itu semua tipuan dan sulap.

Tapi kartu-kartu emas dari Dora, memandunya pada seorang perempuan yang merubah dirinya, kebiasaannya, hatinya.

Ia menggigit bibirnya. Seperti Hana merubah Yoongi.

Seokjin menghela napas panjang berusaha menenangkan diri. Memaki dalam hati. Lagi-lagi ia dan Namjoon salah langkah.

"Kenapa aku harus ikut memilih jas, sih?" Ia merajuk.

"Style mu kan yang paling klasik, hyung. Yang lain akan mendengarkan keputusanmu mengenai seragam kalian buat pesta pertunangan kami."

"Buat apa lagi seragam? Kita sudah punya ratusan jas, Yoongi..."

"Kalian pasti sudah punya jas warna navy kan, oppa?" Jenna bertanya dengan ceria. Jelas mampu membaca situasi.

"Tentu saja. Yang lain juga aku yakin punya." Seokjin memaksakan diri tersenyum. "Apalagi?"

"Kemejanya putih dan dasinya baby blue ya, oppa."

"Okay." Seokjin mengeluarkan ponselnya. "Pestanya tanggal berapa tadi?"

"Tanggal 9 Juni, oppa." Jenna mengedipkan sebelah matanya. "69. Gampang diingat."

Seokjin akhirnya tertawa, balas mengedipkan sebelah matanya ke Jenna. Yang tampak lega calon kakak iparnya tidak lagi tampak memusuhinya.

"Yoongichi, sepertinya Seokjin oppa tidak perlu berada disini lebih lama lagi kalau memang mereka sudah punya jas navy." Jenna menggelayut manja di tangan Yoongi.

Yoongi melirik Seokjin dengan tatapan kurang suka, sudut-sudut mulutnya tertarik turun.

Ia memaksa menggamit siku Seokjin, menariknya ke ruang ganti. "Paling tidak beritahu pendapatmu tentang tuxedoku, hyung."

"Kenapa sih harus aku? Hoseok kan jelas lebih ahli masalah fashion. Aku sudah terlambat buat janjiku." Seokjin tidak bisa lagi menahan kekesalannya saat Yoongi mendorongnya terduduk di kursi empuk di depan ruang rias.

"Tidak akan lama. 15 menit saja." Yoongi memasuki ruang ganti besar. Dua pegawai tukang jahit menyusul masuk sambil membawa setelan di tangan mereka sebelum menutup tirai.

Kepala Yoongi menyembul dari tirai dengan senyum jahil. "Lagian aku malas kalau bareng Hoseok. Mulutnya itu tidak bisa berhenti ..."

"Mengeluh, mengeluh dan mengeluh." Seokjin menyelesaikan kalimat Yoongi.

Mereka berdua berpandangan. Sudut mulut mereka bergetar, lalu tawa membahana pecah dari keduanya.

Cekikikan Yoongi masih terdengar sesekali dari balik tirai ruang ganti. Seokjin menyilangkan kakinya, membuka ponselnya untuk mengabari rekan janji meetingnya bahwa ia akan terlambat.

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Where stories live. Discover now