6. Es Krim dan Memori

Start from the beginning
                                    

Lucas kemudian menaiki skuter dan menguasai kemudi cukup cepat. Dia mengendarainya keluar gerbang penginapan. Sesudah mengunci gerbang, Andrea mendudukkan diri di jok belakang Lucas.

Lucas menolehkan kepalanya hingga Andrea dapat melihat profil samping wajah cowok itu yang tersenyum, lalu mulai berbicara dengan aksen Inggris tradisional yang sempurna, "Nona Jacobson, saya khawatir jalanan yang berbatu dan cuaca yang agak berangin akan sedikit menghambat perjalanan kita. Kuharap Anda dapat tetap merasa nyaman di belakang sana."  

"Perhitungan dan kehati-hatian, Tuan Freewell. Itu yang terpenting. Pastikan saja kita tidak terlambat untuk pesta dansa besok malam dan pastikan kuda-kudaku diberi makan dan minum dengan baik selama perjalanan." Andrea menyahut sok resmi.

"Tentu, My Lady." Lucas membuat gerakan menghormat dengan ujung topinya yang nihil, sebelum tawa keduanya pecah.

Kalau dipikir-pikir, seumur hidupnya ini pertama kalinya Andrea diboncengi seseorang cowok menaiki motor. Dulu ayahnya sering memboncenginya, namun itu hanya menggunakan sepeda. Dari belakang sini, Andrea dapat melihat lebih dekat ikal-ikal pirang lembut rambut Lucas yang sedikit menutupi tengkuknya, dan menyadari bahwa bahu cowok itu ternyata lumayan lebar.

Bagaimana rasanya bersandar di punggung ini?

"Menyenangkan!" seru Lucas bersemangat karena menikmati berkendara dengan skuter. Andrea tersentak. Dia menggeleng-geleng pelan berusaha mengusir pikiran melanturnya sementara Lucas terus melajukan mereka menyusuri Becky Hill.

The Old Mill merupakan sebuah museum yang berdiri tepat di tepi River Eye di daerah Lower Slaughter--tak jauh dari Upper Slaughter, di mana Brierwood dan rumah Georgia berada. Eksterior bangunan itu tak jauh berbeda dengan rumah-rumah tua di sekitarnya, hanya berukuran lebih besar, memiliki cerobong asap tinggi, dan sebuah kincir air besar yang berada tepat di atas sungai dan menempel di salah satu sisi bangunan . Dulunya, tempat itu merupakan pabrik penggilingan gandum dan tepung lalu sempat berubah menjadi toko roti. Dan sekarang beralih fungsi menjadi museum yang memiliki toko suvenir, kafe, dan kedai es krimnya sendiri.

Ketika sampai pada antrean paling depan bersama Lucas, Andrea langsung menyebutkan pesanannya tanpa menghiraukan etalase kaca yang menampilkan beragam pilihan rasa es krim.

"Raspberry-karamel dan choco mint..."

"Memangnya ada rasa itu?" Lucas mengamati etalase dengan bingung.

Seketika Andrea bungkam. Tanpa sadar dia melakukan kebiasaan lamanya.

Dan gadis itu tak mampu mencegah sebuah memori yang kembali menyeruak ke ingatannya. Itu adalah ingatan beberapa tahun lalu di Blackwood, ketika dirinya dan Matt masih sama-sama murid sophomore...

Baru semenit Andrea membalikkan badan menghadap belakang ke meja Kimberly Lim pagi itu di kelas Sejarah Amerika untuk mendiskusikan masalah tugas kelompok. Ketika kembali menghadap ke depan, tahu-tahu sebuah remasan kertas mendarat di atas mejanya dengan bunyi tuk pelan.

Andrea membukanya, mendapati tulisan 'indah' khas Matt yang berbunyi:

'Butuh es krim. Sekarang.'

Andrea menghela napas panjang dan menoleh kepada Matt yang duduk di meja sebelah dengan pulpen terjepit di antara hidung dan bibir atasnya. Cowok itu tengah merebahkan kepalanya ke atas meja, ekspresinya campuran antara muak dan teler akibat mendengarkan ceramah Mr. Miller di depan kelas.

"Aku ogah bolos." bisik Andrea.

Matt memajukan bibir bawahnya, menampilkan akting anak kecil yang memelas. Pulpen itu terjatuh dari bibir atas Matt.

The Boy Who Talked To The TreesWhere stories live. Discover now