Hufftt....

Akhirnya aku bisa bernafas lega, ternyata berpura pura menjadi Emmalya yang introvert itu sangat sulit. Untungnya, aku terbantu dengan ingatan yang tersimpan dalam tubuh ini, jadi etiket dan sopan santun ala bangsawan masih bisa kulakukan.

Ku baringkan tubuh diatas kasur. Tanpa terasa senyumku kembali terlukis, ingatan tentang sosok Aleandro membuatku harus menahan diri agar tidak menerjang dan mencubiti pipi pucatnya. Belum lagi Wajah tampan Duke...

AKH!!! Jangan gila! Ingat Emmalya dia ayahmu,, ingat AYAHMU!!, Tekan diriku sendiri agar tak membayangkan hal 'aneh' dalam pikiran kotorku.

Sebuah ketukan membuat ku terbangun, disusul suara mungil yang berasal dari sosok yang baru saja aku pikirkan.

"Masuklah."

Sosok mungil Aleandro mendekatiku perlahan, matanya menatapku takut.

"Maafkan saya nona, saya tidak bermaksud merebut posisi tuan muda Asterion," bibir mungil itu  bergetar bersama air mata yang tertahan di kelopak matanya, "tolong jangan benci saya lagi, sa-."

Kupeluk Aleandro, membuat kata katanya berhenti meluncur, berganti dengan Isak Tangis tertahan. Bagaimana bisa aku membenci makhluk menggemaskan ini? Emmalya benar benar buta sampai menyiksa bocah mungil ini dengan kejam.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, kamu tidak merebut posisi siapa pun, sekarang kamu adikku, Ale", ucapku, mencoba menenangkan. Dalam hati aku bertekad.

Aleandro, aku pastikan kamu tidak akan mengalami akhir yang tragis lagi, dekatku dalam hati sembari menepuk pundak Ale yang bergetar, saat jemarinya mencengkram gaun belakangku. Beberapa saat kemudian Ale melepaskan pelukannya, memalingkan wajahnya, malu.

"Maaf atas kelancangan saya," cicit Ale.

Oh... Cobaan apa lagi ini Tuhan?!

Wajah nya yang kemerahan itu terlihat sangat lucu, apalagi ketika matanya berkedip, membuat air mata yang belum jatuh menempel dilentiknya bulu mata yang mengapit mata polosnya yang sembab.

Ingin sekali rasanya kuciumi pipi-pipi itu, tapi apa daya aku harus menahan nya demi membangun image kakak yang baik dan lemah lembut.

"Hei, jangan kaku begitu," ucapku membantu Ale mengusap air mata, "kita sekarang keluarga."

Ale terdiam sejenak, lalu tersenyum, "Sekarang kita keluarga."

Sebuah ketukan terdengar, bersamaan Anne yang memberitahuku jika guruku yang baru telah tiba.

"Tunggu dulu," Ale menarik lengan gaunku pelan, ekspresinya yang seolah ingin mengatakan sesuatu membuat langkahku terhenti, "bolehkah saya memanggil anda kak Ely?"

Seketika semua dinding yang kubangun untuk menampilkan image kakak perempuan yang lemah lembut hancur seketika.

Persetan!

Ku tangkup wajah mungil Ale dan menyerang pipinya dengan kecupan, membuat tubuh mungil itu tersentak,  terkejut dengan rona di wajahnya.

"Selamat bergabung Ale," bisikku, lalu cepat-cepat pergi.

Sedangkan Ale masih mematung dengan pipi yang masih merona. Ale menyentuh pipinya, senyumnya mulai tercetak.

"Kau yang memulai nya kak, dan aku tidak akan melepaskanmu lagi kali ini," desis Ale, tubuhnya berbalik, berjalan diantara lorong menuju ruang kerja Duke Lacrux.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

"Apa sekarang sudah waktunya?" Tanya sang Duke saat Ale berjalan mendekatinya.

Evil Sister In Novel BL(REVISI)Where stories live. Discover now