Cheating is Her Life

216 57 3
                                    

Pukul 06:05, Ai sudah lengkap dengan seragam sekolah, bahkan sudah siap menali sepatunya. Rambut ombak sedikit di bawah bahu diurai. Hari ini ia harus cepat-cepat ke sekolah untuk meminta bantuan atas tugas rumahnya yang belum kelar sama sekali, bahasa kasarnya menyontek.

Mama masih berada di kamar, hanya Bik Nana yang terlihat sibuk di kebun belakang menyiram bunga mawar kesayangan Mama.

"Bik! Ai pergi dulu yaa!" teriak Ai dari pintu dapur.

Wanita empat puluh tahun itu tampak terkejut. Ia memutar kepala semprot pada selang hijau di tangannya. "Bibik belum siapain sarapan, Non. Biasanya, kan, berangkat jam tujuh sama Mas Bintang." Bik Nana meletakkan selang di rumput, lalu berderap menuju majikan mudanya. "Bibik buatin susu sama roti aja, ya?"

Ai menggeleng. "Nggak usah, Bik. Nanti aku sarapan di sekolah. Bibi terusin aja kerjanya, nanti bilang sama Mama."

Bik Nana mengangguk. "Hati-hati di jalan ya, Non. Jangan lupa sarapan."

Ai mengangkat jempol, kemudian beranjak. Gadis itu menyeberang ke rumah Yaka, yang berada tepat di depan rumahnya. Pagar besi cokelat di hadapannya belum terbuka, biasanya tukang kebun sudah terlihat membersihkan pada halaman rumah.

"Yaka!" teriak Ai dengan nada anak kecil.

Pintu gerbang terbuka. "Pagi benar ke sekolah, Aisha. Biasanya sama Mas Bintang," sapa Pak Toto, tukang kebun Yaka.

Ai tersenyum lebar. "Lagi ada urusan sekolah, Pak. Yaka udah bangun, kan?"

"Sudah kok. Bentar lagi pasti keluar. Atau Neng Ai masuk aja ke dalam."

Tiba-tiba Ai bertepuk tangan sekali, mengingat sesuatu. "Kalo Yaka udah siap, suruh nunggu ya, Pak. Aku mau ambil sesuatu dulu."

Ai kembali melangkah menuju rumah Bintang yang berada di samping rumahnya. Pintu pagar sudah terbuka, cewek itu meneruskan langkah untuk masuk.

Ai menemukan mama Bintang sedang menyiapkan sarapan, masih dengan baju tidur abu-abu dan cepolan asal. "Tante."

Mama Bintang mengangkat muka sambil tersenyum. "Hari ini nggak berangkat sama Bintang?"

Ai mengangguk. "Aku sama Yaka, Tan. Soalnya pagi ini ada urusan penting."

"Seharusnya setiap hari kalian gitu."

Ai tertawa singkat. Salah satu alasan ia suka nebeng Bintang, karena susah bangun pagi. Hari ini pengecualian, besok-besok akan kembali normal. "Bintang masih tidur? Aku mau ambil kunci motor, helm aku nyangkut di sadel."

"Masih. Kamu ke kamarnya aja."

"Oke, Tan." Ai berjalan menuju kamar Bintang di lantai dua, menjajaki anak tangga satu per satu.

Gadis itu membuka pintu tanpa ketukan atau salam. Tubuh di bawah selimut terangkat setengah dan matanya menyipit.

"Siapa lo?" tanya Bintang dengan suara serak terdengar kesal, rambutnya mencuat sana-sini.

Ai tersenyum manis. "Putri Aisha." Ia membuat kuncup dengan kedua tangan di bawah dagu.

Bintang membuang napas, lantas kembali berbaring. "Ketuk dulu, Jelek."

"Harusnya lo tuh bangun pagi kayak gue. Molor mulu, pemalas." Ai mendekat ke meja belajar Bintang, di sana ada kunci motor yang dibutuhkan.

Bintang mendengkus, matanya sudah menutup. "Baru juga hari ini lo rajin."

"Daripada nggak sama sekali. Gue mau ambil helm. Entar kuncinya gue taruh di kantong motor."

"Hm ...."

The Stupid Duckling ✔Where stories live. Discover now