Once Upon A Time

728 71 2
                                    

Pada suatu hari, seekor induk bebek sedang menunggu telur-telurnya menetas. Setelah beberapa lama, keluarlah anak-anak bebek dari cangkangnya, tersisa satu. Dengan sabar induk bebek mengerami telur itu hingga akhirnya menetas, tapi bebek yang terakhir ternyata buruk rupa.

Anak bebek yang lain tidak ingin bermain dengan si buruk rupa, mereka tertawa dan menghinanya. "Yang ini tidak mirip yang lain. Kau sangat jelek."

Ia merasa sedih dan kesepian, sebab merasa tak ada yang menyukainya. Suatu hari, ia melarikan diri, berhenti di tepi kolam dan bertanya pada bebek-bebek di sana, "Kalian kenal dengan bebek yang memiliki bulu abu-abu seperti aku?"

"Kami tidak kenal yang sejelek kamu."

Si buruk rupa tak patah semangat. Ia pergi ke kolam yang lain, kembali bertanya. Namun, semua memberikan jawaban yang sama.

Tiba-tiba ia melihat sekumpulan unggas cantik terbang di atasnya. Putih, leher panjang, paruh kuning, dan sayap yang lebar. "Seandainya aku bisa seperti mereka, sehari saja," gumamnya penuh kekaguman.

Musim dingin datang, si buruk rupa mencari makan di tengah salju, karena kedinginan ia pingsan. Seorang petani menemukan dan membawanya pulang agar bisa dirawat oleh putri si petani. Dan ia dirawat dengan sangat baik di rumah itu.

Hari terus berganti, si buruk rupa bertumbuh besar. Petani memutuskan untuk melepasnya ke kolam. Saat itulah ia melihat pantulan dirinya pada air jernih.

"Astaga! Aku sudah berubah sekali! Aku hampir tidak mengenali diriku." Kumpulan angsa turun ke kolam, saat si buruk rupa melihat mereka, ia menyadari bahwa angsa-angsa cantik itu persis dengan dirinya. Selama ini ia memang bukan bagian dari para bebek, tapi jenis yang lain.

Kemudian ia mendengar anak kecil di tepi sungai berkata, "Lihatlah angsa muda itu! Cantik sekali!"

Sejak saat itu angsa hidup bahagia dengan keluarga barunya. THE END

***

"Woi ... lihat nih. Mama Ai ngasih kado buku cerita!" pamer Aisha sembari berderap mendekati kedua temannya.

Bintang yang pertama kali mengangkat kepala dari tumpukan kelereng yang siap dibidiknya. "Emangnya hari ini kamu ulang tahun?"

Ai menggeleng. "Ini tuh kado, karena Ai udah bisa baca."

"Judulnya apa?" Nayaka bangkit dari posisi jongkok agar berdiri lebih dekat dengan Ai.

"Judulnya, hmm ...." Ai memperhatikan sampul buku bergambar bebek. "Te ugli duckling. Si bebek buruk rupa," bacanya dalam versi bahasa indonesia.

"Ayo baca di bawah pohon," ajak Nayaka dan melangkah lebih dulu.

"Lho, ini main kelerengnya udahan, nih?! Bentar lagi aku menang Naya!" protes Bintang.

"Yaka, Bi, Yaka. Bukan Naya!" protes Nayaka balik.

Bintang berdiri, dengan cemberut bergabung dengan Ai dan Nayaka di bawah pohon.

Ai membuka buku dan mulai memperlihatkan keterampilan membacanya. Nayaka mengeroksi ketika ada kesalahan, sedang Bintang mengejeknya habis-habisan.

"Kemudian, ia mendengar anak kecil di tepi sungai berkata, Lihatlah angsa muda itu. Cantik sekali. Sejak saat itu angsa hidup bahagia dengan keluarga barunya. Te En." Ai menutup bukunya dengan bangga.

Nayaka memberikan tepuk tangan dan dua jempol. "Ceritanya bagus."

"Kenapa judulnya si bebek buruk rupa? Dia, kan, angsa bukan bebek?" gerutu Bintang.

"Nggak tahu. Bintang cerewet banget sih," kesal Ai. "Ai mau jadi kayak angsa ini. Jadi cantik disuka banyak orang," sambungnya dengan mata berbinar.

"Kenapa mau kayak bebek jelek? Ai, kan, udah cantik," celoteh Bintang lagi.

Ai dan Nayaka menatap Bintang. Lalu membuang napas lelah.

The Stupid Duckling ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora