Part 15

2.8K 406 23
                                    

A/n thanks to shantapanjaitan, di ujung Indonesia bagian manapun kau berada, thanks a bunch ya kakaaaak :* buat bomb plus random comment semalem. Btw, entah kenapa aku masih pingin si Igo balik lagi. Entah kenapa :" hihihi. Oke pingin tau kenapa di a/n ini ada nama Igo? Yap silahkan baca potret persahabatan punya shantapanjaitan yaaaa.

Oke sampai part ini di publish, aku masih aja bayangin, seandainya nulis skripsi bisa lancar kayak gini ya

Ttd: mahasiswa tingkat akhir slash skripsi fighter.

Selamat menikmatiii

*****

Aruna menyedot jus alpukatnya dengan perlahan. Menikmati aliran jus kental berjalan pelan melewati kerongkongan. Gerry yang ada di hadapannya sedang menikmati bakso dengan kuah yang pedasnya bahkan sudah bisa Aruna perkirakan rasanya melalui aroma cabai yang dihirup oleh hidungnya. Bahkan dengan sepedas itu, Gerry tak terganggu sedikitpun. Hanya sesekali mengelap bulir keringat yang muncul di dahinya.

"Lo sama Ilan gimana, Na?" Gerry bertanya setelah menyendokkan potongan bakso terakhirnya ke dalam mulut. Menegak sebotol air mineral dingin sampai tersisa setengah.

"Udah tenggelam." Aruna menjawabnya dingin.

Kedua bola mata Gerry berbinar cerah. "Akhirnya." Gerry terkikik geli.

"Bahagia lo?"

Gerry menjawabnya dengan anggukan semangat.

"Udah gondok gue, Ger. Mana ada cuma temen tapi manggilnya sayang-sayang. Perhatian banget, lagi. Brengsek emang si Ilan. Bisa-bisanya deketin cewek lain sementara gue masih punya status sebagai pacarnya." Aruna mengaduk-aduk jusnya dengan kesal.

Sebelah tangan Gerry bergerak seperti mengipas sesuatu tepat di atas kepala Aruna. "Whoaa! Lo ngebul, Na." Gerry tertawa lagi-lagi menggoda Aruna.

Telapak tangan Aruna bergerak cepat memukul bahu Gerry yang duduk di hadapannya. Bibirnya mengerucut kesal.

Setelah tawanya mereda, Gerry menangkup sebelah tangan Aruna yang ada di atas meja. "Na, gue prefer Reno daripada Ilan." Suara Gerry terdengar serius di telinga Aruna.

Kedua mata Aruna mengerjap-ngerjap bingung. "Tapi gue gak suka sama Reno, Ger."

"Nanti, Na. Nanti."

Dahi Aruna semakin berkerut dalam. Momen langka Gerry mengeluarkan keseriusannya. Dan kelangkaan tersebut sedang dialaminya saat ini.

*****

"GERRY!!!" Aruna meneriakkan nama sahabatnya itu saat ia lihat Gerry yang sedang mengoper bola basket di tengah lapangan. Kemejanya sudah dilepas. Menyisakan kaos putih polos di tubuh bagian atasnya.

Refleks, Gerry menoleh saat mendengar teriakan Aruna menggema di lapangan sekolah. Ia melihat Aruna berlari dari arah parkiran depan. Reno yang sedang mengambil ancang-ancang untuk memasukkan bola ke dalam ring, ikut menoleh ke arah Aruna. Beberapa siswa menatap Aruna dengan heran. Penasaran, hal apa yang membuat primadona sekolah mereka berlarian sesiang ini. Mendadak, permainan basket berhenti.

"Tolongin gue." Aruna menggamit lengan Gerry dengan erat. Kedua matanya menatap penuh permohonan ke arah Gerry. Beberapa siswa yang ada di sekitar mereka, menatap Gerry dengan iri, berharap bisa berganti posisi dengannya. Penasaran, Reno melangkahkan kaki mendekat ke arah Aruna dan Gerry.

"Kenapa, Baby? Tadi katanya mau pulang?"

Aruna menggoyang-goyangkan lengan Gerry. "Please please ada Ilan di depan, please." Aruna mencebikkan bibirnya.

Trustحيث تعيش القصص. اكتشف الآن