Prolog

21 0 0
                                    

Happy Reading!








Hebat? Tentu. Pada usia yang terbilang cukup muda, gadis yang dikenal akan skill beladirinya berhasil membuat orang-orang takjub melihatnya.

Gadis itu tidak peduli akan reputasi. Jika tidak dipaksa, dia tentu tidak akan mau. Namun apalah dayanya ia, menolak pun tak bisa.

Sedangkan, orang tua dan kakeknya justru bangga akan hal itu. Karena ialah, reputasi ketiga orang itu melejit.

Mereka senang, tapi tak sadar jika ada seorang gadis yang merasakan sakit. Sakit pada fisik dan batinnya.

Dia Sheirra. Wanita yang sudah dididik untuk menjadi wanita dingin dan tidak berperasaan. Didikan keluarganya membuahkan hasil.

Kecerdasan Shei saat menangkap hal baru, mengingat dan kecekatannya patut diacungi jempol. Dan karena kemampuannya inilah keluarga Shei tidak menyia-nyiakannya.

Bukan hanya Sheirra saja. Cucu keluarga ini pun sama. Mereka mendapatkan didikan yang seharusnya tidak pantas untuk anak usia 5 tahun.

Shei terkadang merasa miris melihat adiknya yang berusia lima tahun itu tengah berlatih pedang.

Pernah saat itu Shei mendapati adiknya dimarahi ayahnya. Gadis kecil itu hanya diam, tapi Shei tahu betul rasanya bagaimana.

Saat latihan selesai, adiknya itu menangis di kamarnya. Namun Shei memilih tak peduli.

Kata ayahnya, "Kita jangan memakai hati kita untuk hal yang sia-sia, jangan pedulikan orang lain yang tidak berguna."

Perkataan itu terus saja teringat di otaknya. Bahkan sampai usianya 17 tahun pun, Shei masih tetap menerapkan ucapan ayahnya itu.

Namun tantenya pernah berkata, "Sekali-kali kau harus peduli dengan orang lain, karena suatu saat kau akan membutuhkan mereka."

Shei disatu sisi merasa bingung. Dia harus mengikuti ucapan siapa? Ayahnya atau tantenya itu. Ucapan keduanya sama-sama masuk akal.

Jika ayahnya tak ingin ia menjadi bodoh karena terbawa perasaan, dan tantenya yang tak ingin keponakannya itu tidak memiliki perasaan sama sekali.

Dibandingkan dengan ucapan kedua orang tersebut, ucapan kakek Shei lah yang selalu Shei jadikan pedoman dalam hidupnya.

"Kau tidak boleh lemah jika tak ingin tertindas, buang perasaan sialanmu itu, jangan biarkan hal itu mengganggumu. Jika kau memakai perasaan itu, kau akan bodoh."

Ucapan ketiga orang itu memang benar. Tapi Shei lebih setuju dengan kakeknya.

Didikan keluarga Kalandra sejak dahulu masih sama sampai sekarang. Keturunan Kalandra tidak boleh lemah dan kalah.

Meskipun mereka wanita, mereka harus setara dengan laki-laki. Kekuatan wanita harus sama dengan laki-laki.

Karena keluarga Kalandra tidak membutuhkan orang yang lemah.

Begitupun dengan Shei dan adik perempuannya. Mereka berdua sedari kecil sudah diajari hal yang berdarah.

Shei pernah membunuh musuh kakeknya saat ia berusia enam tahun. Hal itu diketahui oleh kakeknya dan karena hal itu ia terus mendidik Shei tanpa lelah.

Princess Of Darkness (Hiatus)Kde žijí příběhy. Začni objevovat