11. Tolong jangan sakit

1.2K 191 9
                                    


.
.
.
.
.
Pagi ini Fares sudah ada di depan rumah Regis, Fares kembali keluar dari rumah sebelum papa dan adiknya bangun. Fares sedang tidak ingin bertemu dengan keduanya.

"Fares, ayo masuk, kenapa malah nunggu disini." Fares sedikit terkejut saat Arum menarik tangannya agar masuk kedalam rumah.

"Kamu kenapa gak masuk aja tadi?" Fares hanya menunduk saat Arum bertanya.

"Fares kira, tante masih tidur." Arum tersenyum dan mengusap kepala Fares.

"Lain kali langsung masuk aja ya." Fares hanya mengangguk.

"Tante, Fares ke kamar Regis ya?" Arum menoleh dan mengangguk.

"Sekalian bangunin Regis ya Res." Fares mengangguk sebagai jawaban, sebelum akhirnya melangkahkan kakinya kelantai dua.

"Aku harap mas Abi cepet berubah."
.
.
.
.
.
Cklek

Fares membuka pintu kamar Regis dan masuk perlahan. Dia bisa melihan gundukan selimut ditengah ranjang, Regis masih asik bermimpi disana.

Srak

Ares membuka gorden jendela kamar Regis, membiarkan cahaya matahari yang baru terbit masuk kedalam kamar Regis.

"Gis, ayo bangun." Fares menarik selimut Regis agar sepupunya itu bangun, tapi ternyata Regis hanya mengulet kemudian tidur lagi.

"Regis, udah pagi, ayo bangun." Fares kembali menarik selimut Regis, kali ini hingga terjatuh dilantai.

"Hmmm...Nanti dulu bang." Fares cemberut saat Regis hanya bergumam.

"Regis ngeselin, aku udah nolak tawaran papa cuma buat bareng sama kamu, tapi kamu gak bangun-bangun, ya udah aku bareng Gio aja!" Regis langsung membuka matanya saat mendengar gerutuan Fares.

"Eh gak usah bareng bang Gio bang, udah bangun nih." Fares masih setia mempertahankan wajah kesalnya sambil menatap Regis.

"Cepet mandi, kalau lama aku tinggal bareng Gio!" Regis langsung beranjak dari tpat tidurnya saat Fares keluar dari kamarnya.

"Loh Fares, Regis udah bangun?" Fares mengangguk saat bertemu Tirta diluar kamar Regis, sepertinya kakak sepupunya itu ingin membangunkan sang adik.

"Regis masih mandi bang." Tirta tersenyum dan segera merangkul pundak Fares.

"Kamu pasti belum sarapan kan? Ayo turun kalau gitu, kita tunggu Regis buat sarapan bareng." Fares mengikuti langkah Tirta tanpa sepatah kata pun.

"Bang, Fares gak salahkan kalau Fares kesel sama papa?" Tirta langsung menatap Fares tanpa berhenti melangkah.

"Kalau papa mu udah keterlaluan ya gak masalah." Fares memainkan jemari mungilnya.

"Fares lagi kesel sama papa, soalnya papa ninggalin Fares di restoran kemarin, padahal papa kan bisa tungguin Fares sebentar." Tirta menepuk kepala Fares pelan.

"Sabar ya, nanti suatu saat om Abi pasti juga sayang ke kamu, sama kayak ke Raefal." Fares mengangguk sembati tersenyum.

"Makasih ya bang." Fares yang mengucap terima kasih membuat Tirta gemas.

"Aduh lucunya sih kamu Res."
.
.
.
.
.
Fares memandang keluar dari jendela uks, menatap lekat pada teman sekelasnya yang sedang berolah raga. Fares juga ingin berolah raga, tapi untuk hari ini dia harus rela hanya melihat dari dalam uks. Salahkan wajahnya yang pucat karena pusing yang mendera, membuat Gio dan Angkasa menarik tubuh mungil Fares untuk istirahat di uks, dengan diawasi Tirta.

"Bang Tirta, Fares beneran gak boleh ikut jam olah raga?" Fares memandang Tirta yang sibuk membenahi letak obat.

"Untuk hari ini aja, kamu gak boleh olah raga Res, atau kamu mau nginep di rumah sakit lagi?" Fares yang mendengar kata rumah sakit langsung begidik.

WächterWhere stories live. Discover now