07. Dimana?

1.3K 183 8
                                    


.
.
.
.
.
Tirta bergegas keluar dari kamarnya, menuruni tangga dengan tergesa, menimbulkan suara berisik dari langkah kakinya.

Cklek

"Lo mau kemana bang?" Tirta yang sudah berada ditengah tangga, menoleh saat mendengar suara Regis.

"Kerumah Fares." jawaban Tirta membuat wajah Regis menjadi khawatir.

"Bang Fares kenapa?" belum juga Tirta menjawab, sebuah pertanyaan kembali terlontar padanya.

"Ada apa sama Fares, bang?" Tirta menoleh kebawah, menemuka kedua orang tuanya sudah berdiri dibawah tangga.

"Fares telpon abang barusan bun, kayaknya dia lagi kesakitan." Regis langsung berlari turun dan mendahului Tirta untuk pergi kerumah Fares.

"Ayah, bisa ayah siapin mobil, sepertinya kita harus bawa Fares kerumah sakit." Hadi, ayah Tirta mengangguk.

"Kalian liat ke rumah Fares dulu, ayah siapin mobil." mendengar ucapan Ayahnya Tirta langsung berari keluar rumah, menyusul Regis yang sudah berlari lebih dulu.

Pak mun terlihat bingung saat dua keponakan majikannya itu berlari seperti orang kesetanan masuk kedalam rumah.

"Den Tirta ada apa?" pak mun yang membuka gerbang bertanya bingung.

"Fares mana pak? madih dikamarnya?" pak mun mengangguk.

"Saya gak liat den Fares keluar sejak den Tirta pulang tadi, tapi tuan Abi tadi pulang, cuma tiga puluh menit terus pergi lagi." mendengar penjelasan pak mun membuat Regis dan Tirta bergegas masuk kedalam rumah dan lari kelantai dua, kekamar Fares.

Sejenak mereka mematung didepan kamar Fares saat melihat, tubuh mungil sepupunya itu tergeletak tidak sadarkan diri dilantai kamar. Tubuhnya babak belur, belum lagi darah yang mengotori wajahnya.

"FARESTA!!" Tirta yang sadar lebih dulu langsung berlari menghampiri tubuh Fares. Menepuk pipi tirus itu beberapa kali, sebelum akhirnya mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya keluar kamar.

"Regis ayo, kita harus kerumah sakit." Regis langsung berlari mengikuti Tirta yang menggendong Fares, berlari keluar dari rumah, sudah ada mobil ayahnya disana, dengan sang bunda yang duduk disebelah dang ayah, memandang cemas kearah mereka. Bahkan oak mun pun terkejut melihat kondisi Fares.

"Kita bawa Fares kerumah sakit yah, pak mun jangan kabari om Abi, percuma." setelah mengatakan itu Tirta meletakan tubuh Fares kedalam mobil, sudah ada Regis di kursi tengah unyuk menopang tubuh lemah Fares.

"Kali ini mas Abi bener-bener keterlaluan."
.
.
.
.
.
Tirta menatap bundanya yang memegang tangan Fares. Fares sudah dipindahkan kekamar rawat, setah mendapat penanganan di igd tadi. Tulang rusuk Fares retak, sepertinya Abi benar-benar kesetanan menghajar Fares. Tirta menghela nafas sebelum memutuskan keluar dari kamar rawat Fares. Kadang dia berfikir, kenapa sepupunya yang manis itu harus mendapat nasib seperti ini.

"Bang Tirta." Tirta menoleh dan menemukan Regis berdiri di belakangnya.

"Kenapa Gis?" Regis langsung memeluk Tirta, adiknya itu menangis dengan menyembunyikan wajahnya dipundak sang kakak.

"Gak papa nangis aja, abang disini." kalimat lembut Tirta membuat tangis Regis semakin keras.

Tirta tau Regis sangat dekat dengan Fares, bahkan mungkin Fares lebih dekat dengan Regis dibanding dengan Raefal. Fares kecil dulu sering menghabiskan waktu dirumahnya, apa lagi saat Abi membawa Raefal pergi. Fares pasti datang kerumahnya dan bermain bersama Regis. Bahkan Tirta sangat ingat dulu Fares pernah mengatakan hal lucu namun menyesakan menurut Tirta.

WächterOnde histórias criam vida. Descubra agora