"Stefanie!" pekik Joven.

Joven segera berlari dan menangkap lengan gadisnya yang terbuai oleh pesona laut. "Dasar ceroboh! Jangan lupa ini bukan sekedar pantai babe! Di sana dalam, kalau kau terseret dan tenggelam bagaimana?"

Stefanie tersentak. Ia menyadari kesalahan yang ia perbuat. "Maaf.." ucapnya lirih.

"Aku tak mau kau lakukan hal itu lagi!" titah Joven semakin meremas kuat lengan Stefanie.

"Sakit.." Mengetahui dirinya kelepasan, Joven segera melepaskan jangkauan tangannya dari lengan Stefanie dan memeluk gadis itu.

"I'm sorry, honey."

Stefanie mengangguk. "It's my fault." (Itu salahku.)

Joven menyatukan dahi mereka berdua. "Jangan seperti itu lagi! Aku khawatir padamu, hm?"

"Aku janji."

"Mau lihat kucing yang lain?" tanya Joven sembari membelai pipi Stefanie.

Stefanie nampak berpikir. "Kucing lain? Tiggi?"

Joven mengangguk. "Aku mau.." seru Stefanie.

Joven mengulurkan tangannya di balas oleh Stefanie. Sebelum pergi, Stefanie mengenakan kembali flatshoes miliknya. Mereka berjalan menuju belakang mansion, melewati lapangan helikopter, dan sampai di suatu bangunan yang nampak besar, hampir seperempat dari ukuran mansion.

"Ini tempat apa?" Joven tak menjawab pertanyaan Stefanie. Ia terus berjalan dan berjalan hingga ia sampai di sebuah pintu dengan kode password sebagai kuncinya. Joven menekan password di sana dan berhasil membuka pintunya. Sampai di dalam sini, Stefanie tak lagi menemukan adanya penjaga. Mereka hanya berdiri di depan bangunan dan pintu ber password tadi.

Stefanie terus menatap langit-langit tanpa tahu ia telah sampai di tujuan. "Sampai," ujar Joven.

Stefanie mendapati sebuah kandang besar di depannya. Aneh, kenapa kucing memiliki kandang yang sangat besar? Kandang itu kosong, tak ada apapun di dalamnya.

"Mana?" tanya Stefanie heran.

Joven tersenyum miring. "Tiggi! My dear!" panggil Joven.

Beberapa detik kemudian terdengar auman yang sangat keras. Stefanie sampai mundur saking kagetnya. Matanya terbelalak ketika seekor macan berlari dan berhenti tepat di seberangnya, di balik jeruji kandang yang memisahkan mereka.

Stefanie semakin mundur dan mundur tapi kali ini Joven memegang tangannya. "No! Itu bukan kucing!"

"Itu kucing, Babe. Ukurannya saja lebih besar," elak Joven.

Joven terkekeh melihat wajah panik dari Stefanie. Apa ia pikir Joven akan melemparnya ke pada Tiggi?

"Hey, kemarilah! Jangan takut padanya!"

"No! Bagaimana jika dia menggigit ku?"

"Trust me!" (Percaya padaku!)

Masih dengan tangan dan kaki yang gemetar, Stefanie mendekat seiring Joven menariknya perlahan untuk maju. Sekali lagi auman Tiggi membuat Stefanie terlonjak kaget.

Joven akhirnya berinisiatif untuk berdiri di belakang gadisnya dan memeluk tubuh itu. Mereka maju sedikit demi sedikit. Joven mengarahkan tangan Stefanie untuk mengelus kepala Tiggi.

"Dia akan menggigitku."

"Jangan takut, Babe. Dia tak akan menyakitimu. Kau bisa bayangkan dia adalah Cila."

Saat tangan Stefanie menyentuh bulu-bulu halus pada kepala Tiggi ia mulai merasakan relaks. Tiggi sempat mengendus tangan Stefanie, tapi karena aromanya bercampur dengan aroma Joven, Tiggi justru semakin terbuai dan nyaman dengan elusan di kepalanya itu.

Stefanie tertawa saat Tiggi menginginkan lebih dengan mengusap-usapkan kepalanya ke tangan Stefanie. "Kau menyukainya?"

Stefanie mengangguk. Ia kemudian berjongkok diikuti Tiggi yang bergulung-gulung di hadapannya. "Tiggi?" panggil Stefanie.

Tiggi mengaum seolah membalas panggilan Stefanie. Stefanie sangat gemas dengan kucing besar ini sampai-sampai Stefanie mencubit pipi tembam Tiggi.

Joven sempat terkejut dan menggeleng. Kelakuan calon istrinya ini sangat random sekali.

"Kau mau bermain dengannya?" tanya Joven.

"Boleh?" Joven secara tiba-tiba membuka kunci pengait kandang Tiggi hingga terbuka lebar. Stefanie terkejut saat Tiggi berlari keluar dan langsung memeluk Joven.

Joven mengelus tubuh Tiggi yang sangat besar itu. "Oh my girl.."

Stefanie tersenyum ia juga mau seperti itu. "Aku mau." Joven lalu mengarahkan Tiggi untuk mengikuti tangannya mendekati Stefanie. Tiggi kembali mengendus tubuh Stefanie. Ia berusaha mengenal Stefanie lebih jauh lewat aroma coklat yang semerbak itu.

Tiggi dengan mudah percaya pada Stefanie lalu memeluk juga tubuh mungil itu hingga Stefanie terhuyung ke belakang dan terjatuh. Stefanie tak merasa sakit sama sekali. Ia justru tertawa riang dengan Tiggi yang manja seperti Cila.

"Dia baik, dulu saat ia masih kecil, aku menemukannya terluka di hutan saat sedang berlatih bela diri. Ia kehilangan induknya yang mati terbunuh oleh pemburu. Kakinya dulu luka, jadi ku bawa pulang."

"Dad sempat tak menerima kehadirannya, tapi setelah kejadian satu malam itu membuat Dad ikut menyayangi Tiggi seperti anaknya sendiri," jelas Joven.

"Ada apa?" tanya Stefanie.

"Dulu ada kelompok mafia yang berusaha untuk membunuh Dad dan semua anggota keluarga, tapi beruntungnya Tiggi lepas dari kandang dan berlari menyergap para penyusup itu. Bahkan dulu ia sempat terluka kembali karena kejadian itu, tapi ia bisa bertahan sampai sekarang."

"Sejak itu Dad menyayangi Tiggi dan membiarkan Tiggi menjadi anggota keluarga kami."

Bersambung..
Jangan Lupa Vote
••
Find Me On
IG : @mtyra18_
TikTok : @muttyara18_

ATTENTION

Adelard akan hiat selama kurang lebih 2 minggu dikarenakan author harus fokus PAS.

Selamat kangen-kangenan..

Semangat bagi pejuang PAS!
Fighting💪

Semangat bagi pejuang PAS! Fighting💪

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



ADELARD || mafia Where stories live. Discover now