ADELARD | 04 ✨

195K 15.3K 485
                                    

Joven memandangi wajah cantik Stefanie yang duduk berhadapan dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joven memandangi wajah cantik Stefanie yang duduk berhadapan dengannya. Rasa ingin memilikinya semakin besar. Berbeda dengan Stefanie yang masih bingung dengan perlakuan Joven padanya. Kenapa dia diperlakukan seperti ratu olehnya, padahal teman-temannya tidak. Siapa Joven sebenarnya? Apa yang dia inginkan?

"Mm, setelah ini apakah kami akan pulang?" tanya Stefanie masih dengan kepala tertunduk.

"Hm."

Bibir Stefanie mengembang membentuk senyuman yang manis.

Ah, damn, Joven semakin salah tingkah melihat tunangannya tersenyum seperti itu.

"Tapi kau tak boleh ikut dengan mereka, Nona," ujar Aaron mengagetkan Stefanie.

"Apa?"

"Kau akan tetap disini. Aku janji teman-temanmu akan pulang dengan selamat."

"Tidak, aku mau pulang, aku tidak mau disini."

"Nona, hidupmu akan jauh lebih baik disini."

"Tahu apa kau tentang aku? Aku mohon biarkan aku pulang, ayahku pasti mencariku," pinta Stefanie.

Joven hanya tersenyum kecut mendengar penolakan Stefanie. Ia masih berusaha sabar agar tidak lepas kendali. Kini tangan Joven merogoh sebuah benda pipih dari saku jasnya.

Itu adalah ponsel Stefanie. Joven dengan lihai mencari nama-nama kontak di ponsel Stefanie. 'Papa', bingo, Joven berhasil menemukan kontak yang ia maksud.

Dengan menekan tombol hijau bertuliskan 'panggil' dan menghidupkan loudspeaker, Joven menaruh kasar ponsel Stefanie tepat di depan pemiliknya.

Stefanie masih bingung dengan apa yang dilakukan oleh Joven. Setelah beberapa detik menunggu, akhirnya ponsel Stefanie berhenti berdering dan memunculkan suara sang ayah.

"Papa!"

"Dimana kau dasar anak tidak berguna. Beraninya kau pergi dari rumah. Kembali kemari dan aku akan menghajar mu! Kau sama seperti ibumu, dasar brengsek."

Air mata Stefanie tak bisa ia bendung lagi. Pecah sudah tangisnya. Kepalanya menunduk berusaha menyembunyikan wajah menyedihkannya.

Kepalan tangan Joven semakin mengeras. Melihat tunangannya menangis membuat hatinya ikut tercabik-cabik. Joven berusaha untuk rileks sejenak. Diambilnya ponsel Stefanie dan dihadapkan padanya.

"Selamat malam, Tuan. Apa kabarmu? Apa kau melupakan tanggung jawabmu?" tanya Joven pada ayah Stefanie.

"T-tuan. Kau.."

"Ya, ini aku. Lama tidak bertemu bukan? Apakah kau terlena dengan uang dariku sehingga kau melupakan janjimu untuk menjaga tunanganku?"

Tubuh Stefanie kaku. Matanya menatap Joven dengan intens. Nafasnya masih tersenggal karena menangis.

ADELARD || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang