ADELARD | 05 ✨

194K 14.9K 757
                                    

Malam semakin larut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin larut. Stefanie melirik jam yang berada diatas nakas, pukul dua pagi. Ia mendengus pelan sembari menatap langit-langit kamar dengan lampu yang masih menyala. Hujan diluar mansion juga sedang tidak bersahabat dengannya. Petir menyambar seperti sebuah amukan.

Stefanie kemudian kembali teringat pada tunangannya yang bahkan sampai sekarang ia masih belum ingat siapa namanya. Ia memang merasa pernah bertemu, tapi dimana?

Duar!

"Aaaa!" teriak Stefanie.

Kamarnya tiba-tiba menjadi sangat gelap. Lampunya tak mau menyala lagi. Stefanie meloncat dari tempat tidur dan berlari menuju pintu. Ah sial, dia lupa hanya tunangannya yang bisa membuka pintu itu.

"Tolong buka pintunya! Aku mohon, aku takut gelap," rengek Stefanie.

Sayang sekali tentunya Joven pasti sudah tertidur dikamarnya. Bodyguard yang ada diluar kamar Stefanie hanya diam membeku mengira kalau Stefanie hanya beralasan untuk kabur.

"Tolong buka..."

Duar!

"AAAAA!!!" jerit Stefanie semakin nyaring dan menggelegar.

Bodyguard mulai kebingungan dan saling menatap satu sama lain. Mereka ingin menolong Nona mereka tapi disisi lain, membangunkan Joven... tidak, mereka tak ingin cari mati.

Suara tangis Stefanie semakin kencang membuat seorang pria yang kamarnya bersebelahan dengan Stefanie terbangun dari peraduannya. Dia adalah Joven.

Joven segera keluar kamar dengan wajah bingung saat melihat bodyguard yang ia tugaskan didepan kamar tunangannya saling dorong satu sama lain.

"Open the door!"

Joven melihat keadaan kamar Stefanie yang gelap gulita. Bodohnya dia lupa kalau tunangannya itu takut pada kegelapan. Joven melihat Stefanie yang duduk dengan kedua tangan menutupi mata yang basah karena air mata.

"Hey, ayo bangun! Jangan menangis! Maafkan aku," ujar Joven lembut sambil menarik Stefanie ke pelukannya.

Stefanie masih dengan isak tangisnya meremas kuat kerah baju tidur milik Joven.

"Shht, jangan menangis, okay?"

Stefanie berhenti menangis menyisakan sesenggukan yang menurut Joven sangat menggemaskan dengan mata bulat Stefanie yang menatapnya.

Joven tersenyum dan berhasil membuat Stefanie tenang. Joven dengan lembut membawa Stefanie dalam gendongannya. Entah kenapa tak ada penolakan dari Stefanie kali ini. Terasa nyaman baginya.

Joven membawa Stefanie ke kamarnya dan menidurkannya di kasur miliknya. Wow pertama kalinya bagi Joven membawa seorang gadis kedalam kamar.

Jangan salah, walau dia pria yang hampir menuju kata 'sempurna' tapi untuk melakukan sesuatu yang memuaskan nafsunya dengan seorang wanita itu bukanlah levelnya.

ADELARD || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang