21: Who's the killer?

72 12 1
                                    

Di bagian sudut perpustakaan yang sunyi dan tenang, Renjun menghabiskan jam istirahatnya dengan membantu Jeno mengerjakan tugas matematika yang akan dikumpulkan setelah jam istirahat. Tugas tersebut telah diberikan dua hari yang lalu. Namun, Jeno yang lupa mengerjakannya, meminta bantuan Renjun untuk membantunya menyelesaikan tugas tersebut di perpustakaan.

Renjun tentu saja tak bisa menolak permintaan Jeno, meskipun pada akhirnya ia harus menahan sakit di perutnya sebab terpaksa harus melewatkan jam makan siangnya. Bagaimana tidak, pagi ini saja Renjun tak sempat sarapan dan pada jam istirahat pertama pun, waktu istirahatnya terpakai untuk membantu Jeno yang memintanya menerangkan kembali beberapa poin yang tidak Jeno pahami pada materi baru yang diajarkan pagi ini.

“Aku seperti pernah melihat kacamata itu,” komentar Jeno yang seketika menghentikan Renjun yang tengah menuliskan jawaban soal terakhir.

Renjun yang terdiam sejenak, lantas kembali melanjutkan kegiatannya sembari berkata, “Bukankah kacamata seperti ini memang banyak yang menggunakannya?”

Jeno mengulas senyum tipisnya seraya mengangguk berulangkali. “Kau benar. Terakhir aku juga melihat Heejoo mengenakan kacamata itu. Tapi sekarang sepertinya sudah tidak lagi, ya? Kenapa ya?”

Tak ada tanggapan lagi dari Renjun, selain kesibukan tangannya yang terus menuliskan jawaban hingga ia menemukan hasil akhir dari soal matematika yang cukup membuatnya berpikir keras. Lagipula, penglihatan Jeno memang tidak salah, kacamata tersebut memang kacamata yang biasa dipakai Heejoo sebelumnya. Akan tetapi kacamata itu terjatuh begitu saja ke lantai saat acara kejutan yang Minjung dan antek-anteknya berikan pada Heejoo. Renjun hanya mencoba untuk menyelamatkan barang yang pernah ia berikan itu. Namun karena belum menemukan waktu yang pas untuk mengembalikannya, Renjun akhirnya memilih untuk menggunakannya tanpa sepengetahuan Heejoo.

Dan kini, ketika Renjun akan menjelaskan pada Jeno mengenai hasil penyelesaian soal terakhir yang ia dapatkan, Jeno kembali bersuara.

“Aku penasaran....” Jeno yang duduk diseberang, lantas sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan bersama dengan senyum miringnya. “Apa kau dekat dengan Heejoo?” tanya Jeno.

“Tidak,” jawab Renjun singkat.

Jeno menghela napas panjang dan kembali menyandarkan punggungnya pada bangku sembari melipat kedua lengan di depan dada. “Aneh sekali. Aku merasa kalian memiliki semacam ikatan. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Jeno dengan tatapan penuh selidik.

Alih-alih menjawab, Renjun hanya menghela napas pelan sembari menyerahkan buku tugas matematika ke arah Jeno. “Aku sudah menuliskan jawaban beserta penyelesaiannya. Kalau ada yang tidak kau mengerti, kau bisa menanyakannya kembali padaku,” ucap Renjun sebelum kemudian bangkit dari kursinya dan merapikan buku-buku miliknya.

“Apa kau takut aku akan mengganggunya?”

Lagi, helaan napas terdengar dari Renjun sebelum akhirnya pemuda itu kembali mengarahkan atensinya pada Jeno yang kini tengah tersenyum menunggu jawaban darinya. Sebuah senyuman yang mungkin akan membuat para gadis jatuh hati padanya, namun Renjun sendiri tahu apa maksud dibalik senyuman itu.

“Lee Jeno…”

“Hm?”

“Satu tahun telah berlalu sejak hari itu. Apa kau tidak ada niat untuk datang menjenguknya?”

SUN AND MOON || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang