10: Reason of life

257 54 56
                                    

Jangan hanya hidup untuk orang lain.
Hiduplah untuk dirimu sendiri.


🍃

Heejoo pikir, kemarin adalah hari terakhirnya berada di dunia ini. Meninggalkan rumah di pagi buta tanpa berpamitan pada sang ayah. Pergi dengan membawa harapan agar segera menghilang dari dunia yang bahkan tak pernah berpihak padanya.

Tapi lihatlah sekarang. Pagi ini, Heejoo kembali terbangun dari tidurnya dan masih berada di dunia ini. Ya, dunia yang Heejoo pikir tidak pernah berpihak padanya.

Hari itu, Heejoo memutuskan untuk tidak melanjutkan tindakan bodohnya setelah sosok arwah yang berwajah tampan menyelamatkannya. Mungkin ini terdengar aneh, tapi Heejoo merasa arwah itu mengatakan sesuatu yang tulus padanya. Dan itu pertama kalinya bagi Heejoo setelah sekian lama ada sosok yang peduli padanya, selain ayah.

Benar, ayah. Satu-satunya sosok yang selalu peduli pada Heejoo. Selalu ada untuk Heejoo. Kenapa dirinya begitu bodoh sampai-sampai berniat untuk mengakhiri hidup dan meninggalkan ayah sendirian di dunia yang kejam ini?

Saat pulang kemarin saja, ayah bahkan tidak menghujaninya dengan berbagai macam pertanyaan. Ayah hanya tersenyum dibalik rasa khawatirnya, merentangkan tangannya dan menyambut Heejoo dengan pelukan yang hangat. Membiarkan dirinya menangis setelah sang ayah berkata dengan lirih, "Tidak apa-apa. Ayah ada disini untukmu."

Ya, ayah selalu ada untuk Heejoo. Sosok yang selalu ada untuknya dan bahkan rela melakukan apapun untuknya. Lalu mengapa dengan bodohnya ia berpikir untuk mengakhiri hidup hanya karena lelah dengan kehidupan ini dan beralasan ingin bertemu dengan bunda. Sosok yang bahkan tak pernah menunjukkan dirinya walau hanya untuk mengucapkan selamat tinggal.

"Ayah..." panggil Heejoo yang kini sudah berada di dapur, memperhatikan ayah yang tengah sibuk menyiapkan sarapan. Ah, benar juga. Kemarin Heejoo tak sempat menyantap sarapan buatan ayah. Sayang sekali.

Ayah menoleh, mendapati Heejoo yang tengah memandangnya dengan tatapan sendu. "Kenapa Heejoo hanya diam saja? Ayo, mandi dan siap-siap. Ayah sudah membuatkan sarapan untuk Heejoo," ucap ayah yang kemudian mengulas senyum hangatnya.

Heejoo hanya mengangguk pelan dan menunjukkan senyum tipisnya. Lalu, bersiap-siap seperti yang ayah katakan padanya.

Setelah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Heejoo, ayah kini terduduk di kursinya. Termenung memandangi masakan yang ia buat pagi ini. ayah pikir, ia tidak akan pernah lagi membuatkan sarapan untuk Heejoo. Tapi untungnya, takdir masih berbaik hati kepadanya, putrinya kembali.

Ayah bersyukur putrinya terlihat baik-baik saja saat kembali. Tidak ada luka sedikitpun di sekujur tubuhnya. Tapi mungkin tidak dengan hati putri kecilnya itu. Ayah tahu putrinya itu tidak baik-baik saja. Ada banyak rasa sakit yang gadis itu sembunyikan. Semua itu membuat ayah khawatir, karena Heejoo tak pernah mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Ayah merasa bersalah akan hal itu. Putrinya sedang tidak baik-baik saja, tapi ayah tidak tahu apa yang terjadi. Ayah hanya bisa memberikan senyuman dan pelukannya untuk Heejoo. Hanya itu. Untuk terlihat khawatir saja sebisa mungkin ayah menutupinya. Atau jika tidak, putrinya itu lagi-lagi akan menyalahkan dirinya sendiri.

"Maaf karena sudah membuat Ayah repot selama ini."

"Maaf sudah membuat Ayah khawatir."

"Maafkan Heejoo"

Selalu kalimat itu yang keluar dari mulut Heejoo bersamaan dengan derai air mata yang membasahi pipinya. Ayah tidak ingin mendengar kalimat itu, juga tidak ingin melihat air mata putrinya. Ayah hanya ingin melihat Heejoo tersenyum seperti dulu. Ayah ingin putrinya kembali percaya diri seperti dulu lagi. Berjalan dengan penuh percaya diri tanpa mempedulikan omongan orang-orang yang mengatakannya aneh.

SUN AND MOON || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang