04: Sepatu dari Ayah

452 77 191
                                    

Aku ingin putriku bahagia dan berjalan dengan penuh percaya diri

—Ayah—

🍃



Percaya atau tidak percaya, senyuman adalah sesuatu yang ajaib. Bagaikan memiliki kekuatan sihir, senyuman bisa mempengaruhi hati dan perasaan orang lain. Heejoo percaya itu dan karena itu pula Heejoo tak lupa untuk tesenyum di setiap pagi sebelum memulai harinya. Garis lengkung indah yang menghiasi wajahnya bagai memiliki kekuatan sihir tersendiri untuknya. Garis lengkung itu seolah berkata pada Heejoo bahwa dirinya baik-baik saja dan kuat karena bisa melalui semua yang terjadi dalam hidupnya.

Kau sudah bekerja keras.

Kau sudah melakukan yang terbaik.

Bagi Heejoo, jika kau tidak mendapatkan senyuman itu dari orang lain, maka jangan lupa untuk tersenyum pada diri sendiri. Sebab, jika bukan diri sendiri lalu siapa lagi yang akan tersenyum padamu?

Ah, benar juga. Setiap orang pasti memiliki jalan kehidupan yang berbeda. Bodoh sekali jika Heejoo berpikir bahwa orang lain juga merasakan apa yang ia rasakan. Ya, setidaknya beberapa orang di dunia ini kejidupannya lebih beruntung daripada Heejoo.

Tapi, tunggu. Heejoo memang berpikir kalau hidupnya menyedihkan, tapi tidak se-menyedihkan itu hanya karena tidak ada yang tersenyum padanya. Hei! Masih ada ayah yang selalu tersenyum hangat padanya.

Seperti sekarang contohnya.

"Heejoo...."

Heejoo mengalihkan pandangannya dari cermin yang ada di depannya. Dilihatnya ke arah pintu kamar yang terbuka, ada ayah yang berdiri disana dan sudah siap dengan atribut pekerjaannya.

"Apa Heejoo sudah siap?" tanya ayah, terdengar riang. Senyum lebarnya tak pernah absen untuk ditunjukkan pada Heejoo.

Heejoo mengangguk cepat dan berlari menghampiri sang ayah setelah menyandang tas di punggungnya. Segera ayah mengusap lembut puncak kepala Heejoo sembari memuji penampilan Heejoo pagi ini.

"Putri siapa ini? Cantik sekali, hm?"

"Putri ayah," jawab Heejoo, tersenyum lebar sembari memeluk ayahnya dari samping.

Ayah mengangguk dengan wajahnya yang terlihat sangat bahagia sebelum kemudian berucap, "Heejoo, ayah ada hadiah untukmu."

"Apa?" tanya Heejoo yang perlahan melepaskan pelukannya. Heejoo mengangkat wajahnya, dilihatnya sang ayah yang tengah tersenyum mencurigakan membuat rasa penasarannya terpancing.

"Ayo, sini!" ajak ayah.

Heejoo mengekori ayahnya menuju rak sepatu yang terletak sebelum pintu keluar. Tangannya yang kekar itu mengambil box berwarna putih yang terletak di rak bagian atas. Ayah kemudian membuka penutup box hingga memperlihatkan sepasang sepatu berwarna putih di dalamnya. Heejoo tanpa sadar membuka mulutnya lebar-lebar. Takjub. Bukankah sepatu yang ditunjukkan ayah itu adalah sepatu yang biasanya dipakai oleh orang-orang kaya di sekolahnya? Sepatu sekolah dengan model terbaru dan kelihatan berkelas.

"Ayah, sepatu ini untukku?" tanya Heejoo hati-hati.

Ayah mengangguk. "Sepatu ini hadiah ulangtahun dari ayah untuk Heejoo," kata ayah yang kini perlahan berjongkok di hadapan Heejoo.

Ayah menaruh box yang berisi sepatu itu di sebelah kaki Heejoo. Diraihnya kaki kanan Heejoo terlebih dahulu, lalu membersihkan debu-debu yang menempel di telapak kaki Heejoo yang sudah beralaskan kaos kaki.

Heejoo mengangkat wajahnya, menatap langit-langit rumahnya ketika ayah mulai memasangkan sepatu di kakinya. Percayalah, sekarang ini air mata Heejoo sudah menggenang. Melihat sang ayah yang begitu semangat memasangkan sepatu di kakinya itu membuat dirinya tidak bisa menahan air mata.

"Ayah ...." lirih Heejoo sembari menyeka dengan cepat air matanya yang lolos.

"Hmm?"

Ayah segera bangkit setelah mengikat kencang tali sepatu Heejoo. Kali ini tangan ayah meraih sepatu boot berwarna hijau miliknya yang terletak secara terpisah di samping rak sepatu.

"Ayah tidak perlu repot-repot untuk membeli sepatu mahal ini," kata Heejoo. Maniknya tak berhenti memperhatikan sepatu boot yang tengah dikenakan sang ayah.

"Tidak apa-apa. Ayah sengaja membelinya agar Heejoo lebih nyaman lagi saat berjalan."

Lalu bagaimana dengan ayah?

Heejoo tertunduk, pandangannya tenggelam pada sepatu boot sang ayah. Sepatu boot yang dikenakan ayah, bisa dibilang sudah tidak bagus lagi untuk digunakan, alias sudah usang. Bagian sol sepatu yang sudah menipis. Belum lagi bagian depan sepatu yang sering terbuka walau sudah diberi lem beberapa kali.

Apakah ayah nyaman dengan sepatu ayah sekarang?

Tentu saja tidak. Walaupun ayah tidak pernah memperlihatkannya pada Heejoo, tapi Heejoo tahu pasti bahwa ayah selalu kesakitan. Di malam hari, Heejoo selalu mendengar suara ayah yang meringis kesakitan sepulang kerja.

"Kenapa Heejoo terlihat sedih?" tanya ayah yang perlahan senyum di wajahnya memudar setelah menyadari perubahan raut wajah Heejoo. "Apa Heejoo tidak suka dengan model sepatunya? Mau ayah ganti yang lebih bagus dari ini?"

Heejoo menggelengkan kepalanya. Takut-takut kalau air matanya keluar lagi, Heejoo segera menghamburkan dirinya ke dalam pelukan sang ayah.

"Heejoo suka sepatunya. Terimakasih ayah."

SUN AND MOON || HAECHANDär berättelser lever. Upptäck nu