#Part-28#

46 6 0
                                    

Sesampainya mereka di Bandara, Faisal langsung saja mengurusi administrasi penerbangan. Dan dia pun memerintahkan Gabriella agar menjaga kedua anaknya tersebut.

Setelah semuanya diurus, akhirnya jadwal penerbangan akan segera berlangsung. Oleh karena itu, semua penumpang diharapkan untuk segera memasuki pesawat. Dengan begitu, mereka semua langsung saja memasuki pesawat.

"Daddy!" panggil gadis kecil yang bernama Felis tersebut, tatkala mereka telah menduduki bangku penumpang. Faisal yang dipanggil pun seketika mengalihkan pandangannya.

"Where are we going? Then, Mommy?" tanyanya.

"Felis, you just follow what Daddy says, okay!" jawab Faisal. Lalu, melanjutkan aktifitasnya.

Felis yang diberikan jawaban itupun hanya mampu menunduk sedih. Dia sama sekali tidak mengerti akan apa yang tengah terjadi saat ini.

"Felis, don't be sad! Now, we're going on vacation to circumnavigate the world," hibur Gabriella yang seolah-olah mengerti akan bagaimana perasaan Felis saat ini.

"Then, how about Mommy?" tanyanya.

"You don't have to worry, Mommy will be fine."

"But-"

"Enjoy it, Felis!" timpal anak cowok tersebut yang bernama Exal.

"Exal!" ucapnya tidak suka. Exal yang digerutui itupun terlihat sama sekali tidak peduli.

Dan akhirnya, pesawat itupun mulai lepas landas menuju Indonesia.

"Dan, aku akan kembali!" Dengan menatap keluar jendela pesawat itupun Gabriella tersenyum dengan bahagianya. Akhirnya, dia kembali tanpa hambatan saat ini. Namun, dia hanya tidak tahu akan hal apa yang tengah terjadi selanjutnya.

...

Indonesia

"Sya, lo kapan ga bakalan kaya gini? Apa lo gak rindu untuk bercanda dengan gue?" tanyanya pada tubuh yang terbujur lemah itu di atas brankarnya bersama dengan alat-alat medis.

Sudah beberapa hari ini Winara tak sadarkan diri. Tiap kali gadis itu sadar, pasti dia hanya akan bangun untuk ketakutan, lalu kejang-kejang tidak karuan.

Melihat kondisi Winara yang semakin hari semakin buruk pun hanya mampu membuat Haidar sedih. Dia benar-benar merasa gagal untuk berbalas budi pada gadis itu. Bahkan, dia merasa telah ingkar terhadap janji yang diberikan oleh kembarannya sendiri.

"Sya, hari ini gak ada yang menarik sama sekali di sekolah. Apalagi, tanpa kehadiran lo. Kelas serasa membosankan. Bahkan, gue sekarang terlalu sering untuk dihukum, tetapi hukuman itu berjalan tidak seperti sebelumnya. Sangat hampa, Sya. Sya, lo kapan sih bisa kembali kaya dulu lagi?" curhatnya dengan menatap wajah pucat itu.

"Gue yakin, kalau lo tau semua yang gue lakuin di sekolah, lo pasti bakalan menceramahi gue. Bahkan, mungkin aja lo bakalan marah dengan gue. Benar kan, Sya?" ucapnya lagi.

"Sya, gue kangen." Setelah kata itu terucap, tak terkira sebutiran cairan bening pun luruh dari pelupuk matanya. Langsung saja dia bangkit dari posisinya dan meninggalkan ruangan rawat Winara tersebut.

"Loh, Nak?" tanya Wino yang baru saja datang bersama dengan Anara.

"Ada apa? Apa Nara baik-baik saja?" tanya Anara khawatir.

"Eh, Om, Tante? Em ... gak pa-pa, Tan. Tadi Haidar kelilipan aja," alibinya seraya mengucek-ngucek kelopak matanya.

"Oh iya, kalau gitu Haidar pamit dulu, ya. Haidar ingin pulang sebentar. Nanti, Haidar akan kembali lagi ke sini," pamitnya.

Pertama untuk Terakhir (End)Where stories live. Discover now