Bryanca 11

12 5 0
                                    

Janji, apakah itu pantas disebut dengan janji? Gue malu sama diri gue sendiri juga sama Bu Mawar. Gue gak tau siapa yang salah dan siapa yang benar di sini, yang pasti Darren udah berhasil menepati janji itu, tapi gue yang egois dan gak mikirin perasaan Darren. Dan sekarang gue tau, ternyata gue yang salah di sini.
☞Bryan♡Ica☜
.
.
.
#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3
redaksisalam_ped

Happy Reading!

"D-darren, dia udah hiks ... D-dia udah gak ada, Bu," ucap Ica dengan isak tangisnya.

Deg!

Bagaikan disambar petir, hati Ibu Panti-Mawar sungguh sakit. Sungguh, bukan kabar ini yang ingin ia dengar, melainkan kabar bahwa Darren baik-baik saja, dengan senyuman manisnya yang mengembang sembari membawa sepucuk bunga mawar putih yang ia suka.

Tatapan Ibu Mawar kosong, suara tangisnya Ica yang tadi terdengar jelas, seketika tak terdengar sama sekali olehnya, air matanya yang sudah tak terbendung lagi langsung mengalir dengan derasnya.

"I-Ica m-minta maaf Bu," lanjut Ica, dengan isakannya yang semakin jelas.

"D-darren gak ada?" tanya Bu Mawar dengan lembut, "sungguh ia sudah tiada?" lanjutnya lagi dengan tatapannya yang meminta penjelasan.

"Maafin Ica, Bu, hiks ... I-Ica bener-bener minta maaf sama ibu, hiks ... I-Ica gak bisa jaga Darren hiks ... ." Ica pun tak tau harus berkata apa lagi, bagaimanapun Bu Mawar harus tau akan kabar ini.

"Janji, apakah itu pantas disebut dengan janji? Gue malu sama diri gue sendiri juga sama Bu Mawar. Gue gak tau siapa yang salah dan siapa yang benar di sini, yang pasti Darren udah berhasil menepati janji itu, tapi gue yang egois dan gak mikirin perasaan Darren. Dan sekarang gue tau, ternyata gue yang salah di sini," batin Ica, menyesal.

"Udah dari kapan? Kemarin?" tanya Bu Mawar.

"U-udah satu tahun yang lalu, m-maafin Ica, Bu," jawab Ica dengan dadanya yang merasakan sesak yang luar biasa.

Deg!

"Satu tahun?" ucap Bu Mawar, "k-kenapa baru sekarang, Ica?" tanya Bu Mawar.

"M-maafin I-Ica, Bu. I-Ica gak tau mau bilang apa ke Ibu, makanya Ica gak berani dateng ke s-sini lagi, hiks ... ." Ica menjelaskan dengan tak memberitahukan keadaannya selama ini.

Bryan dan Dokter Viona yang sedari tadi diam pun akhirnya angkat bicara, "Ibu, Ibu percaya 'kan sama Iyan?" tanya Bryan dengan lembut.

Ibu Mawar lantas menganggukkan kepalanya, "sangat, Ibu sangat percaya sama Iya, karena kebaikan hati Iyan, Ibu percaya," jawab Ibu Mawar dengan senyumannya dan matanya yang sembab.

"Jadi Ibu mau dengerin cerita Iyan dari awal sampe akhir?" tanya Bryan lagi.

Lantas Ibu Mawar pun kembali mengangguk, "Ica, boleh gue ceritain?" tanya Bryan.

BryancaWhere stories live. Discover now