Bryanca 3

22 9 1
                                    

Semuanya gak ada yang peduli! Mereka hanya kasihan!
☞Bryan♡Ica☜
.
.
#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3
#redaksisalam_ped
.


.

Warning!
Cerita ini mengandung kata-kata kasar, kekerasan, dan hal-hal buruk yang tidak pantas untuk ditiru.
.
.

Happy reading!

Prangg!

Sebuah kaca yang cukup besar, Ica lempar begitu saja pada lantai yang dingin. Matanya yang memerah, dadanya yang memburu, dan tangannya yang mengepal kuat, kala pikirannya kembali teralihkan oleh bayangannya sendiri.

Bi Neng dan Dian pun langsung memberhentikan kegiatannya, dan langsung berlari menuju kamar Ica.

"Ica, Ica, Nak." Setelah sampai di depan pintu kamar Ica, Dian langsung mengetuk pintunya terus-menerus.

"Semuanya gak ada yang peduli! Mereka hanya kasihan, sama Ica!" teriak Ica di dalam kamarnya.

"Ica, Ibu peduli sama kamu, Nak," ucap Dian,  dengan air matanya yang menetes.

"Gak! Ibu juga pergi ninggalin Ica! Sama kayak Bryan!" teriak Ica kembali.

"Ibu ada di sini, Nak, Ibu gak akan ninggalin Ica," jawab Dian, sambil terus berusaha menenangkan Ica.

Ica berjalan menghampiri dan mengetuk pintu di dalam kamarnya, "Ibu, Ibu tau, gak?" tanya Ica dengan lembut, "Kalo di sekolah Ica itu ada, Kiran!" teriak Ica.

"Kiran?" gumam Dinda.

"Iya, Kiran," jawab Ica, "dia yang udah rebut Bryan dari Ica, Bu. Ica benci sama dia, Ica benci!" Ica kembali berteriak dan menjambak-jambak rambutnya.

"Hiks ... Hiks ... Nak, ayo buka pintunya, sayang," bujuk Dian kembali.

"Gak! Ica gak mau buka pintunya, sebelum Ibu janji sama Ica," ucap Ica.

"Iya, Nak, Ibu janji, Ibu akan lakukan apapun buat Ica," jawab Dian.

"Ibu, Ica mau Bryan, Bu," lirih Ica.

"Hiks ... Hiks ... ,di mana Ibu harus cari Bryan, Nak?" tanya Dian.

"Hiks ... Bryan 'kan ada di rumahnya, Bu," jawab Ica dengan air matanya yang menetes.

"Iya sayang, nanti Ibu panggilan Bryan buat kamu, ya, 'Nak. Tapi kamu harus buka dulu pintunya," pesan Dian.

Mendengar jawaban dari Ibunya, Ica 'pun mau membukakan pintu kamarnya.

Dian langsung memeluk Putri dan anak satu-satunya itu, Dian berusaha untuk menenangkan amarah dari Putrinya itu.

"Ica ... Nak ... Kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya Dian dengan lembut, sambil terus mengusap-usap kepala Ica.

BryancaOnde histórias criam vida. Descubra agora