05. Lebih Dekat dari Teman

Start from the beginning
                                    

Dan benar saja. Orang-orang riuh di tempat duduk masing-masing begitu gadis yang berdiri tepat di sebelah guru Moon, melempar senyum kepada kami semua. Lalu, tatapan gadis itu mengarah padaku sambil membulatkan kedua matanya. Aish, harapan Namhyuck kini terkabul. Tapi bagiku ini bukanlah hal bagus.

Yang benar saja? Aku sekelas dengan gadis itu? Gadis yang telah mematahkan harapanku atas taruhan yang kulakukan bersama Dosan. Satu lagi, aku tidak menyangka bahwa dialah putri kerabat jauh yang Ayah maksud saat itu.

"Annyeong," sapanya, membungkukkan tubuh sedikit.

"Namaku, Han Jihye. Pindahan dari SMA Chungdam. Aku pindah sekolah karena aku, kakak dan ibu memutuskan untuk pindah rumah. Jadi mohon bantuannya ya!" Semua orang manggut-manggut, menerimanya dengan tangan terbuka.

"Baiklah, Jihye. Kau bisa duduk di sebelah situ," ujar guru Moon menunjukkan tempat duduk yang kebetulan kosong di sebelahku. Ah, sial. Jangan sampai.

"Eum, maaf Buk. Aku tidak bisa duduk paling belakang. Mataku sedikit rabun. Susah kalau melihat papan tulis."

Aku menghela napas lega. Entah dia benar-benar rabun atau dalihnya agar tidak bersebelahan denganku, tapi itu cukup membuat hatiku sedikit tenang.

"Oh begitu. Bagaimana kalau—"

Hendak saja guru Moon meneruskan perkataannya. Namhyuck tegak dari duduknya sambil menggandeng tas ransel.

"Jihye, kau bisa duduk di tempatku. Biar aku saja yang pindah ke belakang."

Si Tambun itu berjalan menuju ke belakang, duduk sambil menyeringai kepadaku. Astaga, bersebelahan dengan Namhyuck jauh lebih menjengkelkan daripada aku diteriaki "pecundang" berulang kali.

Gadis itu hanya tersenyum kikuk kepada Namhyuck kemudian berjalan ke arah meja belajar tepat pada barisan ketiga dari kanan, duduk paling tengah membelakangi dua meja ke belakang yang sekarang ditempati Namhyuck. Dan mungkin berhari-hari berikutnya akan selalu begini.

"Begitulah cara bersikap seorang lelaki jantan, bro." Kali ini, Namhyuck mencibirku atas perlakuannya barusan.

"Terserah," desisku sambil memutar kedua bola mata, lalu mengarah pandangan ke depan.

Setelah masing-masing dari kami memperkenalkan diri. Guru Moon kembali melanjutkan wacana di depan kelas. Menceritakan segala hal yang tak jauh dari topik pendidikan terutama ketika dia mulai bercerita tentang pengalamannya sebagai dosen bahasa inggris di perguruan tinggi korea.

Ketika yang lain menyimak dengan takzim aku justru berkali-kali menguap sambil menopang kepala dengan sebelah tangan. Ingin saja berniat untuk terlelap. Namun tak lama, aku merasa ada yang melirikku, lalu ku temui presensi gadis itu di seberangku dari depan. Dia membalikkan badan ke belakang.

"Hei," sapanya dengan berbisik lalu melempar bola kertas ke arahku.

Aku menangkapnya sambil mengernyit, "Apa ini?"

"Bukalah," pintanya lalu mengarah badan ke posisi semula. Aku beralih pada bola kertas di genggamanku kemudian membukanya. Sontak aku tercengang begitu melihat sekilas terdapat sebuah tulisan panjang di dalamnya.


Hei, Seungbin.

Mungkin ini terlihat seperti surat dari orang yang sok akrab, tapi aku harus menyampaikan ini padamu walau secara tidak langsung. Kau pasti terkejut saat aku tiba-tiba masuk ke kelas yang sama denganmu. Begitu pula denganku. Padahal dari awal aku berharap agar kita tidak sekelas.

Aku tahu kau pasti berpikiran sama denganku dan itu sudah jelas terlihat sejak kau menatap sinis begitu kita berjumpa di pelataran sekolah tadi. Dan aku terpikir, kau pasti masih marah padaku atas insiden malam itu. Jadi, kutulis surat ini sebagai bentuk permintaan maafku. Maaf kalau membuatmu kesal seharian ini.

We Come And GoWhere stories live. Discover now