4). Loose to Tight

Start from the beginning
                                    

"Wuih, jurusan yang manly banget itu."

"Iya, kebanyakan laki yang masuk jurusan itu." Krisna mengiakan.

"Kemungkinan minus, sih, kalo Elina yang tipe model-an masuk jurusan Teknik—–eh, iya. Bener, 'kan? Dia belum ngasih tau lo masuk jurusan apa?"

Krisna mengangguk sebelum menggeleng sebagai responsnya. "Yang pasti bakal satu jurusan sama cowok yang entah siapa namanya itu."

"Bentar, coba gue pikir-pikir dulu. Kayaknya gue pernah denger rumor soal perjodohan di kalangan departemen Ekonomi."

"Hah? Mahasiswa kita banyak, kali. Nggak mungkin bisa expect dia adalah orang yang sama."

"Lo bener, tapi nggak ada salahnya persiapan dulu, 'kan?"

"Persiapan apa?"

"Cari titik lemahnya. Kalo lo lebih unggul, kan bisa pamerin," jawab Tristan sebelum mengepalkan tangan dan menggunakannya untuk meninjau tangannya yang lain, lalu berseru, "Gue udah tau siapa dia!"

"Siapa?"

"An... An... Hng, gue lupa nama depannya. Yang pasti, nama belakangnya pendek banget, kayak marga orang Tionghoa gitu. Liam nama belakangnya."

"Hm, kalo memang dia, berarti saingan gue adalah orang Chinese. Ganteng, nggak?"

"Kalem-kalem gitu, sih, tapi banyak yang naksir sampai akhirnya dia reveal sendiri kalo dia udah dijodohin sama anak pengusaha. Gue nggak tau itu alibi atau bukan, tapi kalo subjeknya memang dia yang dijodohin bokapnya Elina, berarti itu bukan sekadar rumor doang. Fakta, dong, ini."

"Elina juga anak pengusaha." Pundak Krisna menurun saat mengucapkan kalimat itu. Berasa seperti ultimatum untuk yang entah kesekian kalinya. "Kayaknya bener, deh, dia orangnya. Jurusan apa, dia?"

"Manajemen. Sejurusan sama Yoana sama Leo, tapi beda dua tingkat."

"Kating, dong?"

"Yap. Uda persiapan skripsi, berarti."

"Kenapa gue harus saingan sama yang lebih tua, sih?" keluh Krisna. "Kayaknya lebih berpengalaman juga."

"Umur bukan penghalang untuk berjuang," hibur Tristan bersemangat. "Nanti gue bantu lo nyari info, deh, soal dia."

*****

"Udah gue bilangin, Krisna, nggak usah jemput—–"

"Kita perlu bicara." Krisna memotong.

"Tapi, gue lagi—–"

"Nggak ada tapi-tapian. Gue nggak mau tau—–"

"Elina?" Terdengar suara lain yang memotong perintah Krisna dari belakang, membuatnya spontan memutar tubuh. Otaknya seolah-olah diberi fitur sirine yang refleks memberi perintah untuk segera memutar tubuh, hanya saja aksinya terlalu cepat hingga terdengar decitan yang tercipta dari sepatu dengan lantai marmer.

Awalnya, Krisna mau menunggu sampai Elina benar-benar pindah ke Trisakti, tetapi sepertinya dia harus bertindak duluan sebelum segalanya terlambat. Dengan bermodalkan dukungan Virga serta kata-kata Tristan, dia jadi nekat melakukan persiapan.

Krisna mendapati seorang cowok asing yang sedang melangkah menuju dirinya dan Elina, sembari menjinjing sebuah map. Jika ditilik dari motif mapnya yang girly, bisa jadi itu adalah berkas milik Elina, tetapi bukan itu yang menjadi fokus Krisna sekarang.

Dari visualnya, Krisna segera teringat ciri-ciri yang dideskripsikan Tristan, tentang dia adalah keturunan Tionghoa yang bisa dibuktikan dari kulitnya yang cerah. Meski mempunyai kelopak mata ganda, bukannya sipit seperti ciri khas orang Tionghoa pada umumnya, Krisna bisa langsung menyimpulkan kalau dia sepenuhnya berdarah Chinese.

"Gue lagi nggak bisa." Elina berkata pelan, tetapi sarat akan penekanan kata demi kata dari balik bahu Krisna.

"Jadi, dia yang bakal jadi jodoh lo di masa depan?" Krisna balas berbisik. Meskipun demikian, matanya masih belum lepas dari Liam yang masih melangkah maju, sepaket dengan gesturnya yang terlihat seperti mau mengajak gelut.

"Krisna, gue peringatin—–"

"Seharusnya gue yang peringatin lo!" potong Krisna. "Ngomong sama gue secara privat atau gue cari gara-gara sama dia."

"Krisna!" tegur Elina.

"Namanya Liam, 'kan?"

"Lo kenal Andre dari mana?" Nada bicara Elina naik seoktaf saking syoknya. Dia mungkin tidak mengira kalau Krisna sudah melakukan semacam background check untuk mengorek informasi Andre.

"Ohhh... nama depannya Andre rupanya." Krisna mencemooh ketika jarak Andre sudah berada dalam radius dua meter. "Gue bisa racunin dia, kok, kalo mau."

"LO UDAH GILA, YA?"

"Iya. Gila karena cinta ternyata bisa ngasih sensasi candu. Sekarang pilih, Elina. Mau ngomong sama gue atau nggak?"

"I-iya. Gue ngomong sama Andre dulu."

"Nggak usah, biar gue aja. Lebih bagus gini, jadi dia tau siapa milik siapa."

Bersambung

Run Towards You • EROS [END]Where stories live. Discover now