peran pacar

65 11 22
                                    

"Boro-boro sleep call, dapet sapaan dari crush aja gak pernah,"
.
.
.
.
.

"Yaudah, mulai besok gue kirim pesan sapaan tiap pagi. Sekalian anter jemput gak?"

.
.
.
.
.
.
"Pura-pura aja lo romantis, apalagi kalo beneran kali ya,"










Pulang larut sudah biasa bagi Chuuya, tinggal di sekolah lebih lama bukan masalah baginya. Toh, di rumah tak ada siapapun yang akan menyambutnya pulang atau merasa khawatir karena tak mendapat kabar darinya.

Cukup lama berkutat dengan rumus kimia, Chuuya berhasil menyelesaikan semua tugasnya. Ditambah, makalah yang Akutagawa buat pun selesai tepat waktu.

Selepas merapikan buku, meja dan peralatan lainnya yang sempat digunakan tadi.

"Akut, makasi buat hari ini ya!!"

Akutagawa mengangguk kecil, pemuda itu menyampirkan tasnya — bergegas mendahului Chuuya keluar perpustakaan,  "Ya, ayok pulang. Gue anter sekalian,"

"Eh? Tapi rumah kita gak searah kan?"

"Bahaya cewek pulang larut sendiri," Chuuya tersenyum kecil, melangkah girang menghampiri Akutagawa.

Begitu selesai mengunci perpustakaan, keduanya beranjak menuju halte bus depan sekolah. Duduk diam, menunggu. Akutagawa fokus membaca buku sedang Chuuya nampak asyik menghabiskan waktunya dengan menggambar.

10 menit menunggu, akhirnya bus datang. Namun isinya terlampau penuh dan berdesak-desakan. Chuuya menggeleng pelan tanda menolak. Kembali, keduanya duduk menunggu sekitar 20 menitan, bus lain datang.

Tentunya keadaan di dalam bus lebih lenggang, keduanya memilih duduk berjauhan. Dimana Chuuya berada di barisan belakang, sedang Akutagawa berada di depan.

Akutagawa memperhatikan, bagaimana gadis itu tersenyum cerah dengan gambaran hasil karyanya.

Bukan kali pertama ia mampir ke rumah Chuuya, namun kali ini keduanya cukup heran dengan keadaan rumah Chuuya yang terlihat hidup— dengan cahaya lampu di tiap ruangnya menyala.

Chuuya berlari masuk, tak sadar dengan sketchbook yang dipegangnya jatuh—meninggalkan Akutagawa yang masih merenung. Gadis itu nampak antusias, terdengar dari langkahnya yang mengentak penuh semangat.

Atau mungkin sebaliknya, dibalik wajahnya itu ada rasa takut yang disembunyikan.

"Apa orang tuanya pulang?" batin Akutagawa penuh tanya, memungut sketchbook yang jatuh dan melihat isinya.

"Gambarnya bagus semua,"

"Balikin besok deh,"

Akutagawa mengulas senyum kecil, bergegas pulang. Suara benda pecah terdengar nyaring, memekakkan telinga— menarik langkah Akutagawa untuk mengetahui lebih.

Pyarr.....

"Hooo? Jadi selama mama sibuk kerja kamu biasa pulang malem ya?"

"Gak gitu ma!"

Terlihat seorang wanita paruh baya tengah menyesap rokoknya— pecahan cangkir dan kopi yang tumpah mengotori lantai. Dengan Chuuya yang duduk bersimpuh menahan tangis.

"Gak usah pulang aja sekalian, tiru papa mu itu!!!"

"Maaa, Chuuya tadi belajar bareng temen dulu,"

"Capek-capek mama kerja, tapi kamu gak pernah berguna. Sekali aja, bisa gak buat mama seneng. Bangga sama kamu, tapi nyatanya? Mama kecewa, mama gak pernah berharap punya anak yang nyusahin kayak kamu,"

The Way I Love You ||BSD AU|| Slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang