Tidak ada nada marah dari kalimat yang lelaki itu lontarkan. Yoongi-pun tahu itu, mereka berdua memang sudah lama berteman. Guyonan seperti itu sama sekali tidak membuat mereka terganggu atau terpancing emosi. Dan yang terpenting, Yoongi mengakui bahwa ucapan temannya yang sedang melakukan sambungan telpon bersamanya itu, memang benar. Lelaki itu sama sekali tidak pernah bermain dengan jalang saat salah satu atau keduanya sedang berkunjung ke klub. Tapi kalau menyentuh kekasihnya sih tidak tahu juga, ya.

"Sudah dulu, ya. Kekasihku sudah keluar, kau duluan saja ke tempat nanti aku menyusul."

"Aku tunggu di parkiran klub."

Sambungan telpon diakhiri oleh Yoongi.

Yoongi sering kali berpikir mengenai dirinya yang melakukan hal buruk dengan seringnya menyewa jalang dari klub tersebut. Ia tahu apa yang dilakukannya itu sangat buruk, selain untuk mentalnya yang membuat ia kecanduan seks, ia juga bisa menghabiskan banyak uang dengan menyewa jalang itu.

Tapi, bagaimana lagi? Ia merasa kesepian. Pergi ke klun dan menyewa jalang adalah pilihan yang tepat untu mengurangi rasa kesepian.

🌱

Pukul 10.45 malam Yoongi berada di parkiran klub. Ia belum masuk ke dalam, masih menunggu temannya datang.

Kakinya sengaja ia naikan ke atas dashboard mobil sembari menghembuskan asap dari sigaret yang sedang ia selipkan dijari tangannya.

Cukup lama Yoongi menunggu temannya itu di dalam mobil, hingga sumpah serapah kasar terlontar begitu saja. Ia bosan menunggu terlalu lama. Namun, tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu kaca lalu masuk ke dalam mobil Yoongi.

"Sial. Kenapa lama sekali?" Kesal Yoongi sembari menurunkan kakinya yang sedari tadi ia rebahkan di dashboard.

"Haha ... Maaf," katanya enteng kemudian membakar sigaret milik Yoongi yang berada dashboard.

"Seharusnya kau bilang kalau sedang bercocok taman dengan kekasihmu. Jadi aku tidak akan menunggu lama seperti ini."

"Jangan sok tahu. Mana ada bercocok taman, yang ada sekarang kekasihku sedang datang bulan." Yoongi tertawa pelan mendengar ucapan temannya itu.

Hening beberapa saat. Menikmati kepulan asap sigaret yang mereka hisap.

Yoongi cukup terhibur dengan cara mengejek temannya seperti ini. Dan temannya pun tak pernah marah karena mereka sama-sama saling mengetahui sifat masing-masing.

Mereka berdua memang sudah cukup lama saling mengenal. Saat Yoongi luntang-lantung tak jelas ketika awal ia menjejakkan kaki di Seoul, saat itu pula mereka bertemu dan saling mengenal. Awal pertemuan mereka tidak bisa dikatakan dengan moment yang baik, sebab saat itu Yoongi mencoba menolong lelaki itu ketika hendak dikeroyok oleh preman setempat.

Bukan Yoongi jika tidak bisa mengalahkan seseorang dengan tinjuan serta tendangannya. Yoongi bisa dikatakan mahir dalam berkelahi dengan siapapun sejak dirinya masih sekolah SMP. Yoongi itu seperti anak brandalan meskipun orangtuanya cukup terpandang.

Sejak saat itu, Yoongi dan temannya ini bisa berteman baik. Bahkan Yoongi pernah beberapa kali menginap di rumah temannya ketika ia sedang malas tidur di kosan kumuhnya itu-- dan ternyata saat itu ia baru menyadari bahwa temannya sama kya rayanya seperti dia. Dan  sekarang mereka juga sama-sama menimba ilmu disatu tempat Universitas yang sama. Yoongipun memberitahu pada temannya itu mengapa ia bisa sampai di kota ini dengan keadaan yang awalnya seperti gembel sebelum akhirnya tinggal di apartemen.

"Ayo masuk." Yoongi mengajak temannya masuk ke dalam bar setelah ia melirik jam pada ponselnya.

Keduanya keluar dari mobil dan langsung berjalan menuju pintu masuk utama klub yang sedang dijaga oleh dua security.

"Dua wisky." Yoongi yang baru saja duduk di counter bar langsung memesan minuman pada bertender yang juga salah satu temannya yang bernama Jackson.

"Ya, aku tahu." Jackson langsung menyiapkan minuman yang dipesan oleh Yoongi dan tak lama ia kembali dengan membawa dua gelas minuman.

"Kau ada janji dengan primadonamu, ya?" tanya Jackson pada Yoongi.

"Kau tahu?"

"Heum ... Dia titip pesan padaku tadi, katanya ia akan datang sedikit terlambat karena ada urusan yang harus ia selesaikan."

"Kenapa dia tidak bilang padaku?" Cibir Yoongi yang harus menerima kenyataan kalau ia harus menunggu lagi.

Jackson menggedikkan bahu, "entahlah. Tapi bisa aku pastikan urusannya itu bukan melakukan seks dengan yang lain. Tidak usah khawatir ... Dia bersih malam ini untuk tamu spesialnya."

"Ya, aku tahu."

"Seorang Min Yoongi mana mau bekas oranglain. Tapi ... Nona Bora, kan memang bekasan oranglain."

"Jangan seperti itu, Jim." Yoongi terlihat agak tidak suka mendengar ucapan kasar temannya itu.

"Kalimatmu kasar sekali, bung," timpal Jackson pada Jimin.

"Haha...,"Jimin tertawa, "maaf , maaf."

Sekitar lima belas menit berlalu sejak kalimat kasar yang Jimin lontarkan mengenai Nona Bora, akhirnya wanita itupun datang dan memasuki klub.

Kim Bora atau biasa dipanggil Nona bora adalah primadona di klub ini. Banyak sekali yang ingin tidur bersamanya atau sekedar menemani para lelaki jahanam itu untuk minum. Namun, Bora tidak akan melakukannya dengan sembarang lelaki.

"Hallo, sweety." Bora langsung memeluk tamu spesial yang telah membookingnya tadi siang. "Sudah lama menunggu?" ucapnya sembari mengecup singkat bibir Yoongi.

Yoongi tersenyum setelah mendapatkan kecupan itu dari jalang istimewanya itu. Sedangkan Jackson kembali pada pekerjaannya sebagai bertender klub dan Jimin sedang memanjakan matanya dengan mengedarkan pandangan pada para wanita yang sedang menjajahkan tubuhnya.

"Kenapa kau tampak cantik jika tidak pakai makeup?" Puji Yoongi pada Bora yang membuat wanita itu memerah malu.

"Uh ... Benarkah?" Yoongi menganggukkan kepala menanggapinya. Nada bicara Bora semakin sensual sembari mendekatkan tubuhnya pada Yoongi.

"Mau bermain sekarang?" tanya Bora yang sekarang mengusap lembut dan meraba lembut paha Yoongi.

"Kau duluan ke kamar, ya. Nanti aku menyusul. Aku ingin berbicara dulu dengan temanku." Yoongi menunjuk seseorang dibelakang Bora dengan dagunya.

Bora langsung menoleh ke belakang dan mendapati seorang lelaki berbibir tebal nan sexy. "Eoh ... Ada Tuan Jimin rupanya."

Jimin tersenyum pada Bora si jalang istimewa milik Yoongi. "Panggil aku Jimin saja, Nona."

Bora mengangguk sambil tersenyum sebelum akhirnya pandangannya kembali pada Yoongi.

"Kalau begitu aku ke kamar lebih dulu, ya." Pamit Bora sembari kembali mengecup bibir Yoongi.

"Jim, kau yakin tidak ingin menyewa satu diantara mereka di sini? Tenang saja, aku yang akan membayar."



To be continue

To be continue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Past Grudge (MYG) MWhere stories live. Discover now