Bagian 2

1.1K 171 150
                                    

"Di sini saja? Di mana rumahmu?" Yoongi menghentikan mobilnya di pinggir jalan pemukiman.

"Di sana. Masuk gang, mobil tidak akan bisa masuk." jawabnya datar sambil melepaskan seatbelt.

Yoongi mengangguk menanggapinya. "Mau aku antar sampai depan rumahmu?"

"Tidak usah," tolaknya dengan menggelengkan kepala.

"Gelap. Lampu jalan itu padam, kau tidak takut?" Bukan maksud untuk menakuti, akan tetapi keadaan jalanan gang tersebut memang gelap karena lampu jalanan tidak berfungsi. Yoongi khawatir membiarkan seorang wanita berjalan sendiri ditengah kegelapan meskipun memang jarak antara mobil yang terparkir dengan rumah yang Hyumi tinggali tidak terlalu jauh.

Jujur saja, wanita bernama lengkap Han Hyumi itu memang merasa takut dengan keadaan lampu jalanan yang sedang padam. Terlebih dengan kejadian dua bulan lalu masih terbayang-bayang olehnya.

Ia berpikir sebentar lalu mengiyakan tawaran lelaki asing yang baru beberapa jam ia temui itu untuk mengantar ke depan rumahnya.

"Tunggu sebentar." Yoongi keluar dari mobil terlebih dulu dan membukakan pintu mobil untuk Hyumi.

Hyumi masih datar menanggapi sikap lelaki yang terlihat begitu baik terhadapnya, padahal mereka tidak saling kenal. Bertemu saja baru beberapa jam lalu.

"Terimakasih. Maaf merepotkan, Tuan," ucapnya setelah sampai di depan rumah.

"Hei, aku punya nama, dan namaku Min Yoongi-- panggil Yoongi. Bukan Tuan."

"A-ahh, iya. Maaf, Y-Yoongi." Mendengar itu, Yoongi langsung tersenyum.

"Baiklah, aku pulang, ya," pamitnya yang ditanggapi anggukan oleh Hyumi.

Sejujurnya Hyumi masih ada rasa trauma yang melanda dirinya sampai saat ini, ketika ia harus berhadapan atau berkomunikasi dengan seorang lelaki, apalagi dengan pekerjaannya sebagai seorang Bariste dan merangkap sebagai kasir disebuah kafe, tentu mengharuskan ia yang mau tidak mau itu mesti berhadapan langsung dengan pengunjung lelaki dan tentu rasa trauma itu harus ia telan sendiri menyadari tak ada satupun dari rekan kerjanya yang mengetahui kejadian menjijikan yang telah ia alami.

Semuanya benar-benar ia telan sendiri, ia pendam sendiri. Tak berani melapor pada pihak yang berwajib karena ancaman atau sekedar bercerita pada satu sahabatnya karena ia tidak ingin sahabat satu-satunya itu meninggalkan dirinya jika mengetahui bahwa ia telah dilecehkan sampai ia hamil seperti sekarang ini.

Maka dari itu, ia memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri setelah dirinya mengtahui bahwa ia tengah hamil saat melakukan tes pada alat tes kehamilan pagi tadi.

Tidak mungkin, 'kan kalau dia masih bertahan hidup dengan janin yang dikandungnya tanpa tahu siapa ayahnya.

Namun, rencananya untuk melakukan percobaan bunuh diri itu gagal ketika seorang lelaki asing datang mencegahnya dengan santai yang bahkan mengajaknya makan malam dan berakhir mengantarkan dirinya sampai rumah.

Jika malam ini ia gagal melakukan rencananya. Mungkin jalan satu-satunya adalah menggugurkan. Ya, ia harus menggugurkan janin yang sedang dikandung ini secara paksa.

🌱


Suasana kafe hari ini lumayan ramai pengunjung. Hyumi sedikit kewalahan mengerjakan pekerjaannya, apalagi dalam keadaan berbadan dua seperti ini, sungguh membuat ia tak nyaman dan sering sekali mudah lelah, tapi ia beruntung karena sahabatnya-- Hani, selalu membantu dirinya meskipun sampai saat ini ia belum menceritakan pada Hani bahwa dirinya sedang hamil-- atau mungkin tidak akan pernah menceritakannya sama sekali.

Past Grudge (MYG) MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang