AKSARA [10]

2.3K 470 58
                                    

Semua orang mungkin bisa saling menemani. Akan tetapi tidak semua orang bisa saling memahami.”

—Tiana Ganetta Ibrahim —

***

“Kalian ke kantin duluan aja,” tutur Netta seraya memasukkan buku serta pulpennya ke dalam tas.

Kemudian ia melihat handphone Aksa yang tergeletak di atas meja bersisian dengan handphone miliknya.

Sudah lebih satu hari handphone itu ada bersamanya. Ia kira kemarin Aksa akan langsung mengambilnya kembali setelah pulang sekolah namun nyatanya laki-laki itu hilang bak ditelan bumi. Mau tidak mau Netta harus mencari Aksa guna mengembalikan handphone itu.

Pertama Netta mencoba pergi ke kelas Aksa yang ternyata hanya ada beberapa perempuan saja yang belum meninggalkan kelas.

“Ada yang liat Aksara gak?” tanya Netta yang berdiri di depan pintu setelah memindai seisi ruangan kelas siapa tahu Aksa tengah cosplay menjadi papan tulis atau AC, kan tingkah laku laki-laki itu selalu tidak terduga dan tidak dapat dicerna oleh akal sehat.

Beberapa murid perempuan yang tengah asik bersolek itu lantas saling tatap kemudian menggeleng.

“Kayaknya tadi gak masuk deh. Iya kan?” salah satu murid perempuan yang telah selesai mengaplikasikan pewarna bibir berwarna merah meminta konfirmasi kembali kepada teman-temannya, takutnya ia salah juga.

“Iya dia gak masuk. Gak ada keterangan juga absennya gara-gara apa,” sahut murid perempuan berkacamata.

“Dari pagi dia gak masuknya?”

“Iya, tapi temen-temennya pada masuk semua sih gue liat-liat.”

Mendengar itu kening Netta semakin berkerut. Saking kesalnya tanpa sadar Netta menghentakkan kaki.

Kemana lagi itu anak setan, bisa-bisanya gak masuk sekolah padahal sudah kelas tiga.

***

Setelah mencoba menghubungi teman-teman Aksa ternyata mereka juga tidak tahu kemana perginya Aksa dan alasan laki-laki itu tidak masuk sekolah hari ini. Alhasil Netta memutuskan untuk pergi ke kostan Aksa yang kurang lebih menghabiskan waktu sekitar delapan atau sepuluh menit jika menggunakan kendaraan.

Dengan sedikit rayuan dan paksaan Netta meminta kepada Lukman untuk mengantarkannya ke kostan Aksa. Awalnya Lukman menolak keras akan tetapi lama kelamaan dia luluh juga apalagi ketika melihat wajah memelas sahabatnya itu. Lukman tentu saja tidak tega.

Semua ini gara-gara si Tatang yang gak masuk sekolah!

Sudah tahu Netta gampang sekali overthinking dan Aksa malah hobinya menghilang.

“Makasih ya, Man,” ujar Netta setelah sampai di depan gerbang kostan Aksa.

“Yakin nih, baby Nenet, gue tinggal aja?”

“Iya, yakin.”

“Terus nanti kalo si kutu kupret gak ada gimana? Ditambah bentar lagi waktu istirahat abis.”

“Udah tenang aja nanti sebelum guru masuk gue udah di kelas,” ujar Netta menenangkan ke khawatiran Lukman meski pun ia sendiri tidak yakin jika bisa masuk ke dalam kelas dengan tepat waktu.

“Ya udah deh terserah lo. Padahal udah gue bilang buat tinggalin aja si Tatang yang bisanya cuma nyusahin itu eh malah lo masih pertahanin,” ujar Lukman dengan raut wajah ketusnya serya menstater motor maticnya setelah itu ia langsung pergi tanpa menunggu sahutan dari Netta.

DIA AKSARAWhere stories live. Discover now