Save 12

4.4K 412 17
                                        

Happy Reading

Cobalah untuk berteman dengan dapur, Jika kau ingin pintar memasak

~Bukan kunci kebenaran



***


Gentala memilih untuk duduk di samping Lia.

“Suka ini?” Tanya Gentala dan memperlihatkan beberapa foto card ke arah Lia.

“What!!, Kakak punya foto ini?”

Gentala mengangguk, dia memang memiliki banyak foto tentang pemain dari komik yang Lia baca.

“Minta boleh?” Tanya Lia antusias, ah kapan lagi dia bisa memiliki foto ini.

“Tidak”

“Oh ayolah, kak Gentala kan lebih ganteng dari kak Gio” rayunya.

“Tidak, Aku mendapatkanya dengan susah payah tau”

Lia memberenggut kesal, ah kenapa Gentala pelit sekali.

Padahal hanya selembar foto.

Sebenarnya sejak tadi, Argio menatap mereka jengah. Lagi lagi membahas hal yang Argio tak mengerti.

Yaoi, atau apalah itu.

Argio benar benar nol, sama sekali tak tau. Padahal Gentala sering memberitahunya tentang itu. Namanya juga Argio, dia malas berhubungan dengan hal tak penting.

Tapi sekarang Argio memikirkan hal lain, Jika dia tau adiknya suka itu. Harusnya dia mempelajarinya, atau bahkan mempraktekannya.

Kalian setuju??

“Ayo pulang” ajak Argio kepadan Lia.

Lia yang sejak tadi tengkurap pun menolehkan wajahnya. “Nanti ” balasnya dan kembali menunduk.

“Kak, berapa banyak koleksi yang kau miliki?” Tanya Lia antusias.

Gentala menjentikan jarinya,“Banyak, kau ingin lihat”

Dengan semangat Lia duduk, lalu mengangguk berkali kali.

Huft

Argio mengela nafasnya lelah, dia mempunyai firasat, jika ini akan berakhir lama.

“Ayo pulang” finalnya.

Dia menyeret Lia keluar dari kamar Gentala. Tentu saja Lia tak akan diam.

“Akh, kakak. Apa-apaan sih, sakit tau” Lia mencoba melepas tanganya, Argio ini gila. Tangannya itu mungil, kenapa harus di genggam dan di seret.













Pagi ini, Lia bangun sangat-sangat pagi. Entah apa, yang membuatnya bangun pagi.

Lia yang sudah mandi dan tentu saja wangi pun, berjalan ke arah dapur.

Dia membuka lemari pendingin, mencari sayur- sayuran dan daging. Ah, Lia hanya ingin memasak. Tapi Lia tak yakin jika masakannya akan enak.

Dia hanya tau cara memasak mie dan menggoreng telur, itu dulu di kehidupan pertamanya.

Tapi kan, sekarang dia di sini, di dunia novel. Pasti ada saja keajaiban yang akan terjadi. Semoga saja makanan yang dia masak di sulap menjadi lebih layak.

“Haruskan aku cuci ayam ini?” monolognya bingung.

“apakah sayurnya harus di potong?”

“Ah, aku akan memilih bumbu terlebih dahulu”

Plot BreakerWhere stories live. Discover now