Save 11

5.2K 510 22
                                        

Happy Reading





Kayu manis, kayu nangka
Salam manis, dari Aya
:^)



***

“Ahhh”

“Ahhh t-tuan ah”

Suara ini terdengar laknat. Padahal hari ini masih pagi.

Argio kesal, padahal dia berniat memberikan laporan kepada sang ayah. Namun, sang ayah malah sedang asik berolahraga. Ah, semoga saja adik kecilnya tak mendengar.

Bodoh sekali Kyle melakuhkan hal itu di dalam ruang kerjanya. Ruang kerja Arkyle tidak kedap suara, makanya Argio yang di depan pintu bisa mendengar.

“Dengan jalang mana lagi ayah melakuhkan nya”

Argio sudah hafal. Setiap seminggu sekali, pasti akan ada suara laknat ini.

“Kakak” panggil Lia.

Lia berjalan mendekat ke arah Argio dengan senyum manis, dia lagi ada maunya.

Lia mendekat, dia juga mendengar suara laknat itu.

“Ayah sedang apa?” Tanya Lia setelah sampai di samping Argio.

Argio menepuk jidatnya. Dia lupa, harusnya Lia tak mendengar suara itu.

Dengan cepat Argio menutup kedua telinga Lia. “Kita bicara di bawah” ucapnya, lalu menyeret Lia untuk turun ke bawah.

“Kakak, jawab aku. Ayah sedang apa?” Lia bertanya lagi, masih dengan pertanyaan yang sama.

“Olahraga” jawab Argio cuek, mana bisa dia menjelaskan dengan rinci. Dia tak mau otak adiknya ternodai.

“Oh, olahraga ranjang ya”

Argio mengangguk, memang benar. Ayahnya sedang melakuhkan olahraga ranjang. Eh, tapi tunggu, kok Lia bisa tau?

“Bukan ranjang Lia, tapi badan” ah ternyata sia sia saja Argio menutupinya.

“Iya iya, olahraga badan. Tanpa busana dan seseorang di bawahnya. Wow kakak tau, Ayah terlihat keren jika melakuhkan itu”

Sepertinya Lia sudah membanyangkan sesuatu yang merusak moral. Lia, kamu harus sadar, inget umur atuh.

Argio tak habis fikir, jangan jangan adiknya pernah melihat ayah melakuhkan itu.

“Kau pernah melihatnya?”

Lia mengangguk dengan santai. Memang benar kok, dia pernah melihat itu, sekali.

“Hah, dimana?”

Lia berfikir sejenak. “Emhh, di dapur. Waktu malam”

Argio kaget. “Di dapur kau bilang? Gila, Kyle benar benar gila”

“waktu Itu, Lia haus. Pas deket dapur, Lia dengar suara desahan. Yaudah sekalian Lia ngintip” jawabnya dengan cengiran.

Oke, lagi lagi Argio tak habis pikir. Apakah ayahnya tak merasakan keberadaan Lia. Ah dia lupa, ayahnya akan lupa apapun jika sudah melakuhkan itu.

Kesal sekali, untung saja ayahnya tak sembarangan menanam benih. Jika tidak, pasti dia akan memiliki beberapa Lia lainya. Iya, adik kecil maksudnya.

Lia terbelalak, dia lupa tujuan awalnya. “Kakak, antarkan aku ke rumah Gentala”

Argio mengeryit,“Mau apa?”

Lia meringis, dia cengengesan. “Mengambil bonekaku” ucapnya.

Plot BreakerWhere stories live. Discover now