EPILOG

5.3K 304 60
                                    

note: sambil dengerin lagu yang ada di mulmet yaa guyss. biar makin ada kesan harunya hihihi.

JAEMIN POV.

Malam ini ditemani rintiknya hujan dan ringannya angin malam, suara hembusan nafas dan rintihan kesakitan terus menjadi pengiring perjalananku menuju rumah sakit. Tepat pukul 2 dini hari, anak pertamaku akan lahir ke dunia. Aku langsung menggendong tubuh lemah istriku dan langsung menaruhnya bada brangkar dorong rumah sakit. Aku terus memberikan dukungan moral dan kata-kata penenang agar istriku tak berfikir yang aneh-aneh saat melahirkan nanti.

Aku menggenggam tangan pucat yang berkeringat tersebut dengan erat. Sesekali mengecupnya sayang. Dokter telah memeriksa keadaan istriku dan berkata bahwa masih berada di pembukaan 4. Aku menghembuskan nafas kasar karena sedari tadi Yangyang terus menerus merintih kesakitan karena bayinya tidak bisa diam di dalam perut. Aku hanya bisa membantu sebisaku terkadang mengelus perut itu agar bayiku mau diam di dalam sana. Tetapi tetap saja, buah hatiku tidak mau diam mungkin karena ingin bertemu kami sebagai orang tuanya.

Dokter menyarankan untuk mengajak Yangyang berkeliling rumah sakit agar mempercepat proses pembukaan dan juga cepatnya proses pecahnya air ketuban. Akhirnya, tubuh lemah itu ku ajak berjalan santai di sekitar rumah sakit ternama ini. Ditemani angin yang sejuk setelah hujan dan bau khas tanah mengiringi kami dalam berjalan santai sebelum persalinan dimulai. Aku terus menemaninya sesekali mencium pelipisnya jika ia merasakan sakit akibat buah hati kami yang mulai bereaksi kembali.

"Aku ingin bercerita tentang masa-masa hidupku yang beberapa hal pasti kau belum mengetahuinya. Bolehkah aku menceritakannya?"

Ucapku pada istri kesayanganku dan mengelus perut buncit itu yang terkadang bergerak acak didalam sana. Yangyang, istri mungilku mengangguk dan tersenyum lemah. Aku tau bahwa ia sedang menahan rasa sakit tetapi aku salut pujaanku tak pernah mengeluh atas semuanya.

"Ceritalah. Aku akan mendengarkan"

Jawaban itu begitu lembut dan sangat lemah. Aku tersenyum sendu dan mengajaknya terus berjalan untuk menghalau rasa sakitnya.

"Ibu menceritakan kepadaku bahwa dulu ketika aku lahir, aku tidak menangis sama sekali. Semuanya panik bukan main karena diriku yang tak menangis, bayi pada umumnya akan menangis jika sudah lahir ke dunia tetapi aku tidak. Dokter dan juga suster pun berusaha membuatku menangis tetapi tidak ada tanda-tanda apapun. Mereka pasrah dan mendiagnosa bahwa aku tiada, Ibu menangis kala itu. Bahkan ayah pun sama halnya. Sebelum dibawa ke kamar khusus, ayah meminta menggendongku untuk yang terakhir kali. Ketika menggendongku, ayah mengucapkan kalimat entah apa itu Ibu tidak tau hingga saat ini tetapi ajaibnya aku langsung menangis. Semuanya takjub dan mengatakan bahwa itu mukjizat dari Tuhan serta kekuatan batin seorang ayah dan anak. Ibu menangis lebih keras karena terharu, ia langsung memberikanku asih pertamanya. Sementara ayah, ia terus mengucap syukur dan mencium kami secara bergantian. Aku yang mendengarnya ikut terharu dan takjub, jika bukan karena Tuhan melalui perantara ayah mungkin aku benar-benar tidak ada di dunia ini"

Istriku menyimak dengan senyum lembutnya seraya mengelus rahangku penuh kasih sayang. Aku menatapnya sayang dan mencium bibir plum itu sekilas untuk menyalurkan kasih sayangku kepadanya bahwa aku benar-benar menyayangi dan mencintai pemuda yang akan melahirkan buah hatiku.

"Ketika umurku 6 tahun, aku hampir menjadi korban penculikan. Tetapi untung saja digagalkan oleh seorang nenek dan ternyata nenek itu adalah guru sekolah dasar dari Ibuku dulu. Begitu lucu mendengar cerita itu karena hidup ini akan selalu berkesinambungan dengan satu dan yang lainnya. Aku masih takjub jika mendengar cerita-cerita lama dari Ibu. Ibu akan menceritakan memori itu jika aku sedang senggang. Dulu kecil, remaja, hingga dewasa aku selalu menjadi murid berprestasi tetapi selalu membuat onar disekolah. Ayah dan Ibu sering dipanggil oleh guru BK karena aku terkadang membolos, tidak mengerjakan Pr, tidur di kelas, bahkan yang parahnya berkelahi dengan temanku hingga temanku sekarat. Jika di ingat-ingat kembali betapa nakalnya aku dulu tetapi semua itu untungnya tertutupi karena kepintaranku yang selalu menjadi juara umum dan membanggakan sekolah dengan membawa piala pada lomba basket serta olimpiade matematika"

One Side [JAEMYANG]✔️Where stories live. Discover now