Eleven

3.7K 339 34
                                    

Suara jepretan dari bidikan kamera memenuhi studio pemotretan tersebut. Banyak sekali kru disana hanya karena ingin melihat sang model besar bergaya dengan keahliannya yang membuat siapa pun terpukau. Jaemin melakukan pekerjaannya seperti biasa tetapi terkadang pikirannya selalu terngiang pada kejadian malam 2 hari lalu. Bagaimana ketika sang istri pulang wajah itu masih menyematkan senyum teduh dan manisnya. Padahal ia tau bagaimana perasaan istrinya disaat semua masalah ia hadapi seorang diri, apalagi yang diceritakan masalahnya hanya pria berbadan kekar itu saja.

Pemuda mungil itu membuka pintu rumahnya seraya menaruh sepatunya diatas rak. Lampu sudah sebagian dimatikan tetapi hanya lampu ruang makan yang masih menyala. Ia pun menghampiri ruang makan tersebut untuk mematikan lampu tetapi aktivitasnya terhenti kala suaminya masih disana diam menatap kosong di depannya. Sekaleng bir kadar rendah berada di sampingnya.

Yangyang menghampiri suaminya itu dan langsung memeluknya dari belakang. Jaemin tersentak kecil kala seseorang memeluknya dari belakang tetapi ia mengenali harum favoritnya saat ini. Wangi lavender begitu menyeruak di indera penciumannya. Jaemin tersenyum kecil ketika istrinya mencium pipinya dan membenamkan wajahnya diceruk lehernya.

Nafasnya teratur dan ia bisa merasakan bulu mata lentik itu mengenai area lehernya, pasti istrinya sedang memejamkan mata. Jaemin mengelus surai cokelat itu sayang sesekali menghirup aroma shampoo istrinya yang beraroma anggur. Yangyang mengangkat wajahnya dan duduk di samping Jaemin seraya menghadap suaminya itu dengan senyuman lembut.

"Mengapa melamun, hm? Ada masalah kah? Ceritakan saja, aku siap mendengarkan"

Jaemin menatap dalam mata cokelat tanah itu dan menggeleng untuk menjawab. Ia tidak ada masalah, seharusnya istrinya ini yang bercerita kepadanya mengenai sesuatu yang besar seperti kehamilannya. Ia yang mengingat sang istri sedang mengandung langsung menatap perut tersebut dan ya terlihat membuncit meskipun tidak kentara. Jaemin tersenyum sendu. Pantas saja akhir-akhir ini istrinya senang makan dan tubuhnya sedikit berisi.

Ia mengelus pipi gembil favoritnya dengan sayang. Dan istrinya pun menerimanya dengan senang hati, sudah terbiasa mendapatkan afeksi seperti ini dari suaminya itu. Jaemin tersenyum lembut ketika mata itu terpejam akibat afeksi yang ia beri. Wajah damai itu begitu indah hingga membuat hatinya berdetak ngilu. Bagaimana bisa ia melakukan hal buruk kepada malaikat kecil pemberian tuhan untuk mendampingi hidupnya. Jaemin benar-benar merasa bersalah. Satu air mata menuruni pipi putihnya.

"Hey! Kenapa menangis, Nana? Apakah masalahmu begitu besar hingga kau menangis?" ucapnya khawatir. Jaemin langsung menghapus air matanya dan menggeleng.

"Tidak sayang. Aku tidak ada masalah, hanya lelah sampai-sampai tubuhku sakit. Apalagi menunggumu hingga larut seperti ini"

Yangyang menatap suaminya sendu. Ia langsung memeluknya erat seraya meminta maaf karena baru pulang ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam. Ia terlalu asik berbincang dengan Jay karena pria itu akan pergi lagi meninggalkan Korea untuk perjalanan bisnis yang lain.

"Maaf. Karena aku, Nana harus menungguku hingga membuat tubuh Nana sakit. Maafkan, Yuyu ya" ucapnya dengan mata berbinar memohon.

Jaemin terkekeh melihat wajah memohon tersebut. Menggemaskan sekali istrinya ini. Ia pun langsung mencium bertubi-tubi wajah itu. Karena tidak kuat menahan gemas. Yangyang hanya tertawa cekikikan karena perbuatan Jaemin.

"Lebih baik kita tidur. Waktu sudah larut, kau butuh istirahat juga setelah meluangkan waktu untuk sahabatmu itu"

Yangyang mengangguk. Mereka pun pergi menuju kamar dan tidur dengan Jaemin yang memeluk Yangyang erat. Sesekali mengelus perut buncit istrinya tanpa diketahui oleh Yangyang.

One Side [JAEMYANG]✔️Where stories live. Discover now