3. Am I ready for U? [Joshua]

207 28 25
                                    

"Jadi itu ceweknya, Josh?" tanya Jeonghan, sedetik setelah aku kembali duduk di kursiku. Seunghee, yang ikut makan bersama kami malam ini, turut menatapku dengan penasaran.

Aku mengangguk selagi melempar senyum optimis.

Malam ini Jeonghan dan Seunghee mengajakku makan malam - huh, bocah ini.. seenaknya saja ingin menjadikanku sebagai dengung nyamuk diantara mereka! Such a coincidence, Jeonghan ingin makan seafood. Siapa yang tahu bahwa aku akan bertemu Bora yang ternyata bekerja paruh waktu di restoran ini?

"Doain aja, moga berhasil."

Jeonghan manggut-manggut pelan, aku sulit mengartikan tatapan kelamnya itu.

Sementara Seunghee tersenyum, ikut manggut-manggut. "Imut ya orangnya."

"Kamu lebih imut tau," timpal Jeonghan, melirik gadis yang baru resmi menjadi pacarnya itu dengan senyum malu-malu dan tatapan penuh puja. Eyy, so cringe.

Dan Seunghee balas meliriknya dengan tatapan aneh dinaungi alis yang terangkat sebelah.

"Apa sih, sumbang," tukasnya, mematahkan gombalan Jeonghan seketika. Spontan aku terkekeh. Bisa-bisanya sohibku jatuh cinta pada gadis tsundere semacam Oh Seunghee.

Jeonghan ikut terkekeh sambil geleng-geleng kepala. "Hah, judes amat pacar hamba, Gusti. Untung sayang."

Seunghee angkat bahu, tersenyum kecut. Well, dia tidak benar-benar disgusted pada Jeonghan seperti ekspresi wajah dan ucapannya. See? Gadis itu sedang sibuk memotong-motong muneo-jorim -- kudapan gurita berbumbu manis pedas itu -- dan menaruhnya di mangkuk pacarnya sebelum mangkuknya sendiri.

Oh, so.. this is how love works.

Jeonghan yang menyadari tatapan takjubku pada 'keharmonisan' mereka, menyeringai.

"Tuh 'kan, lu ngiler liat kita. Makanya, cepet jadiin," ucapnya, menggandeng bahu Seunghee, memprovokasiku. "Entar kita double date."

Ha, menyebalkan.

Seunghee hanya memukul paha pacarnya itu dan mendecih pelan.

Sebelah sudut bibirku terangkat sedikit. Well, not a bad idea, tho. Jeonghan dan aku terlalu terbuka untuk tak berbagi rahasia yang bahkan kadang Seungcheol tak tau -- bocah terlalu sibuk mengurus beberapa gadisnya. Kencan ganda bersama Jeonghan dan Seunghee, sepertinya tak masalah.

But.. am I ready for this kind of relationship?

Bahkan aku belum tahu banyak tentang Bora. Semua hal yang kutahu tentangnya masih jauh dari kata cukup untuk membuatku berani menjalin hubungan dengannya. Ia tampak selalu sibuk dengan kuliah dan kerja paruh waktunya. Just.. how many damn part time jobs she doing all this time?

Semoga pekerjaan-pekerjaan itu tidak mengganggu kelangsungan kuliah Bora.

Kembali kutatap sepasang kekasih yang masih berlovey-dovey di hadapanku. Bibirku tersenyum tipis. Bukan iri, justru aku sangat senang. Sudah lama tak kulihat Jeonghan tersenyum selebar itu. Mungkin ia bahagia karena tidak harus sembunyi-sembunyi lagi dari dunia.

Am I ready for this kind of happiness too?

★★★

Sekitar sepuluh menit lamanya aku dan Bora duduk berhadapan di salah satu meja kafetaria Pinwheel, menghadapi laptop masing-masing. Sesekali kulirik Bora, ia tampak menyibukkan diri dengan mencatat sesuatu di atas notes, lalu mengetik sesuatu di laptopnya, lalu mencatat lagi, sekali penanya jatuh, ia memungutnya, dan kembali mencatat, mengetik lagi.

I DESERVE UDonde viven las historias. Descúbrelo ahora