04 - D

35.8K 944 12
                                        

Happy Reading

Devian membawa motornya, dengan kecepatannya rata-rata. Sialan! Bajunya penuh darah, bagaimana jika bunda nya marah? Iya, laki-laki itu habis tawuran. Mustahil jika Devian pulang ke rumah dengan keadaan bersih.

Sesampainya di rumah, Devian celingak-celinguk di lingkungan rumahnya.

"Bundaa." panggil Devian dengan nada yang terdengar manja, namun bukan bundanya yang keluar melainkan-  Ayahnya, Gilang.

"Nak." panggil pria paruh baya itu, jelas Devian tersentak kaget, namun segera dia memasang wajah cool nya kembali.

"Sini kamu, nak" katanya seraya menyuruh anak lelakinya duduk.

Dirasa anak bujangnya ini sudah duduk, pria itu malah beranjak bangun, untuk mengambil sesuatu.

Gilang mengambil es batu serta kotak P3K "Berantem lagi?" tanya Gilang, sembari mengobati luka yang dimiliki anaknya.

Anak itu mengangguk, serta meringis kecil. "Ayah gak pernah ngelarang kamu, nak." ucap Ayahnya.

Pria paruh baya itu menghela nafasnya pelan, "Percuma, anak bandel kayak kamu, mau omelin kayak apapun pasti gak di ladenin, kan?"

"Tapi, jangan terus-terusan kayak gini, yang sakit nanti siapa? Kamu kan, Dev?" Gilang menekan pelan plaster yang di tempelkan kewajah Devian. "Bunda juga pasti khawatir, Dev." final ucapan ayahnya,

"Maafin Devian, Yah." kata-kata keluar dari mulut Devian, Devian memang jarang berinteraksi bersama ayahnya, dia lebih banyak diam di rumah kecuali dengan Bundanya.

"Gak papa, anak ayah jagoan." katanya lagi sembari mengusap kepala anaknya sayang.

Devian mengangguk, selalu saja, setiap Devian babak belur Ayah maupun Bundanya, selalu sabar ngadepin dia. Bahkan tidak segan-segan mengobati anaknya penuh kasih sayang.

"Kamu, udah punya pacar Dev?" tanya pria paruh baya yang jelas adalah, Ayahanda Devian.

Lagi-lagi, tidak ada sahutan, cuma ada gelengan pelan dari sang anak.

"Dari mata kamu, kayaknya lagi tertarik sama seseorang, kan?"

"Ayah, gak usah ngaco!" sinis Devian mendengus menahan malu, Sial! Bisa-bisanya ayahnya mengetahuinya, tahu dari siapa pria itu?

"Jangan sampai nyakitin perempuan ya, nak." ujar Ayahnya lembut.

"Sama aja kamu nyakitin Bunda." sahut wanita paruh baya, yang baru saja keluar dari dapur. Itu Santi, Ibunda Devian.

Santi, mendekati anak semata wayangnya itu, wanita itu mengelus rambut tebal laki-laki itu.

"Kamu mirip banget sama ayah kamu Dev." Devian menoleh menatap Bundanya, "Suka berantem, suka mendem perasaan sendiri." lanjut Santi sembari terkekeh.

Mengapa kedua orang tuanya tau jika anak laki-laki ini sedang menyukai seseorang? Sebab, mereka melihat foto card seorang gadis di laci meja belajar Devian. Namun mereka tahu bahwa anaknya ini gengsi untuk mengungkapkan perasaannya.

"Mandi sana Dev, abis itu makan." Kata ayahnya yang sedang terbakar api cemburu. Masa sama anak sendiri cemburu sih om.

"Devian, gak mau punya adik lagi ya Bun, Yah." ucap Devian melirik Gilang dengan sudut matanya.

"LOH KUNAON BUJANG!?" teriak ayahnya frustasi.

"Gak mau, bunda Devian, bakal selalu milik Devian." sahut laki-laki itu beranjak pergi ke kamarnya.

"Anak kamu tuh!" ketus Gilang.

"Yang bikin kamu, mas."

Mereka terkekeh diringi tawaan kecil, keluarga ini sangat humoris. Semoga akan selalu jadi jalan seperti ini. Semoga ya? Saya gak ngejamin soalnya ahahah -hati author

DEVIAN [ END ]Where stories live. Discover now