IV ; Help

345 64 6
                                    


"Gua bukan pendonor organ, tapi gua dengan tulus ngasih hati gua buat lu"

-ga tau lah Jeongyeon jenis apalagi, author bingung 2021-

.
.
.
.

*******

"Tolong satu croissant, black velvet, segelas americano juga. Oiya tolong americano nya dibuat dingin ya, terimakasih" Ujar Jeongyeon sambil tersenyum

"Dia hidupnya ga ada rasa banget astaga. Apa jangan-jangan dia punya nasib jelek ya, pesenannya ga ada rasa yang nampol gitu" Bisik salah satu pelayan begitu mendengar pesanan Jeongyeon

"Heh bego, kedengeran ntar. Lagian ga ada hubungannya pesen makanan sama hidupnya. Selera dia ini"

Jeongyeon hanya meringis mendengar obrolan itu, sambil menyerahkan beberapa lembar uang kertas dari dompetnya. Tidak, dia tidak tersinggung. Malahan memang kenyataannya juga berkata seperti itu

Selesai memesan, Jeongyeon mencari tempat yang ia sukai untuk merenung. Semalam, ia kena bentak kakaknya perihal mata memerah dan bengkak. Kakaknya mengira ia mabuk dan terkena bogem dari seseorang. Alhasil, ia harus menjelaskan semuanya dengan detail. Tetapi, urusan air matanya untuk Mina, ia sembunyikan

Jujur, mencintai dalam diam itu sulit. Terutama ketika sudah memiliki hubungan erat dengan orang tersebut

Jeongyeon menghela nafasnya berat. Bertahan hidup dengan kenyataan pahit berulang-ulang ternyata susah. Tetapi ia bersyukur, setidaknya ia bisa melalui itu semua

Pesanannya telah datang, ia menikmati makanan dan minumannya dengan khidmat. Selepas itu, ia berniat keluar dari toko tersebut. Namun, seseorang menabrak badan sebelah kirinya saat mereka berpapasan

"Ah, maaf" Ujar orang tersebut

Jeongyeon mengamati orang tersebut dari atas, hingga kebawah. Sepertinya ia pernah melihat orang ini

"Tunggu" Tahan Jeongyeon ketika orang tersebut ingin bergerak

"Kamu.... Yang semalam?" Ujar Jeongyeon ragu

Mata mereka bertemu, dan seketika itu, mata gadis tersebut membulat

"Ohh iya betul, terimakasih ya minumannya. Sedikit membantu meringankan bebanku" Balasnya sambil tersenyum

"Gunakan banmal saja, sepertinya kita sepantaran" Kata Jeongyeon merasa tak enak berucap dengan formal

(*banmal : bahasa non formal yang digunakan ketika berbicara dengan teman/orang yang seumuran)

"Okayy, aku Sana. Boleh aku jadi temanmu?" Sahutnya girang

Agresif   pikir Jeongyeon

"Jeongyeon, Yoo Jeongyeon. Boleh lah" Balas Jeongyeon

Sana bertepuk tangan senang, Jeongyeon yang melihat reaksi tersebut sedikit terkekeh. Sangat berbeda dengan Sana yang ia temukan saat malam itu dengan air mata di pipinya

"Jeongyeon, ah kamu umur berapa sih?" Tanya Sana

"Aku? 20" Jawabnya

"Wahh daebak! Kita seumur ternyata" Balas Sana

Jeongyeon tersenyum kecil

"Udah makan di dalam ya?" Tanya Sana lagi

Jeongyeon hanya mengangguk

KAK JE! [JeongMi]Where stories live. Discover now