🌙ㅣ38. Dia, Rembulan Zanava

Start from the beginning
                                    

"Sinting!" Alvaro tak tinggal diam, ia menarik Syaila ke depan kelas dan mendorongnya. "Maksud lo apa, sialan?! Satu keluarga makan malam, salah?! Siapa yang lo bilang jalang?! Adik gue lo sebut jalang?!"

Di tengah ringisannya karena membentur papan tulis, Syaila mengerjap mendengar perkataan Alvaro. "A-adik?"

"REMBULAN ZANAVA!" Alvaro berteriak lebih keras membuat semua yang ada mendengar suaranya. "Adik gue! Bungsu keluarga Zanava!" ucapnya dengan intonasi yang jelas sekali. Itu semua berhasil menjadi kehebohan di sana, serta tikaman keras untuk Syaila yang mendadak lemas di tempatnya, tak bisa berkutik lagi.

Alvaro mendekat, menghunuskan aura kemarahannya yang kentara. "Jawab, lo apain dia sampai dia pergi?!"

Dan pertanyaan itu, tak bisa lagi Syaila cerna. Pikirannya kini hanya dipenuhi oleh suara Rembulan di gudang tadi, yang mengakui bahwa Rembulan bagian dari Zanava.

Syaila tak bisa berkata apa-apa lagi.

- 4B -


"Sekalian isi pulsa, Kak?"

Rembulan menggeleng, menerima uang kembalian serta struck belanja yang diberikan oleh pekerja swalayan dan mengangguk kecil saat pekerja itu mengucapkan kata terima kasih. Rembulan berjalan ke arah meja yang tersedia di dalam, menyimpan jajanan yang ia beli lalu mengambil cup mie. Ia pergi ke sudut untuk menyeduh mie-nya.

Ini sudah malam, pukul 19.00 dan Rembulan belum pulang ke rumah. Ia juga belum sempat mengabari apapun pada keluarganya yang pastinya sudah panik bukan main. Ponselnya mati daya, dan Rembulan baru saja mengisinya di swalayan ini. Sekalian menunggu, Rembulan menyeduh mie saja.

Rembulan kembali ke meja dengan satu cup mie-nya, tinggal menunggunya matang, lantas Rembulan termenung. Rembulan berada tak jauh dari sekolah, mungkin hanya beberapa puluh meter saja karena Rembulan tidak bisa pergi lebih jauh lagi, kacamatanya rusak dan ia rabun jauh, takutnya ia tersesat dan tambah merepotkan.

Ia belum mau pulang, menjelaskan apa yang terjadi pada keluarganya. Rembulan takut sekali karena kejadian tadi. Kepercayaannya jadi menurun drastis saat ia mendengar ucapan Jia dan Vivi, kedua gadis itu bahkan meninggalkannya sendirian di gudang. Lebih mempercayai Syaila, dibanding Rembulan.

Mungkin ini juga salah Rembulan sendiri, karena terburu-buru mengakui pada Syaila. Jelas sekali itu seharusnya tak ia lakukan bukan? Mana mungkin ada yang percaya padanya.

Rembulan menatap cup mie di meja, kemudian ia membukanya untuk menuangkan bumbu dan mengaduknya. Ia mulai menyantapnya dalam diam, menatap lurus pada meja.

Kira-kira apa keempat kakaknya akan menemukan Rembulan di sini? Atau Rembulan saja yang pulang lebih dulu tanpa harus menunggu?

Perasaan Rembulan tidak tenang, serba salah, dan takut. Bagaimana jika Anggara dan Laila marah? Keempat kakaknya juga marah karena tindakan gegabahnya ini? Karena Rembulan memilih pergi bukannya percaya pada mereka dan meminta bantuan mereka.

"BUM!"

Cup yang Rembulan pegang hampir jatuh dari pegangan saat suara itu mengejutkannya. Rembulan segera menoleh ke samping kiri dan menemukan wajah Agraska yang begitu dekat dengan Rembulan.

"Agar?" embusan napas Rembulan terdengar. "Bulan kaget tahu."

Agraska tertawa sejenak, duduk di kursi sebelah Rembulan dan membuka sosis yang baru saja ia beli. "Gue lebih kaget kali, lo ada di sini sendirian. Gue kira ada Varo."

Markas geng motor Agraska ada di sekitar sini, maka dari itu Agraska ada di swalayan yang sedang dikunjungi Rembulan. Ia tak menyangka bisa menemukan sosok gadis yang ia kenali. Hanya saja ada yang berbeda. Pertama, gadis itu masih mengenakan seragam, kedua tidak memakai kecamata, ketiga rambutnya yang diikat sedikit kusut berantakan. Agraska jadi curiga.

"Iya, Bulan sendirian aja," jawab Rembulan sesuai dugaan Agraska. "Habis ini mungkin Bulan pulang."

"Kalau gitu gue antar, deh," ucap Agraska lalu menggigit sosisnya.

Rembulan menggeleng, takutnya Agraska malah disalahkan jika mengantar Rembulan untuk pulang. "Bulan bisa sendiri, kok."

"Emangnya lo rabun jauh atau rabun dekat?" tanya Agraska membuat Rembulan mengerjap.

"Ra-rabun jauh."

"Berarti ini takdir, lo harus gue antar pulang." Agraska tersenyum lebar.

Melihat senyuman itu, Rembulan jadi ikut mengeluarkan senyumannya. Ia bersyukur Agraska tidak bertanya lebih banyak hal lagi, sepertinya Agraska tahu dan lelaki itu peka untuk tidak mengganggu privasi Rembulan. Ternyata Agraska tidak seburuk apa yang ada dipikirannya maupun pikiran Alvaro.

"Ini udah malam, Bulan." Agraska berkata lagi. "Kalau mie lo udah habis, kita berangkat ya? Gue takut Alvaro ngamuk."

Rembulan terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia memilih untuk mengangguk. "Iya."

Sepuluh menit setelahnya Rembulan dan Agraska sudah keluar dari swalayan, keduanya berjalan beriringan dengan keadaan hening, apalagi jalanan ini tidak ramai karena bukan jalan raya.

"Eh, Agar!" Rembulan menarik lengan jaket yang Agraska kenakan saat ia teringat sesuatu. "Hp Bulan masih di swalayan, masih dicharger. Bulan ambil dulu, ya? Agar duluan aja."

"Gue ikut, Lan." Agraska hendak berbalik, namun pergerakannya ditahan.

"Gak perlu. Markas Agar di mana? Agar tunggu aja di sana."

Terdiam sesaat, akhirnya kepala Agraska mengangguk untuk menyetujui. "Dari sini lo nyeberang, belok ke kiri. Di deket café Lily, di sebelahnya markas gue. Nanti bakalan ada anak buah gue yang jaga di depan," ujarnya.

"Oke! Tunggu Bulan di sana!" Rembulan berbalik dan berjalan cepat untuk kembali ke swalayan.

"Gue tunggu." Agraska memperhatikan dengan senyumannya yang menguar, hingga akhirnya ia mulai menyeberang dan berjalan menuju markasnya.

" Agraska memperhatikan dengan senyumannya yang menguar, hingga akhirnya ia mulai menyeberang dan berjalan menuju markasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku update seminggu sekali. Waktuku itu bukan buat ngetik 4B doang, dipahami ya🤗

Kok banyak yang bilang aku up sebulan sekali sih😭 yaudah aku up sebulan sekali aja.

Lagian ini tinggal 2 chapter lagi, abis itu tamat. See you bulan depan🤗💜

4 Brother'z | TERBITWhere stories live. Discover now